"Nicole, kenapa kamu malah diam?" Jenny kebingungan melihat sikap Nicole yang tiba-tiba berubah.
"Ah tidak, aku tidak diam. Oh ya, Jenny. Sepertinya aku harus pulang. Lain kali saja kita bertemu, tidak apa-apakan?"
"Yah ... loh! Kok malah pulang? Yuk! Nginap di sini saja, aku merindukanmu, Nicole," paksa Jenny yang berusaha menghentikan Nicole untuk tetap bersama dengannya.
"Lain kali saja, Jen. Istriku sedang berada di rumah. Nanti kita akan mengirim kabar melalui ponsel saja," sahut Nicole dengan cepat.
"Baiklah kalau begitu, aku turun di sini saja," ketus Jenny dengan raut wajah penuh kekesalan.
Melihat hal itu membuat Nicole tersenyum, lalu ia menggenggam tangan Jenny sembari berkata. "Aku pasti akan datang, tapi nanti jadi tunggu saja aku. Sudah jangan cemberut seperti itu."
"Tapi kamu harus janji denganku ya," ucap Jenny memastikan.
"Tentu saja, Jenny ku."
Mereka pun berpisah di sana, lalu Nicole memutuskan untuk kembali pulang. Tidak lama Nicole mengendarai mobilnya karena kecepatan yang begitu cepat, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk ia bisa sampai.
Setiba di mansion-nya.
Jam menunjukkan pukul satu malam, Nicole berjalan memasuki mansion-nya. Ia tidak sadar bahwa ada istrinya yang masih setia menunggu ia pulang meskipun ia sudah berpesan agar tidak menunggunya kembali. Saat itu Anna ketiduran di sofa lantaran ia begitu kelelahan seharian terus berdiri mendampingi para tamu saat pesta pernikahan mereka, di tambah sekarang harus menunggu suaminya kembali.
Suara pintu sampai membuat Anna terbangun dari lelapnya ia tertidur. Mengumpulkan semua kesadarannya saat mengetahui jika ada bunyi suara dari pintu yang membuatnya terbangun. Ia melihat sosok pria yang sedang berjalan membelakanginya, lalu dengan cepat ia melangkah mencoba menghampiri pria tersebut.
"Nicole pulang, ya ampun aku lupa menyiapkan makan malam lagi," gumam Anna dengan begitu pelan.
Nicole pulang-pulang langsung menuju kearah dapur, ia melihat tudung saji, tetapi raut wajahnya langsung berubah kesal saat ia melihat tidak ada apapun makanan di sana. Menoleh kebelakang saat menyadari Anna yang sedang mendekatinya.
"An, dari tadi kamu ngapain aja di sini? Sampai tidak membuatkan makan malam untukku," tanya Nicole dengan tatapan tajam.
"Maaf, Nicole. Aku kelelahan lalu aku menunggumu pulang tapi saat itu aku justru ketiduran. Lagipula kamu di luar jadi kupikir kamu sudah makan makanya aku tidak menyiapkan makanan sejak awal," sahut Anna.
"Aku diluar bukan berarti aku sudah makan! Istri macam apa kau ini suami pulang makanan enggak ada. Udahlah males aku lihat wajah kamu," ketus Nicole sembari menutup tudung saji dengan kasar sampai membuat Anna terkejut.
'Sial! Tahu begini tadi makanannya tidak ku tinggalkan, sekarang laper lagi, cari makan diluar sajalah moga aja masih ada yang buka,' batin Nicole saat melangkah pergi dari dapur.
Anna merasa dirinya bersalah, lalu cepat-cepat ia berlari menuju kulkas. Melihat apa-apa saja bahan yang bisa ia masak nantinya sampai ia memutuskan untuk menyiapkan nasi goreng saja lantaran tidak ada makanan berat yang bisa untuk dimasak saat itu. Begitu terburu-buru ia menyiapkan nasi goreng dengan telur ceplok, hingga ia selesai menyiapkan semua itu.
Mencari Nicole kesana-kemari, tapi ternyata tidak ada jejak keberadaan suaminya itu. Hingga membuat ia menunggu yang kedua kalinya. Sekitar satu jam lebih ia sudah menunggu kepulangan sang suami, tetapi baru saat itu dia pulang. Sampai membuat Anna heran.
"Dari mana saja?" tanya Anna.
"Bukan urusanmu," sahut Nicole dengan santai sembari pergi begitu saja.
"Aku ini istrimu jadi wajar aku bertanya!" tegas Anna yang sudah merasa kesal melihat kelakuan suaminya.
"Kok malah ngegas?! Memangnya apa peduli mu? Aku pulang bahkan tidak ada makanan lantas untuk apa aku berdiam diri di sini sambil menunggu kelaparan. Kamu pikir aku ini pria seperti apa?" Nicole pun ikut-ikutan emosi hingga keduanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.
"Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, Nicole! Kita baru saja menikah, dan belum genap satu hari lalu kamu dengan seenaknya meninggalkan aku di malam pertama kita terus sekarang kamu memarahiku. Hey! Yang harus marah itu aku bukan kamu! Kita sudah saling mengenal sejak lama, tapi kenapa sikapmu seperti itu kepadaku sekarang?!" Bentak Anna, tanpa memperdulikan efek dari ucapannya itu yang hanya ia pikirkan semua keluhannya bisa tersampaikan meskipun akan menyakitkan.
"Hah? Malam pertama katamu? Ha-ha-ha, yang seharusnya heran itu aku bukan kamu. Lupa ya kalau malam itu kamu yang memberikan tubuhmu padaku tanpa ada perlawanan sedikitpun lalu sekarang kamu menyalahi ku. Baiklah akan ku jelaskan semuanya karena memang sudah seperti ini. Pertama, aku menikahi mu karena aku tahu bahwa aku harus bertanggung jawab dengan kehilangan mahkota mu. Kedua, aku melakukan itu karena kupikir kita adalah teman yang sangat dekat, tetapi maaf caraku memang salah karena sudah berbohong padamu. Kebohongan terbesar ku adalah yang ketiga, aku tidak mencintaimu." Nicole berkata dengan sejujurnya tanpa memperdulikan perasaan Anna.
Tanpa Anna sadari, tetesan air mata membasahi pipinya saat mendengar pengakuan yang sedang diungkapkan oleh Nicole. Tangisnya memang sudah pernah dilihat oleh pria itu saat hubungan mereka masih status sahabat, tetapi tangisan kali ini benar-benar menyakiti hatinya. Namun, Nicole tidak peduli walaupun Anna sedang terisak di depannya.
"Aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu seperti iblis yang sedang menjelma menjadi manusia! Nicole, kenapa waktu itu kamu memintaku untuk menjadi istrimu, kenapa?!" teriak Anna sembari berlutut dan menutupi wajahnya yang sudah dibasahi oleh air mata.
Bukannya menjawab ucapan Anna, justru Nicole ikut-ikutan berlutut tetapi tanpa terduga Nicole mengangkat dagu mungil yang sudah dipenuhi oleh air mata. Lalu ia tersenyum tipis.
"Jadi kamu sudah begitu mencintaiku ya, An? Atau jangan-jangan kamu memang sudah mencintaiku sejak lama? Tapi sayangnya aku tidak bisa membalas cintamu. Jika memang kamu menyesal sudah menikah denganku ya sudah pergilah daripada kita seperti ini, tapi ... sayang meskipun kamu pergi kamu akan di cap sebagai bekas ku apalagi pernikahan kita baru saja terjadi, dan lagi tubuhmu sudah ternoda olehku." Nicole berucap dengan bangganya tanpa berhenti untuk tersenyum.
"Kamu iblis! Iblis! Aku tidak menyangka kalau uang bisa membuatmu lupa seperti ini. Sadar, Nicole! Aku ini orang yang sudah begitu lama kenal denganmu. Lalu kenapa sekarang kamu bisa berubah seperti ini padaku? Harusnya setelah kita menikah, kita bisa semakin dekat tetapi nyatanya kamu hanya mempermainkan aku," bentak Anna, membalas setiap hinaan yang ia dapatkan.
"Memang aku akui kita memang dekat yah namanya sahabat, tetapi bukankah selama kita menjadi sahabat aku sudah begitu banyak membantumu? Jadi kupikir kurang baik apalagi aku terhadapmu, An? Kalau sekarang kamu merasa tersakiti itu adalah salahmu sendiri, siapa suruh kamu mencintaiku. Harusnya kamu mencintai orang yang juga mencintaimu bukan aku." Begitu mudahnya Nicole berkata.