"Michelia telah mati."
"Apa?"
Lelaki itu langsung berbalik kembali, mengabaikan kebingungan Awan dengan omong kosongnya. Awan menggeleng tak percaya. "Kamu berbohong."
"Kamu bertanya, aku menjawabnya. Biar aku ucapkan sekali lagi, Michelia telah mati dengan kepalanya yang terpenggal."
"Apa maksudmu?" tanya Awan.
"Tentu saja kamu akan selalu lupa. Sain sialan."
Menit-menit berputar dengan pikiran Awan yang melalang, otaknya terus di pacu dengan banyaknya kejadian tak masuk di akal serta sangat berat di terimanya. Bagaimana tidak?
Minggu-minggu yang Awan lewati terlalu banyak misteri yang belum terpecahkan. Mulai dari mimpi-mimpi aneh dirinya bersama seseorang yang Awan panggil ibu, yang dia sendiri anggap seorang monster.
Bahkan dia menemukan seseorang yang berteriak meminta tolong di dalam toilet, tetapi tiba-tiba saja Awan mendapati dirinya telah berada di dalam kelas dan tertidur. Itu mustahil. Awan sangat yakin itu adalah nyata.
