Bellina sedang berdiri di depan cermin, dengan gaun lingerie transparan yang sudah tersemat di tubuhnya yang begitu sempurna. Terlihat dengan jelas tubuh dan punggung putih mulus Bellina yang terekspos dengan sempurna di balik cermin.
Lekukan tubuhnya yang menggoda. Rambut panjang nan hitam, ujungnya sedikit bergelombang, bagi siapa saja yang melihatnya pasti akan terpesona dan tergoda dengan penampilan dan wajah Bellina yang sangat cantik. Tapi sayangnya Bellina hanya milik El Barack seorang, hanya pria itulah yang berhak melakukan apapun atas diri Bellina.
Malam ini Bellina harus menjalani malam yang panjang lagi dengan El Barack, ia tak dapat membayangkan kesakitan apalagi yang akan dirasakannya.
Bellina merasa jijik dengan penampilannya yang begitu mencolok, bahkan jika malam ini ia harus melayani pria kejam itu lagi. Padahal ia masih merasa ketakutan untuk menerima benih dari El Barack. Namun pria itu terus saja memaksanya.
Bellina merasa bingung mengapa El Barack begitu menginginkan keturunan darinya, sudah tahu jika dirinya hanyalah gadis penyakitan. Pasti diluaran sana banyak wanita yang ingin melahirkan anak dari seorang El Barack dan tentunya lebih menggoda daripada dirinya yang penyakitan.
Bellina mencengkeram kuat ujung lingerie yang dikenakannya. Rasanya ia tidak mau melewatkan malam ini dengan El Barack.
"Aku tidak mau melakukannya. Tuhan, tolonglah aku," gumam Bellina yang berusaha menutupi tubuhnya yang terekspos. Namun keinginan Bellina agar terhindar dari El Barack harus pupus sirna. Karena pria itu sedang berjalan menuju kamarnya.
Jantungnya kembali berdetak kencang seperti akan keluar mendengar suara langkahan kaki dari luar. Bellina yakin jika suara sepatu pantofel yang berdecit di atas lantai marmer itu adalah langkahan kaki El barack. Yah, siapa lagi kalau bukan dia.
Pintu terbuka dan benar saja dengan yang Bellina takutkan. Jika pria itu sudah berdiri dengan penampilan yang memukau matanya. Entahlah Bellina merasa heran mengapa dirinya menjadi terpesona melihat penampilan dari El Barack yang memakai setelan jas rapi, bahkan dengan tubuhnya yang begitu proporsional. Sangat sempurna di mata Bellina.
Bellina berusaha menormalkan sikapnya yang tak wajar ini setelah melihat penampilan El Barack yang Bellina sendiri tak menampik memang sangat tampan. Mata yang tajam, hidung mancung dan rahang yang begitu tegas.
El Barack berjalan mendekat ke arah Bellina yang sedang berdiri, terlihat jika Bellina mencoba menundukkan wajahnya dan menutup bagian dadanya yang sedikit terekspos.
"Wah, ternyata kamu sudah mempersiapkan malam ini, yah. Aku sangat menyukainya, Nona Bell," ungkap El Barack yang menyentuh kembali dagu Bellina, membawanya untuk mengarahkan wajah ke hadapan El Barack.
El Barack mengamati wajah cantik Bellina, dan ia pun merasa sedikit tertarik dengan wajah dan penampilan gadis itu yang begitu memukau malam ini. Walaupun tak bisa menyembunyikan sisi polos dan ketakutan Bellina.
Pria itu mendekatkan jarak tubuhnya dengan Bellina, sehingga jaraknya begitu dekat dan kedua napas yang menderu terdengar masing-masing. Bellina merasa canggung karena terus ditatap oleh El Barack. Karena sudah tak tahan melihat bibir mungil Bellina yang menggodanya. El Barack mendekatkan bibirnya dengan bibir gadis itu. Dan anehnya Bellina diam saja ketika akan mendapatkan sebuah ciuman dari El Barack.
Ketika kedua bibir yang akan menyatu. El Barack menghentikan secara sepihak dan membuka matanya, terlihat jika Bellina sudah memejamkan matanya untuk menerima ciumannya. Namun tak lama gadis itu pun membuka matanya ketika tak mendapat sentuhan bibir dari El Barack.
Keduanya sudah saling bertatapan dengan jarak yang begitu dekat.
"Aku terlupa akan sesuatu," ucap El Barack yang pergi keluar dari kamar.
Bellina tak mengerti dengan keadaan dan perasaannya yang terasa aneh begini.
Gadis itu mengusap wajahnya. "Kenapa begitu saja aku menerima ciuman dari pria kejam itu, kenapa aku tak menolak saat dia menyentuh daguku," gumam Bellina yang tidak mengerti dengan perasaannya malam ini. "Bahkan jantungku pun berdetak begitu kencang, ketika berada di dekatnya."
Bellina mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, berusaha menormalkan sikapnya.
Tak berselang lama, El Barack kembali dengan membawa sebuah nampan yang berisi air putih dan sekotak obat. Bellina mengerutkan wajahnya.
"Sebelum kita melakukannya malam ini, kamu harus meminum obat pereda nyeri sesuai dengan anjuran Dokter Hans," ucap El barack memberitahu Bellina.
"Apa harus aku meminumnya?" Dengan berani Bellina bertanya.
El Barack menatap Bellina tajam. "Kamu mengidap Endometriosis, setiap kamu menstruasi dan hendak berhubungan seksual kamu merasakan sakit yang tak tertahankan. Maka dari itu Dokter Hans menyarankan untuk meminum obat pereda nyeri sebelum melakukannya."
Bellina mengerti sekarang dengan kondisi penyakit yang sudah dideritanya sejak dulu. Penyakit yang selalu menghantuinya ketika akan menstruasi.
"Selain itu, secepatnya kamu akan melakukan terapi hormon, atau melakukan prosedur operasi."
"Kenapa kamu masih mempertahankan aku, Tuan El?" tanya Bellina. "Kamu sudah tahu akan penyakitku, tapi kenapa kamu masih mengharapkan keturunan dari rahimku yang tidak bisa memberikan keturunan yang banyak untukmu."
El Barack menyentuh pelan rambut Bellina, sehingga membuat wajah Bellina begitu dekat dengan wajahnya.
"Karena aku sudah membelimu dengan harga yang sangat mahal, dan tugasmu hanya mengikuti perintahku, melayani dan melahirkan keturunan untukku," bisik El Barack di telinga Bellina sembari mengeluarkan hembusan angin yang masuk ke dalam telinganya. Bahkan secara perlahan El Barack pun menciumi leher jenjang nan mulus Bellina yang membuat hasratnya memuncak untuk segera melakukan hubungan dengannya.
Dada Bellina sudah naik turun, ketika El Barack mulai menggerayangi lehernya. Sampai pria itu menyentuh wajahnya dan langsung mencium bibir Bellina dengan penuh kelembutan.
Ciuman yang diberikan El Barack begitu dalam, sampai masuk ke dalam mulutnya. Bellina sudah tak kuat lagi untuk tidak mengeluarkan suara desahannya yang begitu saja lolos keluar dari mulutnya.
Suara desahan Bellina begitu seksi membuat El barack merasa senang dan semakin ingin melakukan yang lebih dari hanya sekedar ciuman bibir.
Tangan El barack sudah masuk ke dalam gaun lingerie tipis yang dikenakan Bellina. Menggerayangi tubuh mulus gadis itu membuat Bellina tambah mengeluarkan suara desahannya.
"Ayo mendesahlah lagi, aku suka mendengarnya," ucap El Barack di tengah-tengah aksinya.
Ketika tangan El Barack sudah berada di atas puncak dada Bellina, dengan kedua bibir yang masih menyatu. El Barack menghentikan aksinya secara sepihak. Pria itu melepaskan pagutan bibir dengan Bellina.
"Aku sangat menikmati tubuhmu itu, Bellina. Namun, sebelum aku melakukan hal lebih kepadamu. Minumlah obat pereda sebelum kita melakukan hubungan suami istri, itu kulakukan agar tak menyakitimu, " titah El barack yang menghentikan aksinya agar Bellina meminum obat pereda nyeri terlebih dahulu.
Pria itu memberikan obat tersebut kepada Bellina. Namun gadis itu enggan untuk menerimanya.
"Minumlah! Jangan membuatku murka Bellina, " titah El Barack dengan suara yang meninggi.
Bellina masih belum ingin melakukan hubungan lagi dengan El barack. Namun, sentuhan dari El Barack tadi begitu lembut padanya dan membuatnya merasa nyaman. Bellina tak menyangka jika pria kejam seperti El Barack bisa memperlakukannya dengan cara yang lembut.
Bellina segera meminum obat tersebut, daripada ia merasakan sakit lagi jika berhubungan badan malam ini.
Untuk Spoiler dan Visual Cast Check di Highlight Instagramku yah : @Aishimazaki30