Awan menggigit tangannya sendiri karena rasa malu yang membuncah, ketika Langit memergoki dia dan Sain siang tadi. Dia menarik napas dalam-dalam memejamkan mata menetralkan detak jantungnya yang berdetak berlebihan.
Awan bangkit berdiri dari kasurnya hendak ke bawah menegak air dan menghirup udara segar di luar.
Kakinya melangkah membawa dia menuruni tangga, tetapi langkahnya terhenti tepat di dasar tangga setelah dia menemukan Langit memeluk seorang wanita tanpa sehelai benang melekat di tubuhnya di ruang santai dengan televisi yang menyala. Tidak hanya itu bibir mereka saling menempel satu sama lain.
"Ingin bergabung?"
Awan mengerjap saat suara Langit yang serak menyela pikiran Awan. Darah berdesir merangkak naik ke wajah Awan, dia merasakan de javu seperti apa yang di alami Langit siang tadi.
Awan dengan cepat menggeleng, kakinya seolah terpaku. Dia ingin lari dari sini. Secepatnya.