"Riksa, apa kamu ingin pulang?" tanya Awan tiba-tiba di tengah hening mereka.
"Apa kamu juga?" Sain balik bertanya sambil menuang susu dari kotak ke dalam cangkir.
Awan tidak menjawab karena Sain sudah pasti tahu jawabannya, tanpa Awan menyebutnya. Hal itu sudah jelas, di sini begitu berbeda tidak dapat di terima oleh akalnya.
"Apa kamu nggak rindu dengan orang tuamu?" Awan tiba-tiba langsung menyesali perkataannya, dia menggigit lidahnya setelah melihat ekspresi tertutup yang langsung dikenakan oleh Sain setelah kata itu terlontar dari bibirnya. "Maaf, Riksa."
Awan menegak segelas air hingga tandas dan meletakkan kembali ke atas meja dengan perlahan, dia sambil hati-hati melirik ke arah Sain yang fokus dengan pikirannya sendiri. Awan berpikir mungkin saja Sain ingin sendiri. Jadi dia mulai berdiri dan berkata dengan pelan. "Riksa, aku permisi pulang. Maaf sudah ngerepotin kamu semalam dan terima kasih untuk itu."