"Faiz, pergilah. Aku ingin sendiri, jalan kita sudah berbeda. Kamu ingin ke dunia nyata aku ingin menetap di sini. Pura-pura saja kamu nggak kenal aku."
"Apa yang baru saja kamu ngomong? Kamu mau tetap di sini sendirian? Jangan berbicara omong kosong, Awan." Faiz kali ini meraih lengan Awan untuk berhenti. Mata Awan melebar ketika Faiz bersinggungan dengan kulitnya.
Awan pernah mendengar Sain berbicara pada malam hujan itu ketika Sain marah pada Awan, saat itu Awan tengah berada di dalam dekapan Sain. Sain tiba-tiba berbicara padanya, "Jangan ada seseorang yang menyentuhmu selain aku, kecuali memang kamu sedang dalam bahaya. Aku selalu tahu, Awan. Setiap sentuhan yang orang lain lakukan padamu, aku tahu."
"Jadi, jika orang lain menyentuhmu dan kamu membiarkannya. Aku akan menghukummu, Awan. Sampai kamu memohon padaku untuk berhenti. Kalau kamu mau mencoba maka lakukan."
Awan mengerjap dan dengan cepat menepis tangan Faiz yang menempel padanya.
