Nana terbangun dari tidurnya, ia lalu melihat ke sekeliling. "Gelap, aku pasti ketiduran. Dev, kau dibawah?"
Devli tidak menjawab, Nana lantas mengecek kolong kasurnya dan ternyata Devli tidak ada. "Mungkin dia kembali ke dunianya." gumam Nana.
Ia kemudian keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Nana mampir kekamar ibunya untuk melihat apakah ibunya sudah pulang atau belum. Saat Nana membuka pintu ia tak melihat ibunya, ia justru terkejut dengan apa yang dilihatnya. Sesosok bayangan hitam dengan tubuh tinggi besar sedang berdiri membelakangi Nana.
Nana ingin lari dari tempatnya berdiri saat ini, tapi rasa penasarannya mengalahnkan niatnya itu. Ia kemudian memberanikan diri untuk mendekat dan bertanya, "Siapa kau?"
Bayangan hitam itu berbalik, memperlihatkan wajahnya yang cukup menyeramkan. Wujud bayangan itu tak jauh berbeda dengan wujud Devli, hanya saja dia lebih gempal. "Hai anak kecil, kenapa belum tidur?" bayangan itu mendekati Nana.
Nana ingin mundur secara perlahan tapi langkahnya terasa sangat berat. Nana akhirnya menjawab pertanyaan bayangan tadi, "Aku terbangun, aku haus." jawab Nana santai.
"Haus? Baiklah, ayo aku antar kedapur," bayangan itu kemudia berjalan menuju dapur.
Nana mengikutinya tanpa perasaan takut atau pun curiga. Sesampainya didapur, bayangan tadi mempersilakan Nana untuk duduk, sementara dia mengambilkan Nana minum.
"Ini," katanya sambil memberikan segelas minuman ke Nana.
"Terima kasih," ucap Nana.
Bau aneh tercium dari minuman itu, Nana jadi curiga. Tapi ia menghalau kecurigaannya dan tetap meminum minuman itu.
'Hahaha, dia tidak tau kalau itu adalah racun,' batin bayangan itu. 'Dia pasti mati setelah ini.'
Saat Nana hampir meneguknya, sebuah tangan yang entah datang dari mana mengambil gelas yang dipegang Nana. Nana sontak menoleh, "Dev?"
"Jangan diminum, itu racun." kata Devli sambil membuang gelas yang ia rebut dari Nana.
"Racun? Tidak mungkin, itu bukan racun!" bayangan itu meyakinkan Nana.
"Coba kau lihat baik-baik, aku yakin kau mengenalinya,"
Nana kemudian melihat kearah bayangan itu, mengamatinya lekat-lekat. Setelah mengamati beberapa saat, Nana sadar kalau postur tubuh bayangan itu mirip dengan ayahnya.
"A-ayah?"
"Ya, dia ayah mu. Dia datang kemimpi mu untuk membalaskan dendam." jelas Devli.
"Mimpi?" Nana bingung dengan perkataan Devli berusan. "Tunggu dulu! Maksudmu, saat ini aku sedang bermimpi?"
"Kau benar. Dari awal kau bangun tadi, semuanya adalah mimpi."
"Lalu bagaimana bisa seseorang dibunuh melalui mimpi?" tanya Nana kebingungan.
"Itu mungkin terdengar tidak masuk akal, tapi makhluk halus sepertiku dan dia bisa melakukannya."
Nana kemudian meraba tangan Devli selama beberapa saat. "Apa yang kau lakukan?" tanya Devli penasaran.
"Meraba mu untuk memastikan," sahut Nana.
"Memastikan apa?"
"Apakah kau benar-benar halus atau tidak." jawab Nana singkat.
Devli langsung menarik tangannya. "Konyol."
"Hehehe, aku hanya bercanda." kata Nana sambil nyengir kuda.
Ayah Nana menjadi kesal karena diacuhkan begitu saja, "Ekhem," ayah Nana berusaha mendapatkan perhatian Devli dan Nana.
Nana dan Devli sontak menoleh kearah ayah Nana. "Oh, kau masih ada disini? Aku kira kau sudah pergi." ucap Devli sarkastik.
Wajah ayah Nana, maksudnya arwah ayah Nana berubah, ia terlihat kesal sekarang. "Awas saja kau, setan tidak berguna. Aku akan kembali," setelah itu ayah Nana menghilang.
Nana dan Devli berpandangan beberapa saat, kemudian mengangkat bahu bersamaan. "Sekarang kembalilah kekamar dan tidur, selamat malam."
"Tapi ada yang ingin aku tanyakan padamu."
"Tanyakan besok pagi saja ya?" Devli mengelus kepala Nana.
"Hufft, yaudah deh," Nana beranjak dari kursi dan berjalan kembali kekamarnya diantar Devli.
Setelah Nana naik ke tempat tidur, Devli kemudian menyelimuti Nana. "Selamat tidur, nona manis. Mimpi indah ya."
Setelah itu Devli menghilang secara perlahan dan Nana kembali ketidur nyenyaknya.

*Kring kring kring...
Jam beker Nana berbunyi, pertanda pagi sudah tiba dan waktunya untuk bangun. Nana membuka matanya perlahan kemudian menggeliat sebentar.
"Astaga, semalam itu benar-benar mimpi yang aneh." Nana kemudian turun dari kasur.
"Ternyata aku cantik juga walaupun bangun tidur hihihi," kata Nana sambil tertawa kecil.
"Iya, hihihi."
Suara itu tiba-tiba muncul ditelinga Nana, terdengar dingin dan mengerikan. Nana menoleh perlahan kearah suara itu datang. Nana terekejut melihat apa yang ada didepan matanya saat ini. Sesosok makluk berwarna hitam sedang tersenyum lebar kearah Nana, bukan senyum yang manis tapi senyum yang bisa membuat orang pingsan ketika melihatnya.
"ASTAGA!!" Nana terjatuh kebelakang karena kaget melihat wajah Devli.
"DEV!!! KAU MENGEJUTKAN KU!" teriak Nana.
"Apa aku menakutimu?" Devli mempertahankan senyumannya.
"Tidak, tidak, kau hanya mengagetkanku," Nana mengibaskan tangan didepan wajahnya.
"Benarkah?" Devli memperlebar senyumannya.
"Iyaa, bisakah kau menghilangkan senyum itu? Aku sedikit risih melihatnya."
Mendengar hal itu, Devli langsung menurunkan kedua sudut bibrnya yang tertarik dan kembali ke mode wajah tanpa ekspresi.
"Baiklah begitu lebih baik." Nana kemudian berdiri dibantu Devli, "Sudah, aku mau mandi dulu." ia kemudian keluar dari kamar.
Didapur, ibu Nana sedang sibuk menyiapkan sarapan hari ini. Nana jadi ingat dengan Karla, "Ibu..." panggil Nana lembut.
"Ada apa Nana sayang?" sahut ibu Nana yang masih sibuk dengan acara memasak sarapan.
"Bisakah hari ini ibu menyiapkan dua porsi bekal untuk Nana bawa?"
"Eh? Kamu mau makan bekal 2 porsi?"
"Ehh, b-bukan begitu," jawab Nana.
"Terus?" tanya ibu Nana.
"Kan kemarin Nana bawa bekal ke sekolah, nah temen aku yang namanya Karla minta. Yaudah Nana kasih supaya dia bisa ngerasain, eh taunya malah dihabisin sama dia. Padahal kan aku belum makan sama sekali," Nana memasang muka sedihnya.
"Dia bilang masakan ibu itu enak banget, jadi Nana tawarin dia mau apa nggak Nana bawain bekal dan dia jawab mau, semangat banget lagi jawabnya." sambung Nana.
"Oh jadi gitu. Oke, nanti ibu siapin bekal buat Karla. Sekarang kamu mandi biar wangi," kata ibu.
"Siap, komandan!" jawab Nana penuh semangat. Ia kemudian berlari masuk kekamar mandi. Ibu Nana hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya itu.