Chereads / Disgraced Bride / Chapter 4 - Dilema

Chapter 4 - Dilema

"Lalu bagaimana? Apa kamu akan tetap mempertahankan wanita itu, El?" tanya Noah menatap lekat wajah sahabatnya yang tampak lesu, sembari memegang botol wine yang telah disediakan oleh Noah dan salah satu minuman favorit El Barack, cabernet sauvignon.

"Hem, bagaimana El? Kamu akan terus mempertahankan pernikahan dengan gadis itu, seorang gadis yang mengidap penyakit Endometriosis, sulit untuk mengandung? Sedangkan di lain sisi jika kakekmu sangat mengharapkan cucu yang banyak darimu. Sudahlah menurutku tinggalkan saja dia, gadis itu sama sekali bukan seleramu, El. Siapa yah namanya …." Noah mencoba mengingat nama Bellina.

"Be-ll-ina. Yah, Bellina. Namanya memang bagus, tapi gadis itu masih dua puluh tahunan, El. Aku yakin jika Bellina nol besar dalam urusan ranjang dan bercinta, atau mungkin dia tak bisa memuaskanmu, Bel," ucapnya sembari tertawa kecil, meledek El Barack yang sedang dalam keadaan kacau.

El Barack menepak kepala Noah dan menatap temannya dengan tatapan yang tajam, karena merasa kesal dengan ucapan temannya yang tak membantu sama sekali, dan hanya dapat meledeknya saja.

Noah yang merasa kesakitan akibat tepakkan dari El Barack juga sedikit takut dengan mata tajam temannya yang seolah akan menerkamnya hidup-hidup.

"Kamu malah memperkeruh keadaan, Noah. Seharusnya kamu membantuku untuk memberikan solusi, bukan malah seperti itu menyuruhku untuk meninggalkan Bellina, jika kamu tak bisa membantuku lebih baik kamu diam," kesal El barack.

Noah langsung terdiam dan menyadari dengan apa yang diucapkannya memang salah, tapi niat Noah memang hanya ingin menggoda El Barack, yang sejak dari tadi datang ke apartemennya terus menampilkan wajah sendu, seperti tak ada semangat untuk hidup.

"Aku hanya memberitahu, El. Kamu tidak mungkin mengharapkan banyak keturunan dari gadis itu karena keadaannya yang tidak memungkinkan. Jika kamu memaksa untuk memiliki banyak anak darinya, sama saja kamu menyiksa gadis itu secara perlahan," tegas Noah mengemukakan opininya, dan apa yang dikatakan oleh Noah memang ada benarnya juga.

Noah menatap wajah frustrasi dari El Barack. "Lagi pula aku heran padamu, bukankah selama ini kamu tidak pernah serius jika menjalani hubungan dengan seorang wanita, kamu hanya menganggap jika wanita-wanita yang pernah kamu dekati itu sebagai teman pemuasmu saja. Jika kamu bosan, dengan mudah kamu tinggalkan. Bahkan sudah tak terhitung lagi para model yang terkenal, cantik dan seksi yang ditolak olehmu," ungkap Noah terasa sedikit heran dengan sikap El Barack yang seperti berat untuk mengakhiri hubungan pernikahannya dengan Bellina. Padahal Noah yakin jika El benar-benar tak menyukai Bellina.

"Lalu, kenapa dengan gadis itu, serasa jika kamu begitu berat untuk melepaskannya, El?" tanya Noah menyindir secara halus.

El Barack belum menjawab pertanyaan Noah dan menenggak wine yang sudah dipegangnya dari tadi. Kepalanya benar-benar berdenyut, ditambah dengan ocehan dari Noah. Karena pertanyaan dari Noah merupakan masalah hati, ia sulit mengungkapkan. Bahkan sampai sekarang El belum tahu dengan perasaannya terhadap Bellina. Namun, niatnya menikahi Bellina hanya satu, yaitu memiliki keturunan yang banyak dari rahimnya.

"El, kenapa kamu tidak menjawabku?" Noah memaksa dan menyenggol bahu El Barack pelan.

"Apa kamu sudah mulai menyukainya?" tanya Noah dengan menyiratkan senyuman di wajahnya.

"Tidak!" El langsung menjawabnya dengan tegas.

"Mana mungkin aku menyukai gadis polos sepertinya, tidak ada dalam kamusku, menyukai perempuan kampungan, polos dan bodoh sepertinya. Kamu tahu kan, El. Jika aku menikahinya hanya untuk menjadi alat penyimpan benihku di dalam rahimnya, dan hanya di depan Kakek Gerald, jika aku bosan nanti, tentu aku akan membuangnya. Nasibnya akan sama dengan para wanita yang pernah berhubungan denganku," tegas El Barack yang menatap lekat gelas kosong minumannya dan mencengkramnya dengan kuat, membuat Noah bergidik ngeri dengan jawabannya.

Apa yang diucapkan El memang benar, pria yang cinta kebebasan sepertinya tak mungkin jatuh cinta pada gadis polos seperti Bellina, bahkan bisa dikatakan jika wanita itu sangat nol besar dalam urusan bercinta.

Noah sesekali melirikkan matanya ke arah El Barack, terdapat raut mata yang sedikit aneh di dalam penglihatan Noah.

Antara ucapan dengan raut wajah seperti berbanding terbalik. Itulah yang terlihat jelas oleh Noah ketika melihat tatapan El Barack yang sedikit kosong.

***

Bellina membuka matanya secara perlahan, ketika rasa sakit disekujur tubuhnya sudah tak terasa, bahkan ia merasa fresh sekarang. Penglihatannya pun terasa lebih cerah dan area sensitifnya pun sudah tak terasa sakit, dapat bergerak bebas.

Bellina terus memandangi setiap sudut kamar, ia mencari keberadaan pria kejam dan jahat, El Barack. Entahlah, Bellina pun tak mengerti mengapa El Barack adalah orang pertama yang dicarinya. Bellina berusaha bangkit dari baringannya dan menyandarkan tubuhnya di kepala punggung ranjang. Kedua bola mata hazelnya mengamati setiap sudut keadaan kamar yang hening.

Perempuan itu memperhatikan pakaian yang dikenakannya yang sudah berganti. Bellina teringat jika ia sudah berusaha untuk bunuh diri di kamar mandi, namun ternyata Tuhan masih menyuruhnya untuk hidup. Padahal ia menginginkan sekali untuk mati agar tak dapat menjalankan hidup yang begitu kejam dan tak adil padanya.

Handle pintu kamarnya bergerak, mata Bellina sudah membulat merasa takut jika itu adalah El barack. Pria kejam yang sangat ia benci. Sekarang pintu terbuka menampilkan Emma, salah satu pelayan yang memang ditugaskan oleh El untuk mengurus Bellina. Apapun yang Bellina butuhkan, Emma harus ada di sampingnya.

"Non Bell, sudah bangun?" tanyanya sembari tersenyum ramah. Di tangannya membawa nampan yang berisi makanan dan minuman.

"Wajah Non Bell tampak fresh sekali, padahal beberapa jam lalu saya begitu mengkhawatirkan keadaan Non Bell yang tak sadarkan diri," ucapnya yang sudah duduk berhadapan dengan Bellina.

Emma menatap lekat wajah Bellina, walaupun sudah terlihat fresh, namun tetap saja jika tidak bisa menyembunyikan bibirnya yang masih sedikit pucat. Emma benar-benar merasa kasihan dengan Bellina, mengapa bisa gadis cantik nan baik sepertinya mengalami nasib seperti ini.

"Siapa yang telah menolongku, Bi?" tanya Bellina pelan.

"Siapa lagi, kalau bukan Tuan El yang telah menolong Nona Bell, bahkan saya melihat dengan jelas raut wajah Tuan El yang sangat mengkhawatirkan keadaan Nona Bell, sesaat Nona Bell yang berusaha bunuh diri," balas Emma memberitahu.

Antara percaya dan tidak jika pria kejam sepertinya mengkhawatirkan keadaannya. Yah, Bellina tahu mungkin saja jika El mengkhawatirkannya karena pria itu begitu kekeh ingin memiliki keturunan dari rahimnya. Bukan karena rasa iba atau kasihan melihat keadaannya yang menyedihkan.

"Oh iya. Tuan El pun meminta saya untuk menjadi pelayan pribadi Non Bell, jadi apapun yang Nona Bell butuhkan bisa memberitahukan kepada saya," pungkasnya.

"Sekarang Non Bell makan yah, karena saya sudah menyiapkan sarapan yang enak untuk Non Bell. Supaya Non Bell segera pulih kembali."

Bellina menatap malas ke arah makanan itu, setelah peristiwa ini rasanya kenikmatan makan pun seperti sudah hilang begitu saja.

"Aku tidak mau makan, Bi. Aku ingin mati saja. Rasanya aku tidak bisa menjalankan hidup ini. Tuhan memberikan takdir yang begitu kejam kepadaku. Menjadi istri pria itu." Ungkap Bellina.

Untuk Spoiler dan Visual Cast Check di Highlight Instagramku yah : @Aishimazaki30