Selamat Membaca
Mata Awan terangkat menatap mata Sain yang gelap. Awan menggenggam tangannya sendiri dengan erat dan berucap, "Riksa, bisakah kita berhenti berteman? Bisakah kita nggak bertemu lagi mulai sekarang?"
Sain maju meraih bahu dan mengguncangnya Awan dengan marah. "Kamu ngomong apa? Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Ada apa, Awan?"
Awan menggeleng sebagai jawaban dari banyaknya pertanyaan Sain. Kepalanya tiba-tiba terasa berputar.
"Riksa, Aku membencimu."
Awan mengerjap mengerjap ketika dia kembali mengingat hal itu. Dia mengalihkan pandangannya dan pikirannya.
Awan melihat papan tulis putih tanpa minat di mana gurunya sedang menerangkan di depan sana. Matanya menetap di sana tanpa mengalihkan dan hanya berkedip sesekali. Raganya di sini, tetapi pikiran Awan telah melalang ke sana ke mari memikirkan banyak hal dengan kata 'seandainya'.