Chereads / One Night Love With Friend / Chapter 17 - Perpisahan

Chapter 17 - Perpisahan

Tubuhnya yang begitu kelelahan, pikirannya yang kacau, dan perasaannya yang sedang dipermainkan. Itulah yang sedang Nicole alami. Satu sisi ia harus menanggung kemarahan dari Anna, tetapi ia juga menanggung beban atas perselingkuhan yang telah Jenny lakukan.

Dua orang wanita yang hidup di kehidupannya dan dua orang wanita itupun yang malam itu membuat kepalanya hampir pecah memikirkan semua hal yang sedang terjadi. Nicole yang tadinya ingin tertidur pulas, namun ia sampai tidak bisa untuk memejamkan matanya. Sampai membolak-balikkan tubuhnya agar bisa tertidur dengan tenang justru semakin membuatnya gerah dan kelelahan. Padahal dinginnya udara dari AC membuatnya sama sekali tidak terasa karena amarah di dalam dirinya lebih membara.

Ia pun bangkit keluar dari kamarnya, lalu mencari sumber suara wanita menangis yang mampu membuatnya semakin sakit kepala. Saat ia temui, Nicole melihat Anna yang sedang terduduk sembari menutupi wajahnya yang sedang menangis.

"Hey, bangun." Nicole hanya memanggil tanpa berusaha membujuk Anna.

Tetapi Anna tidak peduli dengan panggilan itu, justru ia semakin memperbesar suara tangisnya sampai benar-benar membuat Nicole kewalahan ditambah moodnya yang memang sedang tidak baik-baik saja.

"Ayo bangun dan berhenti menangis, aku tidak ingin mendengar mu menangis, itu membuatku semakin sakit kepala," ketus Nicole yang masih berusaha menunggu dibelakang tubuh Anna.

Masih tetap sama, Anna tidak berhenti menangis. Nicole yang sudah habis kesabaran akhirnya mencoba membangunkan Anna dengan cara menarik bahu Anna dengan kasar, hal itu semakin membuat Anna menangis terlebih karena rasa sakit akibat tarikan itu.

"Sudah kubilang kan berhentilah menangis! Aku tidak ingin mendengarnya saat ini, tapi kau tidak mau mendengarnya baiklah aku akan berbuat kasar."

Posisi Anna yang sengaja dipaksakan sampai wanita itu bisa berdiri tegak karena sudah ditahan oleh Nicole. Tetapi ia masih terisak dalam tangisnya, keadaan itu semakin membuat Nicole kesal, sampai akhirnya memegang wajah Anna dengan kasar sampai Anna menatap kearah Nicole dengan tatapan tajam.

"Inikan yang kamu inginkan? Agar aku bisa bersikap kasar? Sudah kubilang berhentilah menangis, tapi kamu semakin memperbesar suaramu itu! Sekarang cepat masuk kedalam kamar dan tutup pintunya. Di sana kamu bebas mau menangis darah sekalipun silahkan!" bentak Nicole dengan keras sampai suara bentakan itu membuat Anna terkejut.

Meski sudah di bentak, tetapi Anna masih setia berdiri ditempat itu tanpa berniat untuk pergi. Melainkan ia menghapus air matanya lalu membalas tatapan Nicole yang tajam.

"Berhenti menangis kan yang kamu mau? Aku sudah melakukannya, tapi sekarang aku mau kamu menuruti satu permintaan ku mari kita bercerai," ucap Anna dengan tegas meskipun saat ia mengucapkan itu air mata sebelah kanannya turun bersamaan.

"Baik! Kita akan berpisah! Jika itu mau mu, aku akan menyetujuinya, dan malam ini kita akan menyelesaikan semuanya termasuk kamu pergi dari rumahku!" sahut Nicole dengan begitu cepat sembari dengan mengeraskan rahangnya. Ia langsung menyetujui sebuah keputusan yang sangat penting, sampai ia tidak memikirkannya dengan matang.

Begitupun dengan Anna yang langsung pergi meninggalkan Nicole yang masih menatap kearahnya.

Setiba di dalam kamar, Anna langsung mengeluarkan kopernya berserta semua pakaiannya. Kedua kalinya ia harus pergi dari tempat itu, dan keduanya pula ia meminta berpisah. Tetapi perpisahan kali ini yang sesungguhnya untuk ia hadapi. Namun, meskipun begitu di saat Anna sedang memasukkan semua pakaiannya itu, ia tidak dapat menghentikan tangisan yang semakin membanjiri wajahnya. Hanya saja ia lebih memelankan suara tangisnya, tapi hal itu semakin membuatnya tersiksa jika harus menangis dalam diam.

Sambil terus memasukkan semua pakaiannya batinnya berkata. 'Dia ingin pisah, ya baiklah kali ini aku benar-benar akan pergi. Seharusnya dulu memang aku tidak menyetujui untuk menerima lamarannya, tapi tidak apa-apa aku harus yakin jika pernikahan pertama gagal biasa pernikahan selanjutnya akan sampai mati. Ya aku harus, harus! Kuat."

Selesai sudah Anna mengemasi semua pakaiannya, ia langsung bergegas pergi keluar dari kamarnya. Namun, saat hampir sampai di dekat pintu Nicole masih berdiri di tempat yang sama di saat mereka memulai perdebatan. Melihat hal itu membuat Anna menarik nafasnya dalam-dalam lalu ia melangkah tanpa melirik atau berkata apapun kepada Nicole.

Dan sebaliknya pun Nicole juga tidak mengatakan apapun untuk terakhir kalinya. Justru di saat Anna sudah bisa melewati dirinya, ia langsung bergegas pergi kearah lain. Padahal tanpa Nicole ketahui, Anna menoleh kebelakang menatap punggung seorang pria yang selama ini sudah mengisi kekosongan hidupnya, tetapi sebentar lagi ia harus pergi meninggalkan semuanya.

"Nicole, di saat aku pergi aku menyempatkan diri untuk melihatmu, semoga perpisahan kita ini membuatmu bahagia, dan maaf selama ini aku sudah menjadi sahabat sekaligus istri yang seharusnya tidak pernah terjadi. Baiklah, aku akan pergi selamat tinggal," gumam Anna untuk terakhir kalinya. Walaupun Nicole tidak mendengar gumaman itu.

Tetesan air mata yang terakhir kalinya yang sempat terjatuh dilantai, untuk yang kesekian kalinya ia membasahi lantai dengan air matanya, dan tetesan terakhir sekaligus kenangan terakhir dalam dirinya.

Semuanya sudah berakhir, bagi Anna tidak ada lagi harapan diantara mereka untuk kembali. Walaupun masih ada rasa cinta yang begitu dalam untuk Nicole, tetapi ia tahu bahwa cinta tidak harus memiliki. Di dalam perjalanan ia mencoba untuk menghapuskan air matanya agar tidak terlihat aneh bagi orang lain.

Entah kemana tujuannya kali ini, dia tidak tahu sebab yang hanya ia tahu, ia akan terus berjalan sampai benar-benar jauh dari tempat yang dulunya pernah mengisi kekosongan hidupnya. Serasa perjalanan sudah semakin jauh, namun ia kelelahan karena sedari tadi ia hanya berjalan kaki.

"Kenapa aku tidak naik taksi saja ya, lama-lama kalau begini kakiku bisa patah," gumam Anna.

Merasa dirinya sendiri sangat bodoh sampai ia tidak berpihak untuk pergi dengan taksi. Lalu ia melihat sebuah mobil taksi semakin mendekat. Saat sudah berada di dalam mobil itu sang supir mencoba bertanya.

"Mau diantar kemana, Dek?"

"Saya tidak tahu, Pak," jawab Anna dengan seadanya tanpa menatap kearah lawannya bicara.

"Loh? Kalau begitu Adek ini mau diantar kemana juga?" jawab Bapak supir itu sembari menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Saya hanya ingin pergi, Pak. Sebaiknya Bapak langsung jalan saja."

"Um, baik, Dek. Kalau begitu saya membawa Adek ini keliling kota ini saja," jawab Bapak supir seraya langsung menancapkan gasnya.

"Apa? Keliling kota? Mati aku." Tiba-tiba Anna terkejut lalu menepuk jidatnya sendiri.

'Keliling kota bukan biaya yang murah, mati aku kalau tidak cukup uang, aduh ... kok jadi bego gini sih?' batin Anna yang menggerutu dalam hatinya.

"Um, Pak. Sebaiknya antar kan saya ke apartemen termurah, tapi yang lebih jauh dari tempat ini. Apakah Bapak tahu tempatnya?"

"Yang murah, Dek? Oh baik-baik saya tahu."