"Maafkan aku Janu, maaf ..." lirih Nandes.
Tak tega melihat wajah Janu bersimbah air mata.
"Saat kecil aku kehilangan Ayah karena kecelakaan, satu tahun yang lalu aku kehilangan Paman. Dan saat hidupku sedang seperti ini," janu menjeda kalimatnya sejenak, "jika harus kehilangan kamu, aku bisa mati sungguhan Nandes. Aku gak akan kuat," lanjutnya dengan tangis sesegukan.
Nandes langsung meraih tubuh Janu ke dalam pelukannya. Hati Nandes rasanya sakit sekali mendengar ketakutan Janu. Cowok yang dia sayang gemetar dengan wajah beruraian air mata. Dia jadi merasa sangat bersalah telah membuat Janu menitikkan air mata. Air mata kesedihan karena takut kehilangan akan dirinya.
"Maaf Janu ... maafkan aku," kata Nandes di telinga Janu. Ia pun tak kuat untuk menahan air matanya.
Dua remaja itu kini menangis bersama. Saling memeluk satu sama lain.
Ricky yang tak jauh dari dua remaja itu berdiri mematung. Baru kali ini dia melihat sosok Janu yang rapuh. Ia kira Janu adalah sepupunya yang kuat dan tegar. Bahkan tanpa Ricky sadari, dia menyandarkan segala keluh kesahnya terhadap Janu. Tanpa berpikir Janu juga hanya seorang remaja sama seperti dirinya.
Malam ini Ricky baru menyadari Janu selama ini hanya pura-pura menunjukkan sisi tangguhnya. Namun, sebenarnya Janu sedang menutupi kelemahnya. Dan sisi lemah itu hanya Janu tunjukan pada cowok yang saat ini sedang memeluknya erat.