Chereads / Disgraced Bride / Chapter 5 - Hanya Sebagai Budak

Chapter 5 - Hanya Sebagai Budak

"Aku tidak mau makan, Bi. Aku ingin mati saja. Rasanya aku tidak bisa menjalankan hidup ini. Tuhan memberikan takdir yang begitu kejam padaku. Menjadi istri pria itu," ungkap Bellina.

"Non Bell, jangan bicara seperti itu. Tuhan masih sayang pada Nona, buktinya Tual El malah menyelamatkan nyawa Nona, bukankah hal itu menandakan jika di dalam hati Tuan El masih menyimpan kebaikan kepada Non Bell," jawab Emma berusaha menenangkan batin Bellina yang sedang meracau.

"Tapi … dia menyelamatkanku hanya karena membutuhkan rahimku, Bi. Tidak karena benar-benar mengasihaniku. Dia yang terus memaksaku untuk menerima benih darinya," lirih Bellina dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tak terasa jika air matanya sudah mengalir di pelupuk matanya jika mengingat perlakuan El barack kepadanya.

Walaupun pria itu sama sekali tak melakukan pemukulan atau hal lainnya yang mencederai fisiknya. Namun tetap saja jika batinnya begitu tersiksa akibat perlakuannya, yang memaksa Bellina untuk melahirkan banyak keturunan darinya.

Emma tak dapat lagi membendung rasa kasihannya terhadap Bellina, wanita yang sudah tak muda lagi itu bahkan seperti seusia dengan bibi Bellina yang telah menjualnya kepada El Barack. Wanita itu memeluk tubuh Bellina dengan erat.

"Tumpahkanlah semuanya, Non Bell. Menangislah, jika dengan menangis membuat hati Non Bell menjadi tenang," ucapnya yang mengelus rambut panjang nan hitam Bellina yang menjuntai panjang.

Sedangkan Bellina menangis sejadi-jadinya dipelukan Emma. Rasanya begitu nyaman ketika ia berpikir tak ada sosok malaikat di rumah ini yang dapat menjadi pelindungnya. Namun ternyata Tuhan masih memberikan sosok malaikat yang begitu baik kepadanya. Yaitu Emma, salah satu pelayan yang benar-benar membuatnya nyaman dan bertahan untuk hidup di rumah ini.

Tanpa disadari oleh keduanya, jika di belakang pintu yang masih tertutup. Sudah berdiri El Barack yang hendak masuk. Namun langkah kakinya terhenti ketika mendengar perbincangan dua perempuan itu, bahkan El Barack pun mendengar dengan jelas tangisan yang dikeluarkan oleh Bellina.

Kedua tangan El Barack mengepal dengan erat, ia paling benci mendengar suara tangisan dan isakan seorang wanita. Karena sudah tak tahan, El Barack masuk ke dalam kamar dan menghentikan pelukan antara Emma dan Bellina. Dengan cepat Emma segera bangkit dari duduknya, menundukkan wajahnya di sepanjang perjalanan El barack yang sedang berjalan ke arahnya.

Perasaan Emma pun menjadi was-was, ia takut dengan sikapnya tadi kepada Bellina yang begitu berani. Bahkan wajah dingin yang terus ditampilkan oleh El Barack membuat Emma dan Bellina merinding.

"Bibi boleh pergi," titah El Barack kepada Emma.

"Baik Tuan." Tanpa mendongakkan wajahnya ke arah El Barack, Emma langsung pergi dari hadapan Tuannya.

Di dalam kamar tinggallah kedua pasangan ini, El Barack dan juga Bellina. Gadis itu berusaha untuk menormalkan sikapnya dan mengarahkan wajahnya ke arah lain. Bellina begitu benci dengan sosok El Barack, mana mau ia menatap wajah pria kejam sepertinya. Walaupun Bellina tak menampik jika wajah pria itu begitu tampan nan sempurna. Bellina yakin banyak wanita yang pernah menjalin hubungan dengannya.

El Barack mendekat ke arah ranjang, dan sekali lagi jika Bellina benar-benar tak melihat wajah pria itu.

"Kelihatannya kamu sudah sembuh," sahutnya mengeluarkan suara baritone yang menggelegar di seantero kamar dan hal itulah yang membuat Bellina merasa takut.

Bellina berdecih pelan. "Lalu, kenapa jika aku sudah sembuh? Apa kamu akan menyiksaku lagi," jawabnya telak yang membuat El Barack sedikit murka dengan jawaban angkuh Bellina.

Pria itu naik ke atas ranjang dan mendekat ke arah tubuh Bellina yang sedang menyandar di kepala ranjang. Keadaan Bellina sudah terasa tak baik-baik saja, bahkan ketika El Barack mendekat ke arahnya. Bellina merasa jika jantungnya mendadak berdetak tak normal. Bellina tak mengerti dengan keadaan jantungnya ini mengapa membuncah kencang ketika berhadapan dengan pria kejam seperti El barack. Bukan detakan yang menandakan rasa takut kepada El, melainkan sebuah detakan yang tak dimengerti oleh Bellina.

Ditatapnya wajah Bellina dari jarak dekat, membuat Bellina benar-benar grogi terus ditatap seperti itu oleh El Barack.

El Barack menyentuh dagu Bellina dengan pelan. Bellina sudah meringis merasakan kesakitan karena El Barack pernah mencengkeramnya dengan kuat. Namun ternyata pria itu hanya menggeser wajahnya agar menatap ke arah El Barack yang sedang menatapnya dari jarak dekat dengan cara yang lembut. Membuat Bellina mau tak mau harus menatap ke arahnya, bahkan tak ada rasa sakit sedikitpun yang dirasakan oleh Bellina.

Keduanya pun sudah saling bertatapan, El Barack menatap lekat wajah Bellina yang masih terlihat sedikit pucat. Sedangkan Bellina ingin mengarahkan kedua bola matanya ke arah lain. Namun ia tak bisa melakukannya karena sentuhan tangan El Barack di dagunya yang memaksanya untuk terus menatap wajah tampan, hidung mancung dan pemilik rahang yang tegas.

"Ternyata kamu cantik juga, yah," ucap El Barack melengkungkan sudut bibirnya memuji wajah Bellina yang memang sangat cantik, bak seorang bidadari tak bersayap.

Bellina sedikit terkesima dengan gombalan yang diutarakan oleh El Barack, apakah ia mengatakannya dari lubuk hatinya yang paling dalam atau hanya menghina fisiknya saja.

"Wajahmu tak kalah dengan para wanita yang pernah berhubungan denganku, tapi apakah nasibmu akan sama dengan mereka."

El Barack terus mengamati setiap sudut dan inci wajah Bellina di depannya. Bellina sudah membayangkan dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.

"Dan terlihat jika kamu sudah sembuh, Bellina. Karena malam ini kita akan melakukan hubungan lagi," ucapnya yang memberitahu sembari menyiratkan senyuman. Tanpa memperdulikan dengan keadaan Bellina yang menderita penyakit Endometriosis.

Bellina membulatkan matanya mendengar penuturan dari El Barack.

"Aku tidak mau!" tolak Bellina cepat. "Kenapa kamu kejam sekali," ucapnya dengan napas yang terengah-engah.

El barack terus mendekatkan jarak pandangnya dengan Bellina sehingga gadis itu tak dapat bergerak. Karena terus ditatap penuh intimidasi oleh El membuat Bellina merasa takut.

"Sebagai budak yang telah ku beli. Kamu tak bisa menolak perintah dari Tuannya. Jadi lakukanlah tugasmu dengan baik Bellina. Karena aku ingin segera memiliki keturunan dari rahimmu, dan ingat sekarang kamu sudah menjadi istri seorang El Barack Gunadhya Nagara."

Bellina berdecak kesal dan ingin mencabik-cabik wajah pria di hadapannya ini.

"Aku tidak pernah meminta untuk menjadi istrimu, daripada batinku tersiksa olehmu, Tuan El," jawab tegas Bellina yang keluar dari sentuhan tangan El Barack di dagunya.

El Barack malah tertawa kecil mendengar jawaban berani dari Bellina.

"Kamu tenang saja, Bellina. Ketika aku sudah bosan denganmu dan kamu sudah memberikan apa yang aku mau. Kamu dapat pergi dari rumah ini dan dari kehidupanku juga. Hidupmu akan sama dengan wanita yang pernah berhubungan denganku. Jadi untuk sekarang bertahanlah sampai kamu bisa memberikan keturunan untukku."

Bellina tak bisa menahan lagi kekesalannya yang sudah naik ke ubun-ubun. Rasanya ia ingin memukul dengan kencang tubuh pria itu atau bahkan mencakar wajahnya. Namun Bellina tak memiliki keberanian lebih untuk melakukan keinginannya itu.

"Kenapa kamu begitu jahat padaku, Tuan El. Apa salahku padamu," gertak Bellina karena sudah tak tahan dengan ucapan dari El yang terlihat sama sekali tak merasa bersalah.

Dengan berani Bellina memukul dada El Barack yang menghadapnya. Bellina melakukannya tak hanya sekali namun berkali-kali sampai membuat El Barack mencekal kedua pergelangan tangannya. Dengan begitu, menghentikan gerakan tangan Bellina yang masih ingin memukulnya.

"Wah, berani sekali kamu yah. Ku kira kamu adalah gadis pendiam dan polos, tapi ternyata kamu lebih buas daripada yang aku pikirkan."

Untuk Spoiler dan Visual Cast Check di Highlight Instagramku yah : @Aishimazaki30