Awan terus berlari mengabaikan rasa kebas di kakinya. Dia tidak peduli orang-orang melihatnya seperti ini, menganggap dia orang gila. Awan tidak peduli.
Semestanya sekali lagi hancur ketika orang yang Awan percayai menipunya. Memanfaatkannya. Bahkan menganggap dia sebuah mainan. Walaupun Awan tidak mengerti apa yang dimaksud para pria itu tetapi cepat atau lambat Sain pasti akan membawa dirinya pada perkumpulan orang-orang aneh, dibanding Sain harus kehilangan nyawanya.
Sambil berlari dia memukul kepalanya sendiri dengan kuat berusaha mengingat apa yang terjadi antara dia dan Sain menurut ucapan pria itu, tetapi Awan tidak mengingat apapun. Air mata Awan telah lama mengalir deras, bagaimana bisa Sain membunuh lima orang sekaligus dalam satu hari dan masih merasa bangga.
Awan lebih dari tahu tidak seharusnya seorang lelaki menangis seperti ini, tetapi apa yang bisa Awan lakukan dia hanya manusia biasa.
Mainan?