"Oh ya baiklah tunggu sebentar." Hans langsung bergegas kembali ke mobilnya untuk mengambil betadine dan perban.
Tanpa menunggu persetujuan ia langsung membantu Anna untuk membantu lukanya yang tidak terlalu besar, hingga wanita itu bisa kembali untuk memakai sepatunya.
Di dekat tempat itu ada sebuah warung makan kecil, dan Hans langsung mengajak Anna untuk beristirahat sebentar di tempat itu sembari memesan minuman untuk mereka berdua.
"Um, jadi selama ini kamu kemana, An? Aku sudah tidak pernah lagi melihatmu bahkan ketika aku lewat di depan rumahmu selalu saja rumah itu tertutup rapat, tidak seperti dulu lagi," tanya Hans yang begitu penasaran.
"Aku sudah tidak tinggal di rumah mewah itu lagi, dan sekarang ... aku juga sudah berpisah dengan Nicole."
"Oh ya? Jadi kamu sudah bercerai dengannya? Tapi bagaimana bisa? Bukankah waktu itu kalian sudah resmi melakukan hubungan suami istri ya? Ah maaf, aku tidak bermaksud untuk mengungkit sampai kesana." Hans memang pernah melihat dengan kedua matanya saat Nicole sempat menggoda Anna dengan rayuan buaya.
Anna menganggukkan kepalanya mengiyakan sembari ia tersenyum tipis, namun ia tidak marah ataupun merasa sedih, lalu ia berkata. "Memang benar kami sudah melakukannya bahkan bukan sekali, tapi entahlah aku pun tidak tahu kenapa dirimu begitu bodoh sampai termakan rayuannya, dan sekarang aku juga sudah nyaman hidup seperti ini."
"Tapi, An. Hidup seperti ini tidak baik untukmu sampai kamu harus terluka seperti ini. Bagaimana jika kamu ikut lagi denganku? Kita bisa tinggal lagi bersama seperti dulu, dan kamu tidak perlu memikirkan tentang pekerjaan. Kau mau kan dengan niatku ini?"
Anna langsung menggelengkan kepalanya lalu menjawab. "Bukan aku tidak suka dengan kebaikan mu, Hans. Tapi sebaiknya kita tidak perlu untuk tinggal serumah. Lagipula aku sudah nyaman seperti ini, bisa mandiri seperti rasanya aku kembali menjadi gadis. Oh ya bukannya kamu ingin berangkat kerja? Sebaiknya pergilah daripada nanti kamu telat."
"Ayolah, An. Ikut denganku, daripada kamu tidak tahu arah seperti ini sebaiknya ikut lagi bersamaku. Ah! Ada satu hal lagi yang ingin ku sampaikan jika Nicole sudah tidak memiliki hubungan dengan Jenny, karena sekarang aku sudah kembali berhubungan bersama denganmu Jenny. Jadi kamu jangan khawatir jika kita akan tinggal berdua saja di rumahku, jadi tidak perlu takut." Hans terus memaksa.
"Aku bilang tidak tetap tidak, Hans! Tolong mengertilah! Apalagi kamu meminta ku untuk tinggal bersama dengan mantan kekasih dari suamiku, Nicole. Itu sama saja seperti kamu sedang berusaha untuk memasukkan aku ke dalam kandang singa. Oh ya sebaiknya pergilah karena aku sedang terburu-buru, dan sekali lagi terimakasih bantuan mu kali ini. Memang aku akui kamu sudah begitu banyak membantuku." Anna terlihat kesal, dan memaki Hans di depan umum sampai mereka menjadi bahan tontonan.
Namun, saat itu Hans yang masih belum stabil ketika mengendalikan emosinya itu, ia benar-benar marah dan kecewa saat niat baiknya di tolak dengan makian oleh Anna padahal bagi Hans, Anna bukan lagi orang lain yang tidak berhak untuk di tolong. Alhasil, kebiasaan buruk Hans ketika marah pun tidak dapat ia kendalikan sampai akhirnya ia mendorong dengan kasar meja dan kursi milik penjual di rumah makan itu sampai membuat Anna terkejut. Bukan hanya itu pria itu juga mengangkat meja yang masih berisikan piring bekas makan, dan ia melemparnya sampai suara pecahan piring membuat Anna menutup kedua telinganya.
"Tidak, Hans! Jangan lakukan itu ku mohon! Aw!" Anna menjerit lagi dan berusaha menghentikan Hans yang sedang mengamuk, namun Hans yang memang bukan seperti orang pada umumnya ia benar-benar tidak dapat menahan emosinya.
Lalu saat itu tidak sengaja Hans melihat pisau dapur yang tergelatak di atas lemari rumah makan, ia pun berlari untuk mengambilnya dan mulai melukai dirinya sendiri saat itu, darah segar mengalir membuat Anna benar-benar tidak menyangka dengan apa yang sedang ia lihat bahkan Hans tidak merasakan sakit ketika ia menyayat tangannya sendiri.
Lalu kemudian Hans sadar jika dia sudah memperlihatkan keanehan dari dalam dirinya di depan banyak orang, ia pun mengambil dompetnya dan mengeluarkan begitu banyak uang, lalu ia berlari masuk ke dalam mobilnya. Memukul setir mobil sambil terus mengeluarkan air matanya yang tiba-tiba mengalir.
"Apa yang sudah kulakukan sekarang? Kenapa aku harus marah di depan Anna? Dia pasti sangat takut denganku sekarang. Ya ampun ... padahal selama ini aku tidak pernah lagi marah seperti tadi." Hans menyesal sampai ia melupakan saran Dokter untuk tidak perlu marah berlebihan sampai tidak dapat mengontrol emosi.
Kemudian, ia mengambil perban dan obat merah yang selalu ia bawa kemana ia pergi. Meski tidak terasa sakit, namun ia membalut lukanya seperti orang yang merasakan kesakitan, lalu melajukan mobilnya untuk kembali pulang. Meskipun perasaan sedang sangat kacau balau, ia pun berniat untuk menemui dokter pribadinya terlebih dahulu.
Di sisi lain, Anna juga bergegas pergi setelah melihat Hans berlari. Meskipun masih merasa takut dan syok tetapi ia harus melarikan diri agar tidak di salahkan oleh pihak penjualan rumah makan. Sepanjang jalan, kakinya berjalan perlahan dengan bergetar sampai ketika ia mengambil ponselnya pun, tangannya bergetar.
"Bagaimana aku harus mencari kerja jika perasaan ku takut seperti ini? Aku benar tidak menyangka kalau Hans akan bertingkah seperti tadi padahal selama aku mengenalnya dia terlihat baik-baik saja, namun tadi dia seperti piscopat sampai ia melukai dirinya sendiri. Oh ya ampun ... kenapa dengan hariku hari ini begitu sial? Apa jangan-jangan karena tadi aku sempat mendengar Jack bersama wanita itu sedang berhubungan ya?"
Pikiran Anna terus memikirkan hal bodoh sampai tetangganya ia bawa-bawa, namun karena dirinya masih takut ditambah dengan kakinya yang terluka membuat jalannya begitu pelan, dan alhasil ketika ia berjalan kearah pangkalan bus untuk mengantarnya pulang, ia tidak sengaja melihat mobil Nicole yang berjalan dengan pelan.
Mobil itu tiba-tiba berhenti, namun pemiliknya tidak turun bahkan kaca mobil juga tidak diturunkan. Anna yang sudah tahu jika itu adalah mobil mantan suami sekaligus mantan sahabatnya, ia hanya terdiam dan seolah tidak melihat ada mobil Nicole berhenti di depannya.
Di dalam mobil, Nicole sedang mengamati Anna dari dalam, dirinya merasa tenang setelah melihat Anna baik-baik saja. Entah mengapa dengan tiba-tiba kedua sudut bibirnya terangkat saat melirik kearah Anna, apalagi melihat wanita itu yang acuh dengannya.
"Kenapa dia seperti wanita bodoh? Padahal tadi matanya sudah jelas-jelas melihat mobilku berhenti di depannya, dan sekarang dia mencoba mengalihkan pandangannya itu. Dasar," ucap Nicole sembari terus menatap tanpa menghilangkan senyuman. Namun, saat itu tiba-tiba saja-.