Namun, seketika senyum Awan luntur saat dia justru melihat sosok lain berdiri dia ambang pintu, menatap Awan dengan rasa syukur buang kentara melihat Awan membuka matanya.
Awan menyadari Sain tidak peduli lagi pada dirinya. Dia telah meninggalkan Awan saat itu ketika Awan benar-benar membutuhkannya. Entah mengapa hal itu membuat dada Awan menjadi tidak nyaman, dan merasa sakit dengan cara berbeda.
"Faiz? Apa yang kamu lakukan di sini?"
Faiz masuk ke dalam ruang lingkupnya. Membuat alis Awan berkerut bingung, mengapa Faiz?
Di mana Sain sekarang?
Apakah dia benar-benar tidak peduli lagi padanya?
Awan melirik Faiz yang tersenyum lebar dan semakin berjalan mendekat pada Awan. Dia menarik kursi ke sisi ranjang Awan, dan meletakkan bungkusan yang dia pegang di atas meja.
"Di mana Riksa?"