Chapter 18 - Bab 17

Faila mengalihkan pandangan ke arah Nana, ia melihat Nana yang tengah tak sadarkan diri dengan tatapan sedih. Nana memang tidak berbicara apapun, tapi dari raut mukanya Faila tahu bahwa Nana menahan rasa sakit yang luar biasa. Walaupun dia itu seorang Ethudian, Nana tetap seorang anak kecil yang belum mengerti apa-apa.

"Kamu apain Nana?"

"Ku buat pingsan, ngga tega kalau lihat dia kesakitan," ucap Zecher.

Zecher kemudian menggendong Nana dengan gaya bridal style. Mereka berdua segera membawa Nana keluar dari gudang itu. Sebelum keluar, Faila menatapi tubuh Viola yang tergeletak begitu saja dilantai.

Diluar gudang, sudah ada Devli yang menunggu dengan wajah cemas. Dinding gaib ini seperti cermin dua sisi. Kita tidak bisa melihat ke dalam, namun orang yang berada didalamnya bisa melihat kita.

"Pantes si Devli ngga bisa masuk, dinding gaib ini adalah tingkat 8."

"Huum, tapi ini ngga ada apa-apanya buat kita mwehehe," sombong Faila.

"Dih, sombong amat," Faila hanya manyun ketika disebut sombong oleh Zecher.

Setelah itu Faila meraba-raba dinding yang ada didepannya, mengetuknya dengan jari telunjuk untuk mengetahui ketebalannya. Sudah tahu apa yang ada dihadapannya, ia langsung mengambil tindakan.

Faila mengeluarkan pedang penyegel yang berisi jiwa Seki, "Karena ini ulahmu, kau harus bertanggung jawab ya?"

Tanpa pikir panjang lagi, Faila langsung menghujamkan pedang segel miliknya ke arah dinding itu. Dinding transparan dengan cahaya berpendar kehijauan tiba-tiba retak dan hancur berkeping-keping. Devli yang sedang membelakangi dinding tadi langsung berbalik ketika mendengar suara seperti pecahan kaca.

"Tuan Muda Zecher, Nona Faila! Syukurlah kalian datang," Devli berlari menghampiri mereka bertiga. Ia kemudian melihat kearah Nana, dia tak sadarkan diri dipelukan Zecher.

"Apa yang terjadi dengan Nana??" tanya Devli dengan nada khawatir. Matanya kemudian menangkap ada noda darah di bahu kiri Nana.

"Ku jelaskan nanti, sekarang kita bawa Nana pulang dulu," ucap Zecher sambil berjalan meninggalkan Faila dan Devli.

"Ba-baik," Devli dan Faila segera menyusul Zecher yang belum terlalu jauh. Mereka kemudian menuju mobil yang berada di area parkir.

Sesampainya di mobil, Faila masuk lebih dulu agar nanti bisa memangku Nana. Setelah Faila duduk, Zecher lalu memasukkan Nana dengan posisi kepala berada dipaha Faila.

Ketika semua sudah masuk kedalam mobil, Devli menghidupkan mesinnya dan segera tancap gas meninggalkan sekolah. Dia memacu mobilnya menuju ke rumah, karena tidak mungkin untuk membawanya kerumah sakit.

Jika mereka membawanya kerumah sakit, masalahnya justru akan menjadi rumit. Dokter pasti bertanya apa yang sudah terjadi, melakukan diagnosa terhadap Nana. Beruntung jika semuanya normal, namun jika ada yang janggal sedikit saja, selesai sudah.

"Tuan Zecher, apa yang terjadi pada Nana?" tanya Devli dengan suara yang tenang, namun nada bicaranya terdengar sangat risau.

"Jadi begini..."

****************

Sementara itu di dunia api hitam.

Neo memasuki sebuah ruangan dengan tertatih-tatih. Di ruangan itu ada lima buah kursi dengan satu kursi yang paling besar berada ditengah. Empat kursi sedang kosong, sementara salah satu kursi diduduki seseorang. Neo berjalan menghampiri orang itu.

Didepan orang itu, Neo langsung berlutut menunjukkan rasa hormatnya sambil menundukkan kepala.

"Pemimpin Kedua, hamba sudah kembali," lapor Neo dengan napas tersengal-sengal.

"Keadaanmu sungguh memperihatinkan, apa kau baik-baik saja?"

"Tidak perlu menghawatirkanku, ini bukanlah apa-apa."

"Baiklah. Lalu bagaimana dengan rencananya?" tanya Pemimpin Kedua yang misterius itu.

"Berjalan sesuai rencana, bahkan Pemimpin Besar yang datang langsung."

"Pemimpin Besar? Tidak kusangka dia akan melakukan hal ini. Tapi baguslah, ini berjalan lancar," Pemimpin Kedua kemudian tersenyum dibalik bayangan.

****************

Miguelle mengusap kepala Nana dengan lembut dan penuh kasih sayang. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Kamu bahkan belum menjalani pelantikan, tapi sudah ada yang berusaha yang mencelakai. Anak Ibu yang malang," ucap Miguelle.

"Nyonya, apa Nana akan baik-baik saja?" tanya Devli.

"Kamu ini ngomong apa sih? Nana pasti baik-baik aja, dia itu kuat!" bentak Faila. Zecher dan Faila belum kembali ke Ethudan, mereka masih khawatir dengan keadaan Nana.

"Ehmm..."

Nana menunjukkan pergerakan. Setelah selama hampir lima jam pingsan, Nana akhirnya siuman. Faila langsung yang tadinya berdiri di tepi ranjang langsung mendekat dan duduk disamping Nana.

"Ss... sakit..." rintih Nana.

"Dimana yang sakit? Hmm?" tanya Miguelle dengan nada lembut.

Nana terus menggerakkan bahu kirinya, ia merasa tak nyaman karena rasa sakit.