Sain berdiri menjulang di hadapannya dengan wajah ditarik lurus yang hanya Awan tahu hanya kemarahan melintas dan menempel permanen di sana. Tangan Sain bersidekap menatap Awan dengan mata hitam berkilau di timpa cahaya lampu jalan yang Awan sangat yakin mata itu menatap lebih tajam pada dirinya lebih dari yang Awan mampu terima.
"Awan, ingin menjauh lagi dariku?"
Alis Awan bertaut penuh ketidak percayaan dengan apa yang di ucapkan oleh Sain padanya. Pupil mata Awan membesar serta teror dan rasa takut melintas di wajahnya yang tanpa rona.
"Kamu meninggalkanku, Riksa. Aku pikir kamu peduli padaku." Awan berkata dengan tubuhnya yang bergetar, dia menggigit bibirnya enggan suara isak keluar dari celah bibirnya.
Sain tidak mengatakan apapun di depannya. Maka, Awan melanjutkan, "Apakah kamu hanya memanfaatkanku saja, Riksa? Apakah aku cuma mainanmu? Apa kamu akan menyiksaku lagi, Riksa?"