"Kenapa kamu bawa aku ke sini?" tanya Awan menggeliat berusaha meloloskan dirinya dari pelukan erat Sain. Dia beberapa kali hendak bangkit, tetapi kembali tergelincir.
"Kamu lebih memilih untuk tinggal di jalanan dari pada bersamaku?" Sain bertanya menumpukkan dagunya pada bahu Awan.
"Iya," jawab Awan singkat. Dia memejamkan matanya dan berusaha untuk tetap diam membiarkan Sain melakukan apapun yang dia suka. Bukannya inilah tugasnya sekarang?
"Kenapa?"
"Aku nggak mau ngerepotin orang lain dan aku ingin mandiri," kata Awan pelan sambil menggigit rapat bibirnya.
"Orang lain? Mandiri?" Sain mendengus mendengar jawaban Awan hingga Awan harus membuka matanya lebar, tetapi dia tidak mengatakan apapun. Sain kemudian melanjutkan perkataannya saat dia tahu Awan tidak membalasnya. "Kamu masih menganggap aku orang lain setelah semua yang terjadi pada kita? Dari tanda yang muncul di lehermu dan leherku itu menandakan bahwa hubungan kita bukan hanya sebatas hal remeh temeh yang kamu kira."