Awan masih terdiam di meja makan, memperhatikan piring kosong yang tergeletak di hadapannya. Dia diam-diam mengangkat pandangannya dan melihat Langit sedang fokus memainkan ponsel yang berada di genggaman tangannya serta tangannya yang lain menjepit sandwich dia antara jarinya.
Dia selalu tidak mengira bahwa orang ini adalah saudara kembarnya secara tidak langsung, dan tidak heran Langit yang ini juga tinggal di sini. Awan memang begitu buta dan tak terlalu peka pada sekitarnya, tetapi seharusnya Awan tahu lewat foto yang dia temukan di kamarnya saat itu bahwa dia tidak lahir dari rahim yang sama seorang diri.