Wajah Bellina begitu bahagia, ketika mendapati sosok Kevin yang sudah berdiri di depannya. Bahkan karena tak kuat menahan gejolak perasaannya di dalam hati membuat perempuan itu ingin terisak di depan pria yang sangat dicintainya.
Tanpa menunggu lama, Bellina langsung memeluk tubuh pria yang sangat dicintainya itu dengan erat, seolah tak ingin berpisah lagi dengan Kevin. Bellina terus menangis terisak membuat Kevin semakin tak tega dengan kehidupan yang dijalani Bellina di tengah-tengah keluarga Nagara.
"Hiks … hiks …" Isak Bellina.
"Aku sangat merindukanmu, Kevin. Aku tidak ingin berpisah lagi denganmu, hiks …." Lirih Bellina yang mengeluarkan banyak air mata sampai sedikit membasahi pakaian Kevin.
Karena terus dibuat tak tega, secara perlahan Kevin membalas pelukan dari Bellina dan mengusap rambut panjang perempuan itu yang tergerai dengan indah, lalu turun ke bawah mengusap punggung Bellina dengan lembut.
Pelukan keduanya begitu dalam dan penuh arti, bahkan terdapat rasa kenyamanan dan kehangatan yang dirasakan oleh Kevin maupun Bellina. Setelah sekian lama keduanya tak saling berpelukan lagi dan dipisahkan oleh jarak. Ketika Kevin pergi ke ibu kota untuk bekerja dan setelah itu ia berjanji untuk menikahi Bellina. Namun, sekarang keinginannya itu pupus sirna ketika perempuan yang sangat dicintainya dijual oleh bibi kandungnya sendiri dan menjadi istri dari tuannya. Bagaimana bisa bagi Kevin untuk mendapatkan Bellina kembali, mungkin ia bisa mendapatkan Bellina jika dirinya berkhianat. Namun, rasanya hal itu tidak mungkin pernah dilakukannya, setelah kebaikan dari Tuan Gerald kepadanya selama ini.
Keduanya pun menghentikan pelukannya, wajah Bellina masih terlihat sembab dengan air mata yang menghiasi sudut matanya. Dengan berani Kevin mengusap air mata Bellina sembari tersenyum. Kevin menyadari apa yang dilakukannya ini memang salah, namun ia tak tega melihat keadaan Bellina yang sudah seperti ini.
"Bellina, aku tidak ingn melihatmu menangis. Mana Bellina-ku yang selalu tersenyum dalam keadaan apapun, disaat sedih ataupun dalam keadaan senang, kamu terus tersenyum. Aku sangat merindukan Bellin-aku yang dulu," ucap Kevin yang terus mengusap wajah Bellina lembut, walaupun perempuan itu terus terisak.
"Ayo kita pergi berdua, Kevin. Tolong bawalah aku pergi, aku tidak ingin berada di neraka itu," pinta Bellina yang kembali memeluk tubuh Kevin.
"Kamu tahu 'kan, bagaimana perlakuan keluarga kejam itu kepadaku, mereka tak menganggapku sebagai manusia. Hanya kepentingan diri mereka sendiri yang diutamakan, sedangkan aku … hiks … Bahkan Tuan El menikahiku hanya ingin mendapatkan keturunan saja dari rahimku, bukankah hal itu begitu kejam, Kevin."
Kevin tak tega jika mendengar kisah hidup Bellina yang begitu memilukan, bahkan ia merasa tak berguna dan serba salah dalam keadaan seperti ini. Ia tak mungkin mengikuti keinginan Bellina untuk membawanya pergi, walaupun sangat ingin dilakukannya. Karena tak mendapat balasan dari Kevin membuat Bellina menyentuh wajah Kevin, dan ditatap wajah pria itu lekat.
"Kamu mendengarkan ucapanku, kan, Kevin?! Apa kamu tidak merasa kasihan padaku," ungkap Bellina dengan nada suara yang sedikit kecewa.
"Aku sangat mengerti dengan keadaanmu, Bel. Bahkan aku tak tega melihat kehidupanmu di rumah itu. Namun sekarang, kamu sudah menjadi istri dari tuanku sendiri, Tuan El Barack. Bagaimana bisa aku membawamu pergi, aku tidak mungkin mengkhianatinya, karena kebaikan dari Tuan Gerald kepadaku selama ini.
"Aku sangat mencintaimu, bahkan hatiku begitu sakit ketika perempuan yang sangat kucintai telah menjadi istri pria lain, yang tak lain adalah tuanku sendiri. Tolong percayalah padaku, Bellina," ucap Kevin yang mengusap wajah Bellina. "Setelah Tuan El Barack menceraikanmu nanti, aku akan langsung menikahimu dan akan membahagiakanmu. Aku berjanji." ungkap Kevin yang membuat Bellina semakin menangis terisak-isak di dekapannya.
"Kenapa kamu tega mengatakan seperti itu, Kevin. Hiks … hiks … Apa kamu sudah tak memiliki perasaan padaku. Mengapa harus menunggu Tuan El menceraikanku, baru kamu menikahiku. Mengapa tidak sekarang saja." Bellina memukul pelan dada Kevin karena sangat kecewa dengan jawaban yang diberikan olehnya.
"Aku sangat-sangat mencintaimu, Bellina," balasnya yang langsung memegangi kedua tangan Bellina. "Sekarang kamu tatap aku," pinta Kevin.
Bellina yang sedang terisak pun langsung menatap wajah Kevin.
"Selama aku bekerja dengan Tuan El, aku akan terus berusaha melindungimu, Bellina. Aku tidak akan membiarkan satu pun orang untuk menyakitimu. Dan janjiku padamu, jika aku akan menikahimu nanti."
Bellina mengusap wajahnya yang sudah berderai air mata. "Aku mengerti, tapi aku mohon kepadamu, tolong jangan menolak sesuatu hal yang ingin aku lakukan padamu kali ini," ucap Bellina yang mulai berjinjit mensejajarkan tubuhnya dengan Kevin. Bellina menyentuh kedua pipi Kevin dan langsung mencium bibir Kevin lembut, membuat Kevin tersentak dengan yang dilakukan oleh Bellina kepadanya. Kevin tak dapat menolak karena untuk pertama kali dalam hidupnya selama mengenal Bellina dirinya tak pernah berciuman dengan Bellina. Dan baru sekarang ia bisa merasakan lembutnya bibir Bellina yang sedang menguasainya. Secara perlahan Kevin membalas ciuman lembut Bellina, dan keduanya melakukan pagutan bibir di sebuah taman di bawah pepohonan yang begitu rindang. Namun, di arah kejauhan ada seorang paparazzi yang sedang memantau kegiatan yang dilakukan oleh Bellina dan Kevin. Sang paparazzi tersebut memotret satu persatu gerakan yang dilakukan oleh keduanya. Namun, pria itu tak dapat melihat dengan jelas wajah Kevin yang sedang memunggunginya, bahkan sebelum bertemu dengan Bellina, Kevin mengganti pakaiannya terlebih dahulu, karena pria itu sudah memiliki firasat jika pertemuannya dengan Bellina akan menjadi lahan pekerjaan untuk orang lain dan boomerang baginya, maka dari itu Kevin begitu berhati-hati saat akan menemui Bellina.
***
"Apa kamu mabuk?" tanya Gerald karena melihat wajah cucunya yang tampak semrawut dengn mata sayu. Bahkan sudah tercium bau alkohol di wajahnya.
"Aku hanya ingin menghilangkan stress ku saja, Kek."
"Apa kamu sudah GILA, El." Gertak Gerald. "Sekarang kita akan pergi dan kakek akan memperkenalkanmu kepada Eliza, tapi kamu malah mabuk seperti ini," kesal Gerald yang tak dapat menahan lagi kemarahannya kepada El barack. Sedangkan El sendiri malah menanggapi dengan tertawa kecil, karen dirinya benar-benar sudah dipengaruhi oleh alkohol, namun tak terlalu parah.
"Untuk apa kakek memperkenalkanku dengan wanita lain. Aku sudah menikah, jadi kakek tidak usah repot-repot untuk menjodohkanku lagi. Aku sangat yakin jika sebentar lagi Bellina akan segera hamil dan membuat Kakek Gerald senang," ungkap El barack sambil tersenyum kembali, bahkan dalam keadaan sedikit mabuk.
"Keputusan kakek sudah bulat, El. Kakek akan memperkenalkanmu dengan Eliza, dan kakek pun yakin jika kamu akan menyukainya nanti, karena perempuan itu lebih cocok denganmu dibanding Bellina, perempuan penyakitan itu. Jika dari awal kakek tahu kalau kamu menikahi perempuan yang penyakitan, kakek tidak akan pernah merestui pernikahanmu dengannya, walaupun kakek tak hadir dalam pernikahanmu."
Walaupun dalam keadaan mabuk, namun El masih bisa mencerna dan berbicara dengan baik.
"Segera rapikan pakaian dan juga keadaanmu, El. Kakek tunggu di luar, kita harus pergi sekarang."
Gerald segera pergi dari ruangan cucunya, sedangkan El barack terlihat kacau, dengan rambut yang sedikit berantakan. Sesekali pria itu mengusap wajahnya, dan memijat kepalanya yang terasa sedikit berdenyut.
To be continued…
Untuk Spoiler dan Visual Cast Check di Highlight Instagramku yah : @Aishimazaki30