Awan mengusap wajahnya tampak lelah bergumul dengan pikirannya.
Biarkan apa yang akan terjadi, bagaimana nantinya dan seperti apa. Yang terpenting Awan akan tetap menjalaninya bagai air yang mengalir di sungai.
Awan berbalik untuk kembali ke kelasnya, dan seketika matanya melebar, dia membeku di tempatnya berdiri. Kepalanya terasa di hantam kuat oleh sesuatu tak kasat mata.
"Riksa?" panggil Awan dengan suaranya yang tiba-tiba tercekat.
Awan merasakan tubuhnya seolah menempel di lantai, dengan ketakutan mengalir bagai seseorang menyiram air es di sekujur tubuhnya.
Sain maju selangkah ke arah Awan, cukup jauh bagi Awan untuk meraihnya. Tangan Sain menyilang di depan dada dengan tatapan tajam menusuk tempat ke mata Awan. Seolah menggali ke dalam diri Awan dan siap menarik jiwanya keluar dari tubuhnya.