Raihan menghela napas, yang Langit tahu bahwa ayahnya sedang menahan amarah yang menggelegak sejak melihat buku itu. Dia tidak tahu apa sebenarnya yang ada di pikiran Raihan, sampai Sang ayah hendak langsung pergi menemui Renjana yang pada nyatanya hanya kesia-siaan jika menemui Renjana di pagi ini di rumah.
"Ayah ada apa?" Langit tidak pernah lelah untuk bertanya.
Raihan menoleh ke arahnya. "Saat kalian berpisah apakah Langit pernah bertemu Awan lagi?"
Langit mengerutkan keningnya dengan pertanyaan yang melenceng tiba-tiba, tetapi dia tetap menjawab cepat. "Nggak pernah, Ayah."
"Itulah letak kesalahannya. Renjana memanfaatkan Awan untuk kesenangannya. Ayah berpikir saat itu Awan datang untuk menemui Langit."
Langit menggeleng cepat. "Nggak Ayah, ibu melarang. Bukannya Ayah juga membuat janji agar aku nggak ketemu Awan dan Ayah menyuruhku saat SMP untuk sekolah di asrama."
"Ayah nggak pernah bilang dan membuat janji. Ibumu yang bilang seperti itu?"