Chereads / A Trip Of Our Youth / Chapter 12 - When The Memory Hits You

Chapter 12 - When The Memory Hits You

Seminggu berlalu. Sesuai kesepakatan, Sabtu ini tiga serangkai The SeNaRa berkumpul di apartemen Sera. Yora bahkan sudah datang dari pukul 7 pagi demi bisa mengganggu akhir pekan Sera yang indah. Sebagai buruh kantoran yang wajib absen tepat waktu tapi punya sindrom bangun kesiangan, hari libur adalah surga tersendiri untuk Sera.

Butuh sekitar 10 menit untuk Yora menunggu di depan unit apartemen Sera. Tangannya terus memencet bel dan menghujani panggilan telepon ke nomor sahabatnya.

"INI MASIH JAM 7 PAGI. GILA YA LO?!" Semprot Sera saat membuka pintu yang dibalas cengiran oleh Yora.

"Mownin bro."

"Bra bro bra bro. Bapak lu kebo," sungut Sera sambil mempersilahkan si tamu masuk.

"Enak aja. Lu tuh yang kebo. Bapak gue mah rajin bangun pagi."

"Bener juga," kata Sera, spontan menyetujui perkataan Yora barusan. Ia hendak kembali masuk ke kamarnya saat Yora bertanya.

"Mau ngapain lu?"

"Ya mau tidur lah! Ini masih pagi. Tidak akan aku biarkan penyihir jahat seperti mu mengganggu tidur putri cantik seperti ku!" jawab Sera mendramatisasi. Walaupun sebenarnya, dengan rambut acak-acakan dan baju tidur lusuh karna terlalu sering dipakai itu, ia lah yang lebih cocok jadi penyihirnya.

Yora hanya memasang wajah mencibir dan membiarkan Sera kembali beristirahat di kamarnya. Beberapa menit pertama gadis itu habiskan dengan bermain ponsel. Tapi lama-lama ia bosan juga. Yora lalu memutuskan untuk masuk ke sebuah kamar kecil yang Sera jadikan sebagai ruang kerjanya.

Tenang, Yora sudah mendapat izin untuk mengeksplorasi segala penjuru unit apartemen ini oleh sang pemilik. Yora sendiri awalnya juga tidak enak. Bagaimana pun, walau mereka bersahabat, ini bukan tempat umum yang bisa dijelajahi siapa saja.

Tapi seperti pepatah 'cinta bisa tumbuh karena terbiasa', Yora juga jadi terbiasa wira-wiri di sini mengingat bagaimana Sera selalu menekankan Yora dan Aruna bisa menganggap apartemen ini seperti milik mereka juga.

"Asal jangan dibakar atau dijual pake nama kalian aja." Begitu kata Sera dulu saat syukuran apartemen baru yang lebih mirip nobar mabar antara Adit dan Sean selaku kuli panggul pindahan Sera. Penontonnya sudah jelas hanya The SeNaRa plus Dhira. Hanya berempat tapi sudah cukup membuat hari pertama kepindahan Sera dihadiahi teguran dari penghuni unit sebelah yang terganggu oleh suara bising yang mereka ciptakan.

Memang mereka bisa jadi seribut itu saat berkumpul.

Ketika membuka pintu, Yora langsung disambut dengan ruangan penuh buku yang walaupun tidak terlalu berantakan, tapi tidak bisa dikatakan rapih juga. Ada beberapa buku bahkan baju yang tercecer di lantai. Di atas meja komputer Sera juga berserakan kertas dan alat tulis. Lalu perhatiannya tertuju pada lemari berukuran sedang yang nyaris penuh dengan berbagai jenis buku. Dari buku bertema matematik, novel romansa, sampai buku cerita anak-anak.

Yora lalu duduk di lantai bersenderkan tembok sambil membaca untuk mengisi waktu menunggu Aruna datang dan Sera bangkit dari tidurnya. Satu jam lebih terlewati setelah dua komik Tintin milik Sera habis Yora baca.

Saat tengah mengembalikan komik tersebut ke rak, perhatian Yora tertuju pada sesuatu yang tebal mirip buku dan bersampul kulit. Sesuai dugaan, itu adalah sebuah album foto.

Iseng, Yora membuka album tersebut. Isinya adalah foto-foto semasa mereka sekolah yang sengaja Sera cetak. Kebanyakan foto semasa SMP dan SMA. Sera, Yora dan Aruna jarang sekelas saat masih sekolah, jadi isi album itu tidak selalu diisi wajah Yora dan Aruna. Tapi tetap, ada banyak perasaan yang muncul ketika Yora melihat foto-foto itu.

Tiba-tiba, rasanya ia ingin menangis. Mungkin karena rindu, mungkin juga karna sadar bahwa ia tidak akan bisa kembali ke masa itu. Saat dimana segalanya masih lebih mudah. Yang mereka tahu hanya bermain dan bersenang-senang. Bebas menciptakan berbagai mimipi tanpa harus takut dihadapkan dengan kenyataan bahwa untuk mewujudkannya, butuh kerja keras super ekstra bahkan keajaiban.

Bukankah kekuatan memori begitu magis? Hanya dengan satu-dua kepingan di masa lalu mampu membangkitkan sejuta emosi yang mungkin sempat terlupa. Karl Lagerfeld benar. Sebuah foto mengabadikan momen yang mustahil untuk kembali.

Gadis itu masih asik melihat-lihat foto lama seakan sedang mendayung dalam memori nostalgia, namun berhenti saat sampai di bagian belakang album tersebut. Bukan karna sudah tidak ada foto untuk dilihat, justru sebaliknya, ada banyak foto yang belum ditata seperti foto-foto di halaman sebelumnya.

Dilihat dari isi foto yang didominasi oleh ras kaukasia, mudah ditebak kalau kumpulan foto ini adalah kenangan Sera semasa kuliah. Yora lalu kembali melihat-lihat kertas memori milik sahabatnya itu, sampai akhirnya dibuat penasaran oleh sebuah foto buram yang memuat dua orang.

Foto itu diambil di luar ruangan dan dilihat dari gelapnya langit, jelas foto tersebut diambil saat matahari sudah terbenam. Satu-satunya penerangan adalah flash kamera. Tapi sayang, fokusnya tidak terarah pada objek manusianya sehingga hasil foto itu blur.

Sulit bagi Yora untuk mengenali siapa yang terpotret di dalamnya tapi, dilihat dari sepatu crocs shocking pink yang dikenakan, Yora yakin 1000% itu adalah Sera. Crocs itu terlalu legend untuk tidak Yora kenali. Ia jadi makin penasaran, soal siapa yang ada di sebelah sahabatnya. Karena dilihat dari postur, sepertinya dia adalah laki-laki.

Sera hampir tidak pernah dekat dengan laki-laki dalam artian romantis. Kebanyakan teman prianya sudah punya kekasih. Kaum adam yang selalu Sera bicarakan kalau bukan artis Korea ya para pria Hollywood. Tapi melihat bagaimana pria dalam foto itu merangkul Sera, sepertinya mereka punya hubungan yang lebih dari sekedar teman.

Ketika membalik foto itu, Yora menemukan sebaris kalimat. Ia tidak yakin, tapi sepertinya itu bahasa Prancis.

j'espère que nous ne nous rencontrerons pas par hasard -s

Yora udah kepo dan berniat mengambil ponselnya yang ia tinggalkan di ruang tengah guna mencari arti kalimat tersebut dengan google translate. Tapi tepat ia saat berdiri, pintu apartemen Sera berbunyi. Sepertinya itu Aruna. Yora lalu membukakan pintu dan melupakan niatnya untuk mengecek google translate, karna sesaat setelah mempersilahkan Aruna masuk, perutnya malah keroncongan. Cukup besar suaranya sampai Aruna menengok ke arahnya.

"Apaan tuh? Laper lo?"

Yora lalu refleks memegang perutnya sambil terkekeh malu. Benar juga, tadi ia berangkat terlalu pagi sampai belum sempat sarapan. Ia lalu berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas Sera. Tidak banyak makanan yang bisa dijadikan sarapan. Kebanyakan bahan mentah dan berbagai jenis minuman kemasan. Untungnya, ada satu dus dari merek bakpao kesukaan Sera. Masih tersisa dua bakpao di dalamnya. Yora lalu mengambil satu bakpao lalu memasukannya ke dalam microwave.

Sesudah microwave berdenting, Yora lalu membawa sarapan kesiangannya ke ruang tengah. Ia duduk di lantai sedangkan Aruna duduk santai di sofa sambil bermain ponsel.

"Sera masih tidur?" tanya Aruna.

"Kayaknya."

"Kok kayaknya?"

"Lu cek aja di kamar. Masih napas gak orangnya." Kelakar Yora. Tapi sedetik kemudian, keduanya kompak menoleh ke arah pintu kamar Sera yang menampilkan si empunya apartemen sambil dalam hati berbisik "panjang umur".

"Sup!" kata Sera melambaikan tangannya sekilas untuk menyapa dua sahabatnnya. Penampilannya sudah lebih manusiawi dari tadi pagi saat ia membukakan pintu untuk Yora.

"Bakpao di kulkas gue ambil satu." Lapor Yora saat Sera beranjak ke dapur yang hanya dibahas deheman. Sepertiya nyawa gadis itu belum terkumpul sepenuhnya. Setelah mengambil sarapan, yang mana sisa bakpao terakhir, Sera ikut bergabung duduk bersama teman-temannya.

"Lo nyampe jam berapa, Ra?" tanya Aruna. "Tadi kayanya gue papasan sama mobilnya Romeo deh."

Bukan hal sulit bagi Aruna untuk mengetahui mobil cowok yang ia kenal sebagai fans setia sahabatnya itu. Siapa juga crazy rich yang akan mengendarai lamborghini aventador warna kuning terang ke komplek perumahannya?

"Jam 7," jawab Yora sambil meringis. Sebenarnya, alasan utama ia berangkat pagi-pagi memang untuk menghindari Romeo.

Tadi malam, tiba-tiba saja pria itu mengirim pesan bahwa ia akan datang ke rumah Yora. Mau mengantar berkas sekalian silahturahmi katanya. Jelas saja Yora langsung menyusun rencana untuk menghindar.

Sementara Sera yang menyadari situasi langsung protes. "Oh, jadi kamu mengganggu hari liburku yang indah ini demi minghindari si Romeo Beckham versi gagal itu?"

"Hehe. Biar lu sekalian berlatih bangun pagi. Supaya bisa jadi mantu idaman." Kata Yora membela diri.

"Gue gak butuh jadi mantu idaman, butuhnya jadi orang kaya."