"Oh ya begini ... Nicole, aku hanya ingin tahu bagaimana perasaanmu saat ini kepadaku? Semenjak kita menjadi sahabat aku tahu kalau selama ini kamu begitu mengagumi sosok Jenny. Lalu bagaimana denganku?" tanya Anna dengan begitu serius.
Mendengar pertanyaan Anna, membuat Nicole tersenyum sembari mengusap kepala wanita itu. Lalu ia berkata. "An, seharusnya aku tidak perlu mengatakan ini padamu, tapi karena kamu sudah bertanya baiklah aku akan menjawabnya. Kau ingat, setelah Jenny menolak cintaku, setelah itupun aku sadar bahwa dia bukan orang yang selama ini kucari, lalu aku menyadari bahwa ada sosok wanita yang selama ini berada di dekatku, tapi aku tidak sadar kalau sebenarnya kamu yang selalu ada untukku."
"Benarkah?! Jadi inti dari ucapan mu ini apa?" tanya Anna kembali dengan begitu polos.
"Yah ... aku sudah menaruh hati padamu. An, aku mencintaimu," ucap Nicole seraya membawa Anna kedalam pelukannya.
"Aku juga mencintaimu, Nicole," sahut Anna dengan melakukan hal yang sama.
Mereka terus berpelukan dengan sesekali mencari ciuman. Bagi Anna, ia merasa sangat bersyukur telah menemukan sosok pria yang akan menjadi pendamping hidupnya bahkan orang itu adalah sahabatnya sendiri. Tetapi bagi Nicole, itu adalah sebuah permainan yang sedang ia mulai 'kan.
Nicole tersenyum tanpa melepaskan pelukan itu, lalu batinnya berkata. 'Maafkan aku, An. Aku tahu ini salah.'
Hati Anna begitu bahagia apalagi saat berada di dalam pelukan Nicole. Tapi tidak sebaliknya, Nicole terus berusaha seakan ia merasa nyaman, tetapi ia menyadari jika sesuatu dari balik celananya sedang mencoba naik di saat gesekan tubuh Anna sampai mengenai tempat sensitifnya.
Tanpa pikir panjang, Nicole menarik tubuh Anna di bawah tubuhnya. Ia tidak ingin menahan sesuatu yang sedang merangkak naik. Nafas Anna terengah-engah saat Nicole memulainya. Jika dulu saat pertama mereka berhubungan Anna terus menahan dirinya, tetapi sekarang dia tidak ingin itu terjadi lagi. Anna begitu agresif, bahkan desahannya semakin membuat Nicole bersemangat.
"Uhh, Nicole. A-aku menyayangi-mu ... oh ....," erang Anna saat Nicole terus membuatnya terbang.
"Ya, Sayang. Aku tahu kamu menyukainya," sahut Nicole sembari terus melakukan tugasnya sampai peluh keringat keluar membasahi tubuhnya.
"Yah ... Nicole, oh ... You are so strong and big." Anna begitu bahagia hingga senyuman terlukis di wajahnya saat Nicole sampai membawanya ke puncak.
Pelukan hangat sesudah mereka berdua bersama-sama bergelut dengan sensasi yang begitu menghangatkan dan bergairah. Sampai akhirnya membuat Anna tidak sadar ia tertidur pulas di dalam pelukan Nicole.
Seminggu kemudian.
Setelah kejadian itu membuat Anna dan Nicole begitu dekat bahkan berkali-kali mereka berdua melakukan penyatuan sampai di setiap tempat yang memang memungkinkan untuk melakukannya. Bahkan di atas meja, kamar mandi, atau dengan sengaja Nicole mencuri kesempatan di saat Anna sedang sibuk bekerja. Tetapi rumor kedekatan mereka sampai terdengar ditelinga orang lain. Meskipun keduanya pernah dekat dengan status sahabat, tapi kali ini kedekatan mereka sampai membuat beberapa karyawan terus mencuri kesempatan untuk mengintip.
Seminggu kemudian telah berlalu, hari ini di mana Anna akan menjadi ratu dalam sehari, ia sedang di rias pengantin. Begitupun dengan Nicole, yang sedang bersiap-siap. Para tamu undangan yang hadir sudah tidak sabar menunggu calon pengantin walaupun tamu-tamu itu hanya di hadiri oleh beberapa orang saja bahkan tidak sampai 20 orang.
Semuanya tersenyum bahagia saat melihat calon pengantin sedang berjalan bersama di atas altar yang di kelilingi oleh setiap tamu yang ada. Tetapi, para tamu di sana menjadi sorotan tersendiri bagi Anna, sebab ia tidak sengaja melihat wanita yang juga sedang menatap kearahnya. Siapa lagi jika bukan Jenny yang juga ikut hadir di acara pernikahannya.
Pendeta langsung mengarahkan untuk mereka mengucapkan janji suci pernikahan itu. Begitupun dengan kedua belah pihak mempelai mengikuti setiap arahan yang diberikan oleh pendeta sampai akhirnya kedua mempelai mengucapkan masing-masing janjinya di depan Tuhan.
"Anna Gisella/Nicole Alfian, aku mengambil engkau menjadi seorang istri/suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus," ucap kedua mempelai dengan bergantian.
Lalu pendeta langsung mengarahkan beberapa syarat lain setelah akhirnya mereka sudah sah menjadi suami dan istri. Dan pada akhirnya di titik selanjutnya Nicole memberikan ciuman kepada Anna yang langsung disambut tepuk tangan meriah oleh beberapa tamu undangan meskipun tidak semuanya terlihat senang. Sesudah semuanya selesai para tamu yang datang diwajibkan untuk memberikan ucapan selamat bergantian, tetapi saat itu Jenny mendekati mereka.
Senyuman manis Jenny berikan kepada Nicole, begitu berbeda dari biasanya. Yang biasanya Jenny tersenyum seadanya tetapi saat itu ia bahkan memberikan pelukan erat yang begitu lama kepada Nicole, dan sebaliknya mempelai pria membalas.
"Nicole, bisakah kita bicara berdua saja?" bisik Jenny saat memberikan pelukannya.
"Tentu saja," sahut Nicole dengan pelan.
Mereka melepaskan pelukan itu, lalu Nicole dengan tiba-tiba menggenggam tangan Anna dan berkata. "Um, Sayang. Sebentar ya Jenny ingin berbicara tentang pekerjaan denganku, aku hanya sebentar tidak apa-apa kan?"
"Ya baiklah," sahut Anna meskipun demikian terpaksa.
Mereka pun berjalan sedikit menjauh dari kerumunan orang, sampai Anna tidak bisa melihatnya dengan jelas lantaran ia sedang dikerumuni oleh tamu yang lain yang juga sedang memberikan sambutan. Ia merasa kesal, namun diri mencoba meredam kekesalan itu.
Di sisi lain, Jenny bersama Nicole sedang bersama. Tatapan Jenny begitu membuat Nicole kebingungan, pasalnya wanita itu tidak henti-hentinya menatap Nicole dengan begitu lama. Lalu tangannya dengan sengaja menyentuh dada bidang Nicole seraya mengigit bibir bawahnya.
"Um, ah Nicole, aku tidak menyangka kalau kamu akan menikah," ucap Jenny.
"Ya aku pun sama, lalu bagaimana denganmu apa sekarang kamu sudah move on dari mantan kekasihmu itu?" sahut Nicole sembari bertanya.
"Jadi kamu masih seperti dulu ya selalu meluangkan waktumu untuk mencari informasi tentangku, tapi sekarang hal itu bukanlah prioritas utama. Apa kamu tahu kenapa aku kembali kesini?" Jenny berkata dengan suara yang begitu halus dan menggemaskan bagi orang yang mendengarnya.
"Jadi sekarang apa prioritas mu, Jen? Um, mengenai kamu kesini aku juga tahu kalau kamu kemari bersama dengan mantan kekasihmu, bukankah aku sangat pintar bisa mengetahui segalanya?" Begitu sombong Nicole berkata seraya menaikkan alis matanya.
"Ya-ya aku cukup paham dengan semua kekuasaan mu itulah mengapa aku sekarang jadi tertarik untuk lebih mengenal tentang dirimu, dan mengenai persoalan kenapa aku bisa kembali dengan mantanku, jawabannya akan ku beritahu saat kita bertemu nanti malam, bagaimana kamu bersedia?"
"Nanti malam?" tanya Nicole terheran.
"Yah ... nanti malam, memangnya ada apa? Apa kamu tidak ingin melewatkan malam pertama dengan istrimu," goda Jenny sembari terus mengigit bibir bawahnya.