Chereads / Disgraced Bride / Chapter 10 - Kebaikan El Barack

Chapter 10 - Kebaikan El Barack

El Barack menatap tajam nan benci terhadap pria yang sedang tertunduk di depan kakinya. Bukan tanpa alasan El Barack membenci dan marah terhadap pria tersebut. 

"Tuan El, tolong maafkan saya. Saya benar-benar khilaf," ucapnya yang menyentuh kaki El Barack. 

Pria itu pun mendorong seorang pria yang bersimpuh di kakinya, sehingga pria tersebut terjungkal ke lantai dengan perasaan takut kepada El Barack, pria yang begitu disegani oleh para pebisnis yang lain. Sedangkan Kevin hanya lekat melihat sikap El Barack kepada pria yang memang mencoba untuk mengkhianatinya. 

El Barack menjambak rambut pria tersebut sampai membuat wajah pria itu berhadapan dengannya, agar El Barack dapat melihat dengan jelas wajah pria yang berusaha untuk mengkhianatinya.

"Seharusnya aku membunuhmu, karena kamu sudah berani untuk mengkhianatiku dan memberikan data perusahaan kepada orang lain demi kepentingan sendiri, atau aku jebloskan saja ke penjara," tegas El Barack yang menghempaskan begitu saja kepala pria yang sedang dipegangnya sehingga tersungkur lagi ke lantai. 

Karena terus dilanda rasa ketakutan, sang pria tersebut langsung bersimpuh di kaki El Barack seraya memohon ampunan kepadanya. 

"Tuan El, saya mohon, tolong maafkan saya, Tuan. Tolong jangan bunuh saya, agar saya dapat memperbaiki kesalahan yang telah saya perbuat kepada anda," ucap pria tersebut yang terus memohon ampun kepada El Barack. 

Karena El Barack yang sudah tak ingin mendengar permohonan maafnya, karena hal itu membuat telinganya berisik. 

"Kevin, kamu usir dia karena aku sudah muak dan mual melihat wajahnya, bahkan dengan perkataannya yang terus meminta maaf padaku. Seret dia keluar, jika dia memberontak panggil para bodyguardku agar mengusirnya dengan cara yang kasar," titah El Barack kepada sang kaki tangan barunya yang bernama Kevin. 

"Baik Tuan El."

Kedua tangan Kevin sudah mencengkram bahu pria yang masih tertunduk itu. Setelah menjadi kaki tangan dari Tuan Gerald perasaan iba dan kasihan sudah tidak ada di dalam kamus kehidupan Kevin.

Kevin menarik paksa dan mendorong tubuh pria itu, walaupun sang pria berusaha untuk berbicara pada El Barack agar mau memaafkannya. 

"Cepatlah keluar! Kamu tidak mendengar jika Tuan El tidak ingin berbicara dan melihatmu lagi. Jadi janganlah membantah!" gertak Kevin kepada pria itu sampai membuat El Barack terpukau dengan sikap berani Kevin. Dan sepertinya El Barack benar-benar menyukai sosok Kevin yang berani. 

"Tapi Tuan Kevin saya masih ingin berbicara pada Tuan El, ingin menjelaskan semuanya."

"Kamu tidak mendengar tadi jika Tuan El tidak ingin mendengar alasanmu lagi, lagi pula Tuan El masih baik padamu, ia tak membunuhmu ataupun menjebloskan mu ke dalam penjara. Namun, kamu hanya akan kehilangan pekerjaan penting mu di perusahaan ini, itu semua akibat kesalahanmu sendiri jadi kamu harus menanggungnya. Tuan El begitu baik karena masih memberikan kesempatan untukmu hidup," tegas Kevin yang juga ikut tersulut emosi dan langsung menyeret pria itu. 

El Barack benar-benar sangat terkesan dengan cara Kevin memperlakukan pria itu. 

"Nasib baik kakek mempekerjakan Kevin untukku, karena pria itu dapat diandalkan," ungkap El Barack yang mendudukkan tubuhnya di atas kursi kebesarannya, karena kepalanya terasa sedikit berdenyut setelah meladeni pria tadi. Salah satu karyawannya yang memiliki jabatan penting, namun malah berusaha untuk berkhianat. 

El Barack terus menyentuh pelipisnya yang masih berdenyut. Tak lama ponselnya berdering sebuah panggilan masuk untuknya.

El Barack meraih ponsel yang tergeletak di atas meja kerjanya dan melihat orang yang menelponnya tak lain dari sang kakek. 

Pria itu langsung menjawab panggilannya. 

"Halo Kek."

"Ke ruangan kakek sekarang," titah Gerald. 

"Ada apa, Kek?" tanya El. 

"Ada hal yang ingin kakek katakan padamu," balas Gerald. 

"Baik Kek," jawab El Barack yang terlihat sedikit menegang. Pria itu pun menyimpan kembali ponselnya secara asal. Merasa penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh kakek nya. Walaupun El Barack adalah salah satu pengusaha yang disegani. Namun, ia tak dapat membantah ataupun melawan perintah sang kakek. 

"Ada apa kakek ingin bertemu denganku," gumam El Barack pada dirinya sendiri yang merasa penasaran. 

Pria itu segera beranjak bangun bebarengan dengan kedatangan Kevin setelah mengusir pria tadi.

"Kamu ikut denganku sekarang ke ruangan kakek," titah El Barack kepada Kevin. Pria itu segera berjalan keluar dan langsung diikuti oleh Kevin di belakangnya. 

***

Di halaman belakang kawasan rumah milik El Barack. Terdapat sebuah taman yang begitu luas nan hijau. Bellina sedang terduduk pandangannya lurus ke depan menatap dedaunan yang mulai berjatuhan dari pohonnya. Ada perasaan nyaman melihat daun tersebut yang jatuh ke atas tanah. Namun, ketika teringat dengan nasib hidupnya yang berakhir di rumah ini membuat wajahnya kembali murung. Bahkan Bellina mengeratkan tangannya. 

"Harus dengan cara apalagi agar aku keluar dari rumah terkutuk ini, dan terhindar dari pria kejam seperti El barack. Seharusnya dia tak menyelamatkan nyawaku saat aku akan mengakhiri hidup, tapi bak seorang pahlawan ia menyelamatkanku dengan tujuan karena ingin mendapatkan keturunan dariku," gerutu Bellina. 

"Nona Bell," teriak seseorang dari belakang memanggil namanya. 

Emma mendekat ke arah Bellina yang sedang duduk seorang diri. Emma membawa nampan berisi makanan, minuman dan obat untuknya. 

"Saya mencari Non Bell, tapi ternyata Nona ada di sini," ucapnya yang duduk di samping Bellina. 

"Untuk apa Bibi Emma mencariku?" tanya Bellina. 

"Non Bell belum makan kan, jadi saya membawakan makanan dan obat untuk Non," balas Emma yang tersenyum. 

"Aku sudah tidak ingin makan ataupun minum obat, lebih baik aku mati saja. Aku sudah tak ingin hidup," ucap Bellina terdengar pasrah. 

"Non Bell tidak boleh berbicara seperti itu, Non Bell harus sehat yah. Karena masih banyak orang yang menyayangi Non Bell."

"Siapa?!" Bellina mengarahkan matanya kepada Emma. "Hanya Bibi Emma yang menyayangiku, sedangkan yang lainnya seorang monster dan penjahat. Mereka tidak memiliki hati sama sekali, dan menganggapku hanya sebagai alat permainan. Untuk apa aku hidup jika hidupku menderita seperti ini, bukankah lebih baik aku mati saja agar hidupku tenang."

Emma sangat mengerti dengan keadaan Bellina. Mungkin ia pun tak dapat membayangkan jika berada di posisi Bellina. Seorang perempuan yang masih muda, cantik dan masa depannya masih panjang, tapi harus menghadapi hidup yang sekejam ini. 

Emma memeluk tubuh Bellina lagi untuk berada di dekapannya. "Apa Non Bell tak merasa kasihan kepada saya, jika Non Bell sampai mengakhiri hidup. Bagaimana dengan nasib saya nanti. Saya tidak ingin kehilangan Non Bell. Jadi saya mohon bertahanlah untuk hidup. Saya yakin dibalik ini semua, Tuhan sudah merencanakan hal yang begitu indah untuk Non Bell. Saya sangat yakin itu, jadi Non bersabarlah karena saya akan selalu ada di samping Non Bell."

Untuk Spoiler dan Visual Cast Check di Highlight Instagramku yah : @Aishimazaki30