Chereads / One Night Love With Friend / Chapter 20 - Sebuah kesempatan dan hiburan

Chapter 20 - Sebuah kesempatan dan hiburan

"Tunggu apalagi?" Anya Nicole dengan tatapan sinis.

"Aku tahu kalau aku mengecewakanmu, tapi tolong dengarkan aku kalau sebenarnya aku tidak bermaksud untuk melakukan semua itu. Jadi .... tolong beri kesempatan kedua untukku. Aku mau kita kembali bersama lagi, ku mohon." Jenny meminta balikan tanpa adanya rasa malu sebagai dirinya seorang perempuan, ia juga mengusap rambut Nicole agar terlihat dirinya masih begitu peduli.

"Kalau kamu kemari hanya untuk itu mengatakan itu sebaiknya pergilah, aku tidak ada waktu. Lagipula Anna juga pergi dariku jadi sebaiknya biarkan aku sendiri," sahut Nicole seraya menjauhkan sentuhan dari wanita itu.

Sesaat Jenny terdiam ketika mendengar kalau Anna pergi darinya, lalu ia pun bertanya. "Apa maksudnya kalau Anna sudah pergi? Apa mungkin kalian sudah resmi bercerai?"

Dengan pelan Nicole menganggukkan kepalanya lalu meninggalkan Jenny yang berdiri di ruang tamu. Tetapi Jenny tidak mengejar kepergian Nicole, meski dirinya sudah jelas-jelas diacuhkan. Ia hanya tersenyum tipis ketika menatap Nicole yang sedang terlihat seperti orang yang sedang patah hati.

"Oh jadi ternyata wanita sialan itu sudah resmi bercerai ya. Huh! Pantas saja Nicole terlihat lebih kasar dan acuh padaku. Tapi tidak masalah aku akan menjadikan semua ini sebuah kesempatan agar aku bisa balikan. Ternyata tidak sia-sia juga," gumam Jenny yang masih menatap kepergian Nicole yang semakin menjauh.

Ia pun kembali pulang, dan memutuskan untuk kembali besok pagi.

Di sisi lain, apartemen Anna.

Kringg ... Kringg .... Bel bunyi pertanda ada seseorang yang sedang menekan bel di pintu masuk apartemen miliknya, entah siapa itu yang jelas begitu membuat tidurnya yang nyenyak sampai terganggu.

"Hoaammm ...." Ia pun bangkit sembari menguap. "Siapa sih pagi-pagi udah ganggu aja," omel Anna seraya terus melangkah kearah pintu masuk.

Kringg ... Kringg .... Bunyi bel yang nyaring sukses membuat Anna harus menutupi telinganya, pasalnya bel itu terus saja berbunyi tanpa terhenti. Sungguh membuat paginya berantakan, ia pun berteriak tanpa melepaskan tangan dari kedua telinganya. "Iya ...! Sebentar!"

Saat pintu apartemen terbuka, betapa terkejutnya ia ketika melihat tetangga barunya yang sekarang berada didepan matanya dengan tersenyum tanpa dosa.

"Duh ... ada apa sih? Pagi-pagi malah bikin heboh!" ketus Anna sampai menggerutu dalam hatinya.

"Sadar cantik .... Ini tuh udah siang bukan lagi pagi. Tuh lihat tuh matahari udah nonggol kan," sahut Jack sembari menunjuk keatas langit.

"Siang? Udahlah jangan ngaco deh. Ini tuh masih jam tujuh pagi, aku baru aja lihat jam," jawab Anna tanpa ingin kalah.

Jack langsung menjentikkan jarinya tepat kearah kening Anna sembari berkata. "Hey! Coba aku masuk kedalam, dan lihat apa jam kamu masih berfungsi atau enggak."

Tanpa menunggu jawaban meskipun Anna tercengang saat mendengar Jack ingin masuk kedalam apartemennya yang masih berantakan, belum lagi ia mengingat tidurnya semalam seperti kerbau. Alhasil ia pun berusaha mengejar langkah Jack yang lebar.

Dengan menarik nafasnya, Jack memegang sebuah jam kecil yang sudah kehabisan batre, sampai-sampai arah jarum jam sudah tidak lagi berfungsi. Ia pun berkata. "Tuh lihat benerkan dugaan ku kalau jamnya yang rusak. Makanya cantik ... jangan suka ngelamun."

Anna seakan tidak mendengar, ia bahkan menatap kearah lain tanpa memperdulikan Jack yang sudah membuatnya malu, di tambah ia juga malu dengan kamarnya yang berantakan.

"Yah malah enggak di open lagi," lirih Jack dengan perlahan, namun masih terdengar oleh telinga Anna.

"Ehem! Lagian ada apa pagi-pagi eh! Maksudnya siang udah datang kesini?" tanya Anna yang sengaja mengalihkan perhatiannya.

"Ya wajar dong kan tetangga ya sesekali di sapa kek. Lagipula juga enggak lucu kalau tahu-tahu tetangga ku udah mati," sahut Jack dengan cepat. Sontak saja perkataan itu membuat Anna melototkan matanya, lalu ia berkata. "Oh ... jadi kamu doain aku cepet mati ya? Udah ah sana keluar!"

"Dih sok ngambek segala, tapi lebih keliatan cantik sih meskipun mulutmu masih bau," ledek Jack dengan sengaja.

Jelas saja hal itu semakin membuat Anna kesal sampai ia menjatuhkan pukulan kecil sampai berkali-kali tepat di bahu Jackson. Namun, Jack hanya meringis seolah ia merasa kesakitan. Jack pun berlari untuk menghindari pukulan Anna.

Namun, Anna terdiam ketika melihat Jack sudah jauh darinya. Ia langsung mencium bau nafasnya dengan tangannya. Alhasil dengan cepat ia melangkah mengambil handuk, dan masuk kedalam kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, Anna sudah keluar dari kamar mandi. Ketika ia sedang merias dirinya tercium bau harum makanan yang begitu lezat. Ia sampai terheran ketika tiba-tiba ada bau makanan di apartemennya padahal ia sendiri belum masak apapun.

Saat Anna keluar dari kamarnya betapa tercengangnya ia ketika melihat Jack memakai cilemek masak, dan sedang menggoreng kan tahu kecap pedas. Sungguh menggugah selera apalagi dirinya memang sedang kelaparan sejak semalam. Dan juga dua jenis makanan yang sedari tadi sudah tersaji di atas meja makan.

"Um ... Jack, kau pintar memasak?" tanya Anna yang tidak tahu ia harus berkata apa.

"Ya, ini juga salah satu keistimewaan ku selain diriku yang tampan haha. Ayo cantik, duduklah, dan makan," sahut Jackson dengan begitu percaya dirinya.

Anna sampai menahan senyumnya ketika mendengar ucapan Jack. Mereka pun menyantap makanan itu dengan lahap, begitupun dengan Anna yang langsung menghabisi semuanya.

"Kamu ini lapar atau doyan?" tanya Jackson sembari tersenyum saat melihat Anna yang sudah mengipasi tubuhnya sendiri karena begitu kenyang.

"Hmm ... ternyata makananmu tidak seburuk yang kukira, belajar darimana?" tanya Anna.

"Sendiri dan dari hasil menanamnya tumbuhan sendiri," sahut Jackson. Anna langsung tergiur ketika mendengar kalau Jackson menghasilkan tanaman sendiri, ia pun bertanya. "Oh ya? Apa kamu seorang petani?"

Dengan cepat Jack menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, lalu ia menjawab. "Awalnya iya sebelum aku merantau ke kota, karena identitas ku memang dari desa yang sangat ... terpencil. Mungkin jika kamu kesana tidak akan suka jika setiap harinya harus makan makanan sayuran, bukan daging seperti di sini. Tetapi pemandangan di sini lebih indah ketimbang di kota."

"Wow! Kedengarannya menarik sekali, kapan-kapan bawa aku kesana. Oh ya, ngomong-ngomong kamu kenapa bisa langsung akrab denganku? Bukankah di apartemen ini begitu banyak tetangga yang lain?"

"Karena hanya kamu di sini yang kelihatannya wanita pengangguran haha," jawab Jackson dengan sengaja meledek Anna, sampai wajah Anna cemberut dibuat olehnya.

Tapi semakin Anna perhatikan ia akhirnya bisa tersenyum, dan sedikit melupakan tentang masalah yang baru saja ia alami, lalu batinnya berkata. 'Aku sedikit merasa beruntung, ketika Nicole menyakitiku selalu ada pria yang bisa membuatku kembali tersenyum, tapi kali ini Jack berbeda dari kebanyakan pria yang kukenal. Dan entah kenapa harus pria lain yang mencoba menghibur kegalauan ku.'