"Hari ini Kakek akan mempertemukanmu dengan putri dari Pak Michael, El. Eliza namanya," ucap Gerald ketika keduanya sedang menikmati sarapannya di pagi hari ini.
El Barack yang hendak memasukkan satu suap sandwich yang sudah dipotong ke dalam mulutnya langsung terhenti ketika sang kakek mengatakan kalimat itu, bahkan kedua matanya sudah menatap wajah Gerald lekat mencari jawaban atas yang diucapkan oleh kakeknya. Bukan hanya El barack yang sedikit merasa terkejut melainkan Bellina dan juga Kevin pun saling pandang mendengar ucapan sang kakek. Walaupun Bellina sudah merasa jelas dengan maksud kalimat itu, pasti sang kakek ingin menjodohkan El Barack dengan perempuan lain yang lebih sepadan dengannya. Bellina memang belum memiliki rasa kepada pria yang sudah menjadi suaminya, namun mendengar kalimat itu tentu saja membuat dadanya sedikit sakit dan sesak.
"Untuk apa, Kek? Apa untuk membicarakan masalah bisnis?" tanya El yang berpikir seperti itu. Berbeda dengan pemikiran Bellina yang langsung ke arah perjodohan.
"Masalah bisnis, kerja sama dan sepertinya Eliza begitu cocok untuk menjadi istri pengganti dari Bellina, El," ungkap Gerald yang to the point. Dengan sekejap El Barack langsung menghentikan sarapannya. Bahkan rasanya sudah tak berselera lagi mendengar lontaran dari sang kakek.
"Eliza sangat cantik, berpendidikan tinggi, seorang yang berasal dari keluarga konglomerat, dan tentunyan Eliza akan memberikan keturunan untukmu, El. Bukankah perempuan itu begitu cocok untuk menjadi pasangan hidupmu, dan berada di tengah-tengah keluarga kita," ungkap Gerald yang sama sekali tak memperdulikan perasaan Bellina yang tengah menggebu-gebu sebagai istri sah dari El Barack.
Kevin yang berdiri di tengah-tengah keluarga yang sedang menikmati sarapan. Kedua matanya terus memperhatikan keadaan dan wajah Bellina yang tampak sendu. Hati pria itu begitu sakit mendengar dan melihat wajah Bellina, ketika perempuan yang sangat dicintainya tak pernah dihargai di keluarga Nagara dan selalu diinjaak-injak. Sedangkan perempuan yang sedang diperhatikannya terus tertunduk dan terlihat lesu, ucapan dari Gerald memang membuat hatinya sakit, tapi bagi Bellina, ia tak bisa berbuat apa-apa, melawan pun rasanya tidak bisa.
"Apa kakek berniat untuk menjodohkanku dengannya, bukannya aku sudah menikah dengan perempuan yang ada di sampingku ini, Kek. Rasanya begitu aneh ketika pria yang sudah beristri harus dijodohkan lagi," tegas El Barack menjawab perkataan sang kakek.
"Kakek tahu, apa salahnya kamu kenal terlebih dahulu, El. Karena kakek yakin, kamu pasti akan menyukainya. Karena perempuan itu lebih cocok bersanding denganmu dibanding Bellina," tegas Gerald yang mengarahkan matanya ke arah Bellina dengan tatapan yang tak suka.
Bellina mencoba bersikap biasa saja, seolah jika pernikahan singkat yang dijalaninya dengan El Barack memang tak berdasarkan cinta. Bellina pun tak ingin dianggap lemah oleh Gerald, jika memang harus berakhir dengan perceraian, tentu saja Bellina tidak merasa keberatan.
El Barack mengarahkan matanya ke arah Bellina, dan terlihat raut wajah perempuan itu yang tampak biasa saja, dan hal itulah yang membuat El Barack sedikit kesal, mengapa Bellina bisa sesantai itu dalam menanggapi perkataan sang kakek. "Apa dia benar-benar tak memiliki perasaan apapun padaku," gerutu El Barack dalam hati sembari mengepalkan kedua tangannya erat, ingin sekali membukakan mulut Bellina, agar perempuan itu mengatakan sesuatu merasa keberatan atas ucapan kakek.
Gerald menyudahi sarapannya, karena pagi ini pria yang sudah tak muda lagi itu akan bertemu dengan rekan bisnisnya. "Pokoknya siang ini, kamu akan ikut dengan kakek, El. Dan tak ada penolakan darimu," ucap Gerald yang segera pergi dan langsung diikuti oleh beberapa bodyguard yang akan mengantarnya pergi ke mana-mana.
Ketiganya masih terus terdiam. Kevin yang menyadari, segera beranjak pergi untuk memberikan waktu luang untuk keduanya saling berbicara. Walaupun sebenarnya ia merasa tak tega jika harus meninggalkan Bellina seorang diri dalam keadaan seperti ini.
Ketika tidak ada yang dapat diucapkan lagi, Bellina segera beranjak bangun. Namun, El Barack langsung mencekal pergelangan tangannya membuat Bellina langsung terdiam dan menghentikan gerakannya. Bellina menoleh ke arah El Barack.
"Kenapa kamu tampak biasa saja saat kakek berbicara seperti itu padaku tadi? Kenapa kamu tidak membalas dan merasa keberatan dengan yang kakek katakan, kamu menanggapi dengan wajah yang biasa," ucap El Barack yang sekarang menatap wajah Bellina tajam.
El barack berdecih kecil. "Apa kamu benar-benar tak memiliki perasaan sedikit pun pada pernikahan ini, dan menginginkan agar aku menikah dengan perempuan lain," ungkap El Barack.
Entah mengapa ucapan yang dilontarkan oleh El Barack barusan mampu masuk ke dalam hatinya begitu saja. Bellina merasakan jika jantungnya kembali berdegup kencang ketika El Barack berbicara mengenai tentang perasaan. Bahkan tanpa diharapkan pun, kedua bola mata Bellina sudah mulai berkaca-kaca.
"Apa yang bisa kulakukan! Apa yang bisa dilakukan seorang perempuan miskin, rendah, tak berpendidikan dan penyakitan sepertiku. Apa aku bisa melawan orang yang penuh kuasa ketika mereka merendahkanku. Aku tidak memiliki kekuatan lebih untuk melawannya, Tuan El. Bahkan untuk melawan penyakitku sendiri pun aku tak mampu. Aku hanya bisa terdiam, lalu untuk apa? Kamu masih mempertahankan aku sebagai istrimu, Tuan El. Apa yang diucapkan oleh Tuan Gerald memang benar, masa depanmu masih panjang. Perusahaan Nagara sangat membutuhkanmu dan juga anak-anakmu nanti yang akan meneruskannya. Jangan mengharapkan banyak dengan pernikahan yang kita jalani, karena aku tak bisa memberikan apapun yang kamu mau," balas Bellina dengan isakan yang tak dapat dibendung lagi.
El Barack bangkit dari duduknya dan langsung menciun bibir Bellina dengan ritme yang cepat, sampai membuat Bellina kesulitan bernapas dan kewalahan untuk mengikuti gerakan bibir El Barack yang sedang menciumnya. Karena jarak tinggi badan yang begitu jauh dengan Bellina, membuat El Barack harus menundukkan kepalanya untuk terus menghujani bibir Bellina. Karena merasa tidak suka dengn kalimat yang dilontarkan oleh Bellina tadi.
Apa yang dilakukan El Barack dan Bellina ternyata terlihat jelas oleh Kevin. Rasa sakit nan cemburu sedang ia rasakan sekarang. Ketika perempuan yang sangat dicintainya sedang berciuman dengan pria lain, yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Keduanya pun menghentikan pagutan bibir selama satu menit. El Barack menatap lekat wajah Bellina yang sudah sembab dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya, sedangkan wajah Bellina sendiri berada di bawah wajah El Barack yang sedang menatapnya lekat.
Tangan lembut El Barack menyentuh wajah Bellina yang tampak pucat, mengusapnya secara perlahan air mata yang masih membasahi pipinya.
"Aku benci dengan kata-katamu, Bellina. Kenapa kamu terlalu pasrah dengan hidup yang kamu jalani ini. Apa aku pernah menamparmu? Apa aku pernah melukai tubuhmu atau melakukan kekerasan fisik padamu?!" tanya El Barack dengan nada sedikit menggertak. "Kenapa hidupmu begitu pasrah." El Barack sadar dalam keadaan seperti ini, ia memang tak bisa bersikap kasar kepada Bellina. Padahal sikap kepasrahan dari Bellina lah yang membuatnya begitu marah.
"Tuan, sekarang sudah jam 8, bukankah pagi ini Tuan akan bertemu dengan Tuan Ronald," sahut Kevin yang memberitahu tuannya.
Dengan cepat El Barack segera melepaskan tubuh Bellina dari kedua tangannya. "Besok kita akan bertemu dengan Dokter Hans," ucap El Barack. "Jangan membantah apapun ucapan dan perintahku!" tegasnya yang segera membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan akibat permainannya tadi dengan Bellina.
El Barack segera pergi dari hadapan Bellina, sedangkan Kevin masih ingin menatap wajah Bellina lekat, rasanya ingin memeluk Bellina dan mencoba menenangkannya dalam keadaan yang sudah seperti ini.
To be continued…
Untuk Spoiler dan Visual Cast Check di Highlight Instagramku yah : @Aishimazaki30