Bellina kembali ke dalam kamar dan langsung ditatap tajam oleh El barack yang sudah selesai membersihkan tubuhnya, bahkan tatapan dari pria itu begitu menakutkan di dalam penglihatan Bellina.
"Darimana saja kamu?" tanya El yang berjalan mendekat ke arah Bellina dan terus memperhatikan wajah perempuan itu.
"Dan kenapa wajahmu sembab begitu? Apa kamu sudah menangis?" tanya El Barack melihat wajah Bellina yang sudah terlihat sembab seperti sudah menangis.
Bellina baru ingat jika dirinya memang baru saja menangis di dekapan Kevin, dan terlupa tak membasuh wajahnya terlebih dahulu untuk menghilangkan aura menangis. Pantas saja jika El Barack menatapnya begitu dan mencurigainya.
"Aku tidak menangis," jawab Bellina pelan dan langsung menundukkan wajahnya, menghindar dari tatapan El Barack yang terus memperhatikannya.
El tak langsung percaya begitu saja, bahkan sulit bagi El untuk mempercayai seseorang dalam keadaan seperti itu.
Pria itu kembali mencengkeram dagu Bellina dengan pelan, membuat Bellina merasa terkejut dan mau tak mau harus mengarahkan matanya ke arah El Barack. Tujuan El melakukan itu karena ingin melihat jawaban kejujuran dari kedua bola mata Bellina.
"Jangan coba-coba untuk membohongiku Bellina Ammari, aku tahu wajah tak jujur dari seseorang, termasuk raut wajah darimu yang menyembunyikan kebohongan dariku," ungkap El Barack yang terus memperhatikan wajah Bellina. Bahkan di ujung matanya pun masih terlihat air mata yang sedikit keluar.
Wajah Bellina mendadak menegang mendengar pernyataan dari El Barack, tak mungkin baginya mengatakan yang sejujurnya karena telah bertemu dengan Kevin. Bagaimanapun caranya hubungan dirinya dengan Kevin tak ada yang boleh tahu. Ia tak ingin Kevin dalam keadaan bahaya.
Bellina masih terdiam mencari alasan yang masuk di akal, agar El benar-benar percaya padanya.
"Siapa yang telah kamu temui tadi?" tanya El Barack seolah tahu jika Bellina baru saja bertemu dengan seseorang, walaupun tidak mengetahui jik Kevin adalah orangnya.
"Bersikap santailah Bellina di depannya, jangan sampai pria ini mengetahui semuanya," gumamnya dalam hati.
"Kamu benar, aku sudah menangis di kamar mandi, dan tak ada orang yang ku temui," jawab Bellina yang terlihat santai saat menjawab.
El Barack melemahkan cengkeraman di dagu Bellina, dan mengerutkan dahinya.
"Kenapa kamu menangis?" tanya El barack yang memang begitu benci dengan suara tangisan, atau melihat perempuan yang menangis.
"Aku menangis karena harus menerima nasib hidupku yang begitu buruk, berada di tengah-tengah keluarga yang hanya mengutamakan kehidupannya, tanpa melihat jika di belakangnya ada orang yang tersakiti, karena keinginannya," tegas Bellina yang begitu berani mengatakannya di hadapan El Barack. Bellina sudah tak memperdulikan lagi wajah dari El Barack yang benar-benar ingin menerkamnya hidup-hidup setelah mendengar jawaban darinya.
"Wah, wah. Gadis polos nan lugu kini sudah menjelma menjadi gadis yang berani mengungkapkan isi hatinya. Mendapat keberanian darimana kamu mengatakan kalimat itu, Bellina!" tegas El Barack yang kembali menjambak rambut panjang Bellina membuat Bellina meringis kesakitan.
"Sepertinya aku benar-benar ingin membunuhmu," tegasnya.
"B-bunuh saja aku, jika kamu puas. Bahkan lebih baik aku mati, daripada aku harus hidup dengan pria kejam nan jahat sepertimu," sarkas Bellina yang merasa kesakitan. Namun ucapan dari Bellina itu membuat El Barack tambah murka dan sudah mengangkat telapak tangannya untuk menampar wajah Bellina.
Ketika El Barack sudah mendekatkan tangannya untuk menampar Bellina, dan perempuan itu sudah menjauhkan wajahnya menghindar dari tamparan El Barack. Namun, El Barack mampu menahan amarahnya itu untuk tidak menampar Bellina. Ketika melihat wajah Bellina yang sudah pucat pasi karena ketakuta. Padahal El Barack belum menamparnya sama sekali.
Dengan berani Bellina mengarahkan matanya ke arah El Barack, dan melihat jika El tak jadi menamparnya, bahkan telapak tangannya masih terangkat tetapi dirinya diam tak bergeming.
Ditariknya tubuh Bellina secara paksa, sehingga tubuh gadis itu saling bersentuhan dengan tubuh El Barack yang masih bertelanjang dada.
"Jangan membuatku tambah murka, Bellina. Kamu hanya budakku, jadi menurutlah dengan apa yang kukatakan dan perintahkan. Jangan menantang dan membangkang ucapanku, karena aku paling benci terhadap orang yang membangkang," bisiknya di telinga Bellina.
"Dan aku tak akan membiarkanmu mati begitu saja, kamu masih memiliki tanggung jawab kepadaku, sebagai seorang istri yang harus melahirkan keturunan untukku."
Jantung Bellina kembali berdegup dengan kencang, bahkan terasa aneh ketika mendengar kata 'istri' yang diucapkan oleh El Barack. Benar-benar terasa aneh sekali. Bellina tak mengerti ternyata jika pria kejam sepertinya memang menganggapnya sebagai istrinya, walaupun dengan cara yang tak biasa.
"Apa kamu akan mati dengan cepat tanpa memberikan keturunan untukku?" tanya El barack yang lekat menatap wajah Bellina.
Walaupun dengan perasaan takut. Namun, Bellina dengan berani mengedarkan matanya ke arah El Barack yang sedang menatapnya.
"Aku sudah mengatakan jangan mengharapkan keturunan dariku, Tuan El. Anda bisa mendapatkan keturunan dari rahim perempuan lain. Penyakit yang kuderita menghambat untuk memiliki keturunan."
"Tapi, aku ingin mendapatkan keturunan dari rahimmu, Bellina," tegas El Barack yang mencengkeram kuat bahu Bellina.
"Kenapa anda begitu aneh, Tuan El. Kenapa anda masih mempertahankan aku yang jelas-jelas hanyalah perempuan yang penyakitan. Lagi pula kita berdua tak saling mencintai."
El barack tak dapat menahan lagi, rasanya ia ingin menyumpal mulut Bellina yang terus berbicara dan membuatnya kesal.
"Karena penyakit yang kamu derita bisa disembuhkan. Aku akan melakukan segala cara untuk bisa menyembuhkan penyakitmu."
Pria itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Bellina, sehingga jarak keduanya begitu dekat, hembusan napas pun terdengar oleh telinga masing-masing. Keduanya merasakan hal yang sama kembali, ketika saling bertatapan satu sama lain dengan jarak yang begitu dekat.
"Aku memang tak mencintaimu, Bellina." Terasa berat saat El Barack mengatakan kalimat seperti itu, bahkan lidah dengan hati mengatakan hal yang berbeda. Dua anggota tubuh yang saling bertolak belakang.
"Tapi … kamu adalah perempuan polos dan lugu, dan perempuan itulah yang sangat cocok untuk melahirkan keturunan untukku nantinya," tegas El Barack.
"Apa kamu mengerti sekarang dengan apa yang kukatakan, agar otakmu ini …." El Barack menyentuh kepala Bellina. "Dapat mencerna dengan baik, apapun tujuanku menikahimu," ungkapnya yang segera menormalkan sikapnya yang sudah tak nyaman di dekat Bellina, karena jantungnya yang terus berdetak kencang berbeda dari biasanya.
Bahkan terlupa jika El Barack masih dalam keadaan bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk putih yang melilit di pinggangnya. Pria tampan itu sedikit menjauhkan jarak tubuhnya dengan Bellina.
"Aku hanya membuang-buang waktu meladeni setiap perkataanmu, Bellina," ucap El yang langsung pergi dari hadapan Bellina yang masih terdiam mencerna ucapan darinya.
Pria itu mengambil pakaian kantornya di dalam lemari besar yang khusus menyimpan baju-baju mahalnya. Sedangkan Bellina yang terlihat lesu mendudukkan tubuhnya di atas tepi ranjang, gadis itu berusaha sedang menormalkan sikapnya yang tak biasa setiap berdekatan dan bertatapan dengan El Barack. Bellina tak mengerti dengan perasaan seperti itu, padahal ia sangat membenci El dan tak mencintainya sama sekali. Namun, perasaan yang begitu aneh terus terasa ketika pria itu benar-benar mengharapkan keturunan darinya.
Sedangkan di arah yang berlawanan, El Barack terus memperhatikan Bellina yang sedang duduk memunggunginya, sembari memakai kemeja hitam yang dipakainya pagi ini untuk ke kantor.
Untuk Spoiler dan Visual Cast Check di Highlight Instagramku yah : @Aishimazaki30