Butuh waktu beberapa lama sampai sosok Michelia membuka pintu rumahnya lebar dan mengenakan payung lalu berjalan cepat ke arah Awan.
Semakin mendekat Awan bisa melihat dengan jelas bahwa gadis yang menuju ke arahnya adalah Michelia yang asli. Alis Awan terangkat mendapati air mata Michelia telah meleleh membasahi pipinya.
Tatkala gerbang rumah itu telah terbuka sepenuhnya, Awan tidak perlu waktu lama untuk berpikir. Dia langsung menerjang Michelia dan memeluknya dengan erat.
Payung telah terjatuh di sisi kaki mereka dan tanpa sadar air mata Awan ikut turun. "Aku rindu."
Michelia mengangguk di bahunya dan semakin mengeratkan pelukannya. "Aku juga."
Mereka melepaskan pelukannya yang telah bertahan cukup lama. Awan memegang bahu Michelia untuk melihatnya lebih jelas, mengamati perubahan apa yang telah terjadi pada sahabatnya.
Michelia tampak menjauhi pandangannya. Namun, senyumnya masih menghiasi wajahnya. Kemudian dia berucap, "Kita sebaiknya masuk, di sini hujan."