Chereads / Sebuah Kata Kerinduan / Chapter 8 - 8. Penyesalan -1

Chapter 8 - 8. Penyesalan -1

Dua bulan berlalu kedatangan Rena bukanlah tanpa alasan. Karena ia terlalu sibuk kuliah dan kerja sehingga hubungannya dan Rian sedikit hambar mereka jarang bertemu tapi anehnya Rian masih terus memberi perhatian dari jauh maupun dekat. Ia sendiri tidak bisa mengerti bagaimana perasaannya pada Rian sampai saat ini hatinya masih kosong.

Sore ini Rian datang mengantarkan bekal makan malam untuknya. Meskipun itu merepotkan tapi dia selalu melakukannya. Jujur saja Ana tersentuh oleh sikap Rian yang seperti itu tapi hatinya masih belum bisa untuk mencintai Rian.

"Kau menganggapku seperti anak kecil!". Gumam Ana protes melihat kotak bekal yang berkarakter kartun. Rian terkekeh sambil mengusap kepala Ana penuh sayang. Akhir-akhir ini menjadi kebiasaan untuk Rian. Rambut Ana lembut selalu membuatnya ingin mengusapnya.

"Aku tahu kau penggila kartun itu jadi sengaja mencarinya..".

Ana menggeleng pasrah "Tolong jangan terlalu memanjakanku! Aku takut tak bisa membalasmu!".

"Kau cukup membalasku dengan cinta itu sudah cukup!".

Ana tersenyum lembut menatap Rian yang masih saja menunggu hatinya. Tapi sekeras apa pun Ana mencoba ia tetap tidak bisa membalas cinta Rian. Tidak pernah! Karena seluruh hatinya telah dimiliki oleh Arka. Melihat Ana yang diam Rian menjadi paham sendiri dan berkata "Aku akan sibuk nanti!".

Ana mengangguk karena Rian sama seperti Arka mereka berada disemester akhir. Sedang menyelesaikan skripsi. Jika Arka menunggu sidang skripsi maka Rian sedang melakukan revisi pada skripsinya. Dan ia sendiri sedang sibuk dengan kerja dan belajar. Tidak tahu keinginan hati yang sebenarnya.

"Baiklah! Kau jangan terlalu lelah kerja! Aku akan kembali sekarang!".

Ana mengangguk dan melambaikan tangan pada Rian yang telah pergi meninggalkan kafe. Seseorang tiba-tiba berdiri di samping Ana juga menatap kepergian Rian sambil berkata "Dia kekasihmu?".

"Hm.."

"Jangan terlalu percaya padanya!". Ana memutar kepala ke samping menatap Alden pemilik kafe yang baru ia jumpai dua minggu lalu. Karena selama ini dia berada diluar kota, katanya sih liburan. Beberapa karyawan menyebutnya pria lajang kaya tanpa kekasih sedang menikmati hidup! Ya. Itu benar Alden adalah lulusan universitas ternama di jakarta dia membangun bisnis kafe tiga tahun setelah lulus. Melarikan diri dari perjodohan karena menurutnya cinta akan datang pada waktunya. Tapi menurut penglihatannya Alden bos nya itu bukan hanya memiliki kafe sebagai penghasilannya, Alden seperti memiliki rahasia lain yang tidak ia tahu. Bosnya juga pernah berkata Aku berkeliling kota liburan sambil mencari jodoh. Karena cintaku berada ditempat lain jadi aku harus mencarinya. Cinta itu dikejar bukan untuk di lihat.

Semboyan yang aneh menurut Ana tapi dia tidak punya pilihan untuk protes karena Alden adalah bos nya!.

"Kenapa kau berkata begitu!". Tanya Ana dengan suara lembut.

"Aku melihatnya bersama seorang gadis beberapa hari lalu!".

Tangan Ana gemetar ketika memegang kotak bekal "Kau yakin? Mungkin itu temannya!".

Alden mendecak lidah kesal "Jika itu temannya kenapa mereka berciuman! Dan aku yakin cewek yang bersamanya saat itu lebih tua darinya!".

Alden memperhatikan tangan gadis itu bergetar membuat hatinya ikut gemetar. Sebenarnya dia tidak ingin mengatakan semua itu. Tapi Ana terlalu lugu dan baik! Dia hanya tidak ingin Ana terluka dan kecewa.

"Maafkan aku!". Lirih Alden merasa bersalah.

Ana menggeleng masih dengan senyum lembut "Tidak masalah! Terima kasih sudah mengatakan nya! Aku akan bertanya padanya nanti! Sekarang aku kembali bekerja!"

Alden mengangguk membiarkan Ana kembali sibuk dengan pekerjaannya. Selama ini ia sendiri hanya mampir sebentar ke kafe untuk melihat perkembangannya tapi ia tidak akan menyangka bertemu gadis seperti Ana.

Bekerja sambil belajar namun tidak mempengaruhi nilainya sedikit pun. Saat pengunjung sepi dia akan mengisi waktu dengan belajar jika banyak pengunjung maka dia akan melayani nya dengan sepenuh hati. Alden menjadi penasaran jadi ia telah memerhatikan Ana selama dua minggu ini ada dua hal yang membuatnya bingung.

Pertama kekasihnya adalah cowok yang bernama Rian selalu datang mengantarkan bekal makan malam untuknya tapi tatapan dan senyum Ana pada Rian terlihat hambar. Kedua ada cowok lain yang selalu datang lebih awal memperhatikan Ana penuh kerinduan. Dan Ana sendiri setiap bersama cowok tersebut terlihat sangat bahagia seakan mengatakan inilah yang aku inginkan.

Alden mengangkat bahu menyerah karena masalahnya juga rumit. Orang tuanya kembali menjodohkan nya dengan anak dari teman kerjanya. Dunia ini semakin lama semakin kuno kenapa harus ada tradisi jodoh menjodohkan seperti itu, seakan dirinya yang tampan ini tidak bisa mendapatkan gadis baik!.

❄❄❄.

Ana terus memikirkan perkataan bosnya. Memang beberapa hari ini dia sibuk dengan tugas kuliah dan kerjanya di kafe. Tapi Rian selalu memberinya perhatian hingga membuatnya tidak memiliki waktu untuk curiga sedikit pun padanya. Memang terkadang Rian sedikit aneh dan tertutup.

"Ana.."Ana yang sedang duduk di meja kasir bertopang dagu terkejut oleh suara yang selama ini ia rindukan Arka.

"Arka... Apakah itu sungguh kau!" Senyum di wajah Ana hilang seketika ia memukul kepalanya sendiri sambil berkata "Itu tidak mungkin! Arka sangat sibuk di tambah dengan calon tunangannya yang merepotkan itu! Aku sangat merindukannya sampai berhalusinasi dia datang padaku!". Ana tertunduk kepalanya terbaring di meja kasir lesu.

Arka yang berdiri didepan meja kasir perlahan tersenyum lebar mendengar ucapan Ana yang menganggap nya ilusi karena terlalu merindukannya. Tiba-tiba Alden datang dari belakang dan memukul kepalanya "Kau itu sedang apa! Ada orang kenapa kau mengabaikannya!".

Ana melongok bingung hah orang dia menoleh Arka masih berdiri ditempat semula bahkan sekarang tersenyum lebar. Ana kembali menatap Alden dan bertanya "Dia... Nyata?"Alden mengangguk "Bukan ilusi". Sekali lagi Alden mengangguk. Seketika mata Ana melotot kaget ia segera berdiri lalu berjongkok di bawah meja kasir dan berbisik pada Alden "Bos! Tolong layani pelanggan aku akan sembunyi sebentar!"

Kening Alden berkerut berkali-kali lipat melihat kelakuan konyol karyawannya "Ana! Kau sudah ketahuan kenapa masih bersembunyi hadapi kenyataan jangan lari! Itu tidak akan menyelesaikan masalah. Baiklah bos ini sangat sibuk aku pergi!".

Alden melenggang pergi meninggalkan Ana yang pasrah berjongkok dibawa meja suara Arka kembali terdengar membuat jantung Ana berdegup lebih cepat ya ampun jantungku kenapa kau sangat ribut, tenanglah sedikit jangan membuat malu.

"Ana.. Ayo kita bicara!".

Tanpa pilihan Ana keluar dari persembunyiannya kepalanya tertunduk "Maaf, aku sedang kerja sekarang!".

Arka menatap sekeliling meskipun tidak terlalu ramai tapi memang tidak seharusnya dia mengganggu Ana yang sedang bekerja "Baiklah! Aku akan menunggumu disana! Setelah kau selesai bekerja kita harus bicara!".

"Tapi aku selesai kerjanya masih lama!".

"Tidak apa-apa! Aku akan menunggu!". Arka mengusap kepala Ana dengan lembut lalu berjalan kesalah satu meja kosong didekat jendela. Ana termenung usapan tangan Arka terasa hangat dan di sangat menyukainya. Bolehkan dia serakah dan meminta lebih?

Waktu terasa berjalan lambat setiap satu menit Ana selalu menoleh pada tempat Arka duduk, dia merasa takut jika Arka tiba-tiba pergi karena tidak sabar menunggunya. Tapi ia hanya melihat Arka selalu tersenyum manis padanya membuat hatinya tenang.

❄❄❄