Malam yang tenang, tidak terdengar suara gaduh seperti malam-malam sebelumnya. Nana bersiap untuk tidur agar besok tidak bangun kesiangan. Sebelum tidur ia menatap kearah langit-langit, membayangkan bagaimana rasanya memiliki keluarga yang harmonis.
Saat tengah asik menghayal, ia mendengar ada sesuatu yang bergerak dibawah tempat tidurnya. Nana langsung turun dari atas kasur dan memeriksa kolong tidurnya. Ketika ia menyingkap sepreinya, terlihat sesosok makhluk berwarna hitam dan memiliki mata merah menyala.
"Hai." Nana menyapa makhluk itu.
Ia kemudian kembali naik keatas kasurnya, memberi ruang untuk makhluk itu agar bisa keluar dari kolong tempat tidur. Setelah keluar barulah ukuran sebenarnya dari makhluk diketahui, ternyata ia sangat tinggi dan besar.
Makhluk itu mendekatkan wajahnya yang menakutkan ke wajah Nana, berniat untuk membuat Nana takut. Tapi itu tidak berhasil, Nana justru tersenyum manis.
"Kau tidak takut padaku?" tanya makhluk itu kebingungan. Suaranya berat dan menggema.
"Tidak," jawab Nana dengan senyum yang masih terukir di wajahnya.
"Kenapa?" makhluk itu semakin bingung.
"Karena kau selalu menemani tidurku dan tidak pernah menyakiti. Aku tau selama ini kau selalu berada dikolong tempat tidurku." jelas Nana.
"Lalu, apa yang membuatmu takut?"
"Itu..." Nana tiba-tiba terdiam ketika mendengar langkah kaki mendekat. Nana langsung menutupi tubuhnya dengan selimut dan berpura-pura tidur.
"Ada apa? Kenapa kau bersembunyi?" makhluk itu heran dengan Nana yang tiba-tiba menutupi dirinya dengan selimut.
"Monster itu datang lagi, aku takut. Dia pasti akan menyakiti ku lagi" jawab Nana dari dalam selimut.
"Bersembunyilah dikolong, cepat." perintah makhluk itu.
"Tidak mau, dia pasti akan menemukanku."
"Percayalah padaku, kau akan aman dibawah." makhluk itu berusaha meyakinkan Nana.
Nana membuka selimutnya, "Benarkah?" tanya Nana dengan nada ketakutan. Makhluk itu mengagguk.
Nana kemudian turun dari kasur dan masuk kekolong, sedangkan makhluk itu langsung menirukan apa yang Nana lakukan tadi. Beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka dengan keras.
BRAKK!!
Seorang pria bertubuh gempal dengan janggut yang tumbuh dengan lebat memasuki kamar Nana. "Dimana kau anak nakal?" kata ayah Nana sambil mengedarkan pandangan.
Ketika ia melihat kearah tempat tidur Nana, ia melihat sesuatu yang dibalut selimut sedang meringkuk diatas kasur. "Disitu kau rupanya," katanya sembari berjalan kearah tempat tidur.
"Bangunlah, anak nakal. Buatkan aku makanan, aku lapar."
Tidak ada jawaban dari dalam selimut itu, ayah Nana lantas menaikkan nada bicaranya. "Bangunlah! Aku bilang aku lapar! Apa kau tidak mendengar ku?!"
Tetap tidak ada jawaban, hal ini membuat ayah Nana naik pitam. Ia lantas membuka selimut dengan kasar, namun betapa terkejutnya ia ketika mendapati bahwa yang ada dibalik selimut itu bukan Nana melainkan sesosok makhluk yang sangat mengerikan.
Ia mundur beberapa langkah bersiap untuk kabur, namun makhluk itu mencegahnya.
"Kau lapar? Baiklah, aku akan membuatkanmu makanan." kata makhluk itu dengan nada yang sangat dingin.
Ayah Nana dibuat gemetaran dengan makhluk itu, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Monster yang selama ini selalu menyakiti Nana berubah menjadi tikus yang sedang ketakutan.
"S-siapa k-kau?" tanya ayah Nana dengan terbata-bata.
"Aku adalah makhluk yang dikirim dari neraka untuk menjaga gadis kecil tak berdosa yang sering disakiti oleh orang jahat sepertimu." makhluk itu mendekatkan wajahnya ke wajah ayah Nana. Wajahnya saat ini jauh lebih mengerikan dari yang ia tunjukkan ke Nana tadi. "Aku datang untuk membantu mu menebus semua dosa-dosa mu," sambung makhluk itu.
"M-menebus dosaku? Bagaimana caranya?"
"Dengan memenggal kepalamu dan memberikan mayatmu ke burung pemakan bangkai." makhluk itu kemudian menunjukkan senyum jahatnya.
Ayah Nana terbelalak kaget mendengar perkataan makhluk yang ada didepannya. Ia bergidik ngeri ketika membayangkan kepalanya dipenggal kemudian diberikan ke burung pemakan bangkai.
Makhluk itu tersenyum puas meilhat ayah Nana ketakutan. Ia kemudian melemparnya ke ambang pintu dan memberi peringatan. "Sebaiknya kau pergi dan jangan pernah kembali, kalau kau masih berani kembali aku tidak akan segan-segan untuk melakukan apa yang aku katakan tadi."
Ayah Nana kemudian lari terbirit-birit keluar dari rumah, berharap tidak bertemu makhluk ini lagi.
"Kau bisa keluar sekarang, sudah aman." suara makhluk itu berubah menjadi lebih lembut.
Nana mengeluarkan kepalanya untuk memastikan keadaan. Setelah benar-benar merasa aman barulah Nana keluar dan kembali keatas kasur.
"Hufft, hampir saja. Terima kasih ya, emm... siapa nama mu?"
"Nama? Aku tidak punya nama." jawab makhluk itu santai.
"Benarkah?" Nana bingung karena makhluk itu ternyata tidak punya nama. "Bagimana jika aku memanggilmu Devli?"
"Devli? Bukankah seharusnya devil?"
"Ya, tapi devil itu tidak cocok untukmu yang berhati baik." jelas Nana.
"Begitu ya, baiklah. Kau bisa memaggilku Devli, itu nama yang bagus." Devli menyukai nama barunya.
"Bagus! Kalau begitu, aku Nana. Mulai sekarang kita berteman." seru Nana dengan nada bahagia
"Baiklah Nana, sekarang waktunya tidur. Kau tidak ingin terlambat datang kesekolah kan?" tanya Devli.
Nana mengangguk, ia kemudian berbaring dan mulai memejamkan mata. Sementara Devli tetap berada disamping Nana untuk menjaga teman kecilnya itu.