Chereads / One Night Love With Friend / Chapter 12 - Begitu sulit dipahami

Chapter 12 - Begitu sulit dipahami

"Baik, Tuan Muda."

Setelah bercakap dengan pelayan, lalu Hans dengan cepat bergegas pergi menuju ketempat Anna berada. Sesampainya di sana, ia melihat seorang wanita yang sedang tertidur pulas dengan mata yang bengkak akibat terlalu lama menangis. Mengusap rambut itu dengan penuh kasih sayang sembari berkata.

"Semoga kamu menjadi milikku, An. Aku bahkan siap menunggu janda mu," gumam Hans dengan begitu santai tanpa melepaskan usapan itu.

Hans terus mengusap rambut sebahu itu sampai membuat Anna terbangun dari tidurnya, lalu dengan cepat Hans menjauhkan tangannya agar Anna tidak mengetahui ulahnya itu.

"Hoamm! Loh! Hans, kenapa kamu bisa sekamar denganku?" tanya Anna sembari menguap dan mengerakkan beberapa kali tubuhnya ke kiri dan kanan.

"Ini rumahku, ya jelas aku bisa berada di sini. Um, bagaimana tidurmu apa nyenyak?" Hans berkata dengan posisi duduk yang sudah ia ubah sejak tadi,

"Ya setidaknya aku sedikit lega, terima kasih kamu sudah menolongku lagi."

Hans tersebut mendengar ucapan dari Anna. Ia lalu berjalan mendekatinya.

"Kamu ini seperti sama siapa aja, santai saja, An."

"Ya tapi ... kamu sudah dua kali menolongku, bagaimana caranya aku membalas mu, Hans?"

"Ya ampun ... kamu ini imut sekali, sudahlah jangan pikirkan hal itu. Jika aku menolong mu itu artinya Tuhan yang telah mendatangkan aku untukmu."

"Sungguh, aku benar-benar berterima kasih."

Hans mengangguk sembari tersenyum, lalu ia memberanikan dirinya untuk mengusap rambut Anna, dan membawa kedalam pelukannya. Kedekatan mereka berdua pun begitu terasa sampai membuat Anna berpikir sesuatu.

'Kenapa aku harus menerima kasih sayang dari orang lain? Sedangkan suamiku sendiri tidak pernah benar-benar menginginkan kehadiranku padahal dia adalah orang yang selama ini berada di dekatku. Andai Hans adalah Nicole, aku pasti akan sangat bahagia,' batin Anna yang tiba-tiba termenung.

Anna terdiam sejenak, tapi membuat Hans terheran melihat wanita itu yang awalnya biasa saja tetapi tiba-tiba ia terlihat tidak baik-baik saja. Keheningan di antara mereka sampai begitu membuat Hans sedih.

"An, apa kamu baik-baik saja?"

"Hah?! Apa? Kamu mengatakan apa barusan?"

Mendengar hal itu membuat Hans berkali-kali menggelengkan kepalanya sampai ia menepuk jidatnya sendiri. Lalu batinnya berkata. 'Kasihan sekali kamu, An. Andai kita tidak terpisah aku akan menjadikanmu istriku dan menghukum orang yang telah menyakitimu. Tapi kamu jangan khawatir aku akan memberi pelajaran, walaupun orang itu Hans. Aku tidak takut meski kekuasaannya tinggi sekalipun.'

"Um, kalau mau bersandar, lakukanlah tidak perlu malu. Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja."

"Huuf! Yah walaupun aku mencoba berbohong, tapi entahlah aku bingung untuk memulainya dari mana." Anna memang tidak berbohong dengan apa yang ia katakan. Dirinya sangat ingin menceritakan semua hal yang sedang ia alamai, tapi ia merasa malu dengan kepedihan yang sedang ia alami.

Melihat Anna yang terlihat bimbang dengan hatinya sendiri, namun tidak membuat Hans menyerah untuk dapat mengetahui apa yang sedang wanita itu alami. Lalu Hans mencoba untuk bertanya.

"Katakan saja, An. Aku siap mendengarkan semuanya."

"Tapi, Hans. Aku-"

"An, dengarkan aku. Aku akan membantumu dan akan menjadi pelindungmu. Aku tahu permasalahan rumah tangga kalian bukan urusanku, tapi kamu juga tidak harus berdiam diri menahan kesakitan yang dia lakukan, mengertilah karena kamu itu berharga." Hans terus-menerus menyakinkan Anna untuk menceritakan semua kesedihan yang sedang wanita itu terima.

Menghembuskan nafasnya memburu, lalu Anna menjawab. "Baiklah, Hans. Akan kukatakan semuanya. Sebenarnya pernikahan kami ini terjadi karena ketidaksengajaan yang waktu itu sempat terjadi di tempatku bekerja. Nicole adalah sahabatku, tapi sahabatku sendiri yang sudah mengambil harga yang paling mahal dari tubuhku. Lalu dia mengajakku untuk menikah, tetapi aku ditipu karena kupikir dia menikah karena rasa cinta. Padahal nyatanya bukan, dia tidak benar-benar memperlakukanku sebagai istrinya."

"Apa?! Jika sudah seperti itu lalu tunggu apalagi segera urus perceraian dengannya, An."

Anna menggeleng lalu menjawab. "Tidak semudah itu, Hans. Aku tidak bisa bercerai dengannya karena aku ... sudah mencintainya bahkan sejak pertama kali aku mengenal dirinya."

"Tapi, An?! Dia tidak pantas untukmu. Jelas-jelas menyakitimu dan tidak menginginkan keberadaan mu. Buka matamu, An. Jangan menyakiti dirimu sendiri. Kamu pantas untuk bahagia dengan orang yang tepat."

"Aku tetap tidak bisa, karena rasa cinta yang kumiliki saat ini begitu besar walaupun aku tahu dia tidak pernah mencintaiku, Hans."

"Rasanya benar-benar sulit dipahami saat seseorang sedang jatuh cinta. Meskipun orang itu sudah berkali-kali disakiti oleh cinta. Ya sudahlah kalau begitu yang terpenting jangan berbohong padaku. Kalau sedang ingin menangis, menangis lah, dan jika ingin curhat aku selalu siap untuk mendengarkannya."

Mendengar hal itu membuat Anna terkesima, sampai batinnya berkata. 'Dia sangat baik pasti wanita yang mencintainya sangat beruntung."

"Benar katamu, Hans. Aku sendiri saja tidak mengerti kenapa perasaanku bisa setulus ini padanya."

"Itulah mengapa cinta bisa membuat kita bahagia, An. Tapi jika aku boleh tahu bagaimana kalau seandainya ada pria yang begitu mencintaimu? Apa kamu tidak ingin melihat orang itu, An?"

"Entahlah, Hans. Aku juga tidak tahu harus menjawab apa untuk saat ini."

Jawaban Anna benar-benar membuat Hans mengerti, kalau mungkin saja cinta tidak bisa ia dapatkan tetapi ia tidak akan menyerah untuk bisa mendapatkan apa yang sudah ia inginkan walaupun mungkin nantinya dirinya harus berkorban banyak hal demi seorang wanita yang sudah memiliki suami, itulah yang terus Hans pikirkan.

Di sisi lain, mansion-nya Nicole.

Pertengkaran yang baru saja terjadi begitu membuat Nicole kepikiran, pasalnya setelah melihat kepergian Anna yang awalnya biasa-biasa saja tetapi saat itu hatinya bimbang dan tidak tahu harus berbuat apa. Mencoba menenangkan diri dengan sebotol minuman ditambah rokok yang juga ikut menemaninya. Ucapan terakhir yang Anna katakan sangat membuat Nicole dilema.

"Hah! Dia pikir dia siapa berani sekali denganku. Dia pikir aku takut kehilangannya bahkan kalau perlu aku bisa mendapatkan ribuan yang lebih baik darinya ha-ha-ha dasar wanita murahan," ocehan Nicole dengan sendirinya sembari meneguk beberapa air langsung dari botolnya.

Ia sempoyongan lantaran begitu banyak minuman yang sudah di habiskan. Pikirannya benar-benar kacau, tapi ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang kehilangan seseorang yang penting untuknya. Tertawa sendiri, lalu tiba-tiba berteriak sendiri. Seperti orang yang kehilangan setengah jiwanya.

Crashh! Suara pecahan kaca yang memang sengaja Nicole lemparkan. Lalu tiba-tiba dirinya mengamuk, menghamburkan semua benda yang ada yang didepannya.

"An, kenapa kita harus menikah?!" teriak Nicole.

"Seharusnya kita tidak perlu menikah!" lanjutnya lagi.

Bangkit dari keterpurukannya, Nicole berjalan sempoyongan keluar dari mansion-nya lalu mengambil kunci mobilnya. Entah kemana arah tujuannya, yang hanya ia tahu ia berjalan tanpa tahu arah. Mobil dengan kecepatan tinggi sampai tiba-tiba itt! mengerem mobil dengan mendadak. Nicole tidak sengaja melihat wanita yang dirinya kenali.