Bagi Ara Tamara, ketika melihat lampu hijau menyala saat dirinya sedang berusaha menggoda bos di tempat club' malam ia bekerja. Hal itu sungguh membuat dirinya bangga apalagi ia masih sempat-sempatnya berpikir saat melihat reaksi Nicole yang tidak menghindar ketika ia goda.
'Jika bos bisa termakan rayuan ku sekarang maka posisiku akan jauh lebih tinggi, dan bisa saja aku yang akan menggantikan posisi untuk bersanding dengannya, apalagi aku juga sudah merasa tidak nyaman jika terus-menerus melayani setiap pria gila yang hanya ingin menang sendiri,' batin Ara ketika dirinya mulai menyentuh pipi Nicole.
Begitupun dengan Nicole yang sudah mulai tergoda dengannya, dan saat itu para tamu yang lain begitu bangga dan iri melihat pencapaian Ara Tamara yang berhasil memikat bos sendiri. Lalu selanjutnya, dengan gaya yang manja Ara Tamara bangkit dari posisi duduk di sebelah, dan ia berpindah untuk duduk di atas pangkuannya Nicole.
Saat itu dengan senang hati Nicole menerima pangkuan, ia pun mulai menyentuh bahu Ara dengan perlahan meski dia tahu wanita itu telah banyak di sentuh oleh banyak pria hidung belang, namun itu bukan menjadi persoalan yang terpenting Ara bisa membuatnya kembali segar bugar seperti dulu.
Keduanya tersenyum di bawah sinar lampu yang samar-samar menerangi mereka, meski begitu banyak orang di sana tetapi itu adalah hal yang biasa saja bahkan ada melakukan hal lebih ekstrim di depan umum. Ara Tamara mulai menyingkap rok mini miliknya, begitupun dengan Nicole yang mulai menyentuh di posisi terlarang. Keduanya bahkan hanyut dalam suasana malam yang sungguh bersahabat, tetapi saat Ara mulai menarik penghalang dari tubuh bawah Nicole tiba-tiba saja brug! Seorang wanita datang dan langsung mendorong tubuh Ara dari belakang hingga kepalanya terbentur dengan kepala Nicole.
Ketika itu suasana menjadi ricuh, para tamu dan beberapa pelayan menatap dengan penuh ketegangan di saat wanita itu yang tidak lain adalah Jenny yang sedang berusaha untuk menggagalkan kemesraan dari Nicole. Kemudian, Nicole pun bangkit dan mulai merapikan pakaiannya juga, lalu ia membantu Ara untuk berdiri.
"Kamu enggak apa-apa kan, Ara?" tanya Nicole sembari mengusap kening Ara. Wanita itupun menggelengkan kepalanya lalu menjawab. "Enggak kok, Bos. Tapi siapa wanita sialan itu beraninya dia."
"Heh! Kamu tuh yang wanita sialan! Beraninya kamu goda calon suamiku di clubnya sendiri, dan kamu, Nicole. Kenapa kamu tega denganku? Pantas saja aku cari di rumah enggak ada ternyata wanita brengsek ini sudah mempengaruhi kamu, sadar aku ini pacarmu!" Jenny terus menjerit sampai memaki, ia bahkan tidak peduli telah menjadi bahan tontonan semua orang.
Mendengar perkataan yang membuat Nicole geram dan malu, ia langsung menarik tangan wanita itu dengan kasar, dan membawa ke tempat yang lebih sepi. Namun, saat itu Ara Tamara dengan sengaja mengikuti jalan mereka meski tidak di undang, ia hanya ingin mengetahui semua hal.
"Jangan mempermalukan aku, Jenny! Dan jangan mengaku sebagai pacar ataupun calon suami karena kita sudah putus," geram Nicole sembari menekan tangan Jenny dengan erat.
"Tapi Nicole, kita sudah berbaikan bahkan kamu sudah mau berbicara denganku, jadi menurutku hubungan kita masih seperti dulu," sahut Jenny tanpa mau menerima kenyatannya, bahkan ia menarik tangannya dengan paksa karena sudah kesakitan.
"Sudah ku bilang berhenti katakan itu, Jenny! Kau pura-pura lupa ya dengan apa yang sudah kalian lakukan di belakang ku, jadi cukup jangan lagi mengejar ku. Kita sudah tidak punya hubungan apapun lagi." Nicole terus bersikeras, dan Ara sedang menjadi penonton setia sembari tersenyum tipis.
"Oh aku tahu apa mungkin karena wanita penggoda itu kamu jadi kembali kasar denganku sekarang. Sadar, Nicole. Aku memang terbukti berselingkuh di belakang mu, tapi aku bisa pastikan jika itu hanyalah kesalahpahaman tetapi jika kamu banding aku dengan wanita itu, dia lebih buruk dariku bahkan dia hanya salah satu wanita malam di sini. Ayolah, perasaanku bisa tahan ketika kamu dengan Anna, tapi jika dengan wanita ini aku tidak rela." Anna terus berusaha berpegang teguh sembari ia menatap tajam kearah Ara.
Saat mendengar nama Anna di bawa oleh Jenny, ketika itu pun wajah Nicole terlihat memerah seperti ia sedang menahan amarahnya, dan rahangnya mengeras. Lalu kemudian ia berkata. "Anna tidak ada hubungannya di sini jadi jangan bawa nama dia di sini, dan kamu tidak perlu untuk mencegah dengan siapa aku akan berhubungan, sebaiknya sekarang kamu pergi. Jangan sampai aku menyeret mu dari sini."
"Baik, malam ini aku akan pergi tetapi jika nanti aku melihat kamu dengan wanita itu lagi, aku tidak akan tinggal diam. Dan kamu wanita penggoda, jangan senang dulu," ancam Jenny sembari menunjuk kearah Ara. Namun Ara hanya tersenyum melihat keindahan perdebatan di depannya.
'Sial, setelah Anna pergi, dan sekarang penghalang ku untuk kembali kepada Nicole sia-sia saja. Sepertinya aku harus selalu datang untuk menemani Nicole, dia pasti kesepian setelah berpisah dengan Anna,' batin Jenny lalu ia pergi dengan perasaan yang kesal.
Berbeda dengan Ara Tamara, yang hanya tersenyum kemenangan saat melihat kepergian Jenny, bahkan ia memberikan lambaian tangan perpisahan. Lalu kemudian, ia kembali melangkah mendekat kearah Nicole sembari mengusap manja bahu dan leher Nicole.
"Um, Bos. Ku pikir wanita itu sudah tidak waras, dan ... bagaimana dengan yang tadi? Kamu mau lanjut kan? Nanggung loh, Bos." Dengan gaya genit sembari mengigit bibir wajahnya, ia ingin terlihat menarik di depan Nicole.
Namun, wajah Nicole sudah tidak lagi bersemangat bahkan pria itu terlihat murung, ia pun dengan tiba-tiba melepaskan sentuhan Ara di tubuhnya.
"Kamu lanjut saja sendiri, aku ingin pergi. Jangan mengganggu ku." Dengan suara datar Nicole berlalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan wajah Ara yang kecewa.
Ara menggerutu dalam hatinya sembari ia menghentakkan kaki dengan perasaan yang kacau, lalu ia bergumam. "Sial! Gagal sudah aku mendapatkan berlian. Semua karena wanita itu, aku harus membuat pelajaran dengannya. Berani sekali dia mengganggu di saat kesenangan ku, awas saja aku akan mencari mu Jenny."
Di sisi lain, ruangan khusus club' malam Nicole.
Wajahnya terus terlihat murung dan kembali tidak bersemangat padahal tadi ia sudah sangat senang ketika Ara mulai membuat dirinya nyaman, namun kali ini ia justru berada di posisi yang lebih berat dan membosankan. Ketika itu, Nicole berjalan kearah balkon, ia menatap ke atas sembari mengingat semua hal yang baru saja ia lewati. Mulai merasa bosan, lalu mengambil ponselnya dan melihat nomor ponsel dengan nama Anna, ia ingin menekan panggilan kepada Anna tetapi ia ragu dan bimbang.