Chereads / Sebuah Kata Kerinduan / Chapter 12 - 12. Bayangan Kerinduan -1

Chapter 12 - 12. Bayangan Kerinduan -1

Ana berdiri kaku di pintu masuk kafe, dia tahu cepat atau lambat ini akan terjadi. Abe yang melihat kedatangan Ana terkejut. Dia berjalan mendekati Ana "Kak Ana ke mana saja selama ini?".

"Kau terlihat semakin kurus" Abe tersenyum canggung " Kakakmu ada?".

Wajah Abe pucat seketika dan langsung memegang tangan Ana erat "Kak.."

Ana tersenyum pilu "Aku mengerti! Biarkan kakak naik!". Abe tidak punya pilihan jadi dia juga ikut naik ke lantai dua untuk menemani Ana ia takut jika sesuatu yang buruk terjadi.

"Apa pun yang kakak lihat dan dengar tolong percayalah aku lebih menyukai kakak!".

"Jangan cemas! Aku akan baik-baik saja!".

Ana menatap tangga dengan ragu dia harus cepat karena Alden masih menunggunya di mobil. Jantung Ana berdetak cepat ketika langkah kakinya mulai menginjak setiap anak tangga menuju lantai dua. Pada anak tangga terakhir wajah Ana semakin pucat. Ini adalah masalah terakhir yang harus diselesaikan jika dia ingin pergi dengan tenang tanpa gangguan.

Ana berdiri di depan pintu kamar berwarna coklat. Kamar itu gelap perlahan-lahan dia mendorong pintu supaya terbuka dan dia menyesal melakukan itu. Di dalam kamar gelap suara yang ambigu terdengar, beberapa pakaian berserakan di lantai sedangkan dua sosok di atas tempat tidur sepertinya tidak menyadari keberadaan mereka. Hati Ana sakit dan benci melihat semua itu.

Tangan Ana bergerak dengan cepat menekan tombol lampu membuat kamar gelap itu menjadi terang menderang. Abe menutup wajahnya pasrah. Kakaknya selingkuh dan melakukan hal yang menjijikkan. Parahnya lagi ketahuan oleh kekasihnya.

Tidak ada emosi di wajah Ana tapi Abe tahu badai akan segera datang. Dua sosok di tempat tidur masih belum menyadari kedatangan mereka.

"Rian.."

Gerakan Rian terhenti kepalanya bergerak kiri kanan melihat ruangan yang sudah terang dia menoleh ke belakang matanya melebar kaget di depan pintu Ana menatapnya tanpa emosi sedangkan Abe hanya bisa menutup wajahnya sambil menggeleng pasrah.

"ANA!" Rian menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang tanpa pakaian sehelai pun. Rian bergerak cepat mencari pakaiannya dan memakainya tergesa-gesa sambil berusaha menjelaskan "Ana, ini tidak seperti yang kau pikirkan.. Aku.. Dia.. Hanya..."

"Ayo kita putus!"Kata Ana menghentikan kata-kata dan gerakan Rian "Aku tahu kau menjadikan ku kekasih hanya untuk sebuah taruhan, aku juga tahu kau memiliki banyak kekasih di belakangku! Dan aku juga menyesal karena memberikan sedikit hatiku padamu! Aku pikir kau telah berubah dari sifatmu itu! Rian ayo putus!".

Mendengar Ana menyebutkan dia menyesal karena memberikan sedikit hatinya padanya Rian merasa senang tapi dia kembali takut karena jujur memang dirinya mulai mencintai Ana dengan tulus, tapi dia tidak bisa memaksa gadis itu untuk membalas cintanya saat itu juga dia pikir menunggu sambil bermain di belakang nya, Ana tidak akan tahu, tapi terlambat sekarang Ana minta putus darinya, di antara rasa putus asa dan cinta dia memiliki banyak selingkuhan di belakang Ana. Dia juga ingin membuat gadis itu marah padanya tapi Ana sebaliknya memberinya kepercayaan penuh karena ternyata ia mulai mencintainya tapi sekarang gadis itu meminta putus darinya berulang-ulang kali. Rian tidak ingin putus penantian lamanya untuk membuat Ana mencintainya berhasil dan dia tidak mau kehilangan Ana.

"Tidak! Aku tidak mau putus!".

"Rian! Kita putus! Terima kasih dan selamat tinggal!".

Tanpa menunggu lagi Ana berbalik pergi mengabaikan teriakan Rian. Dan sayup-sayup suara rengekan cewek dikamar itu memanggil nama Rian untuk tidak pergi. Ana berlari turun dari tangga membuat jantung Abe hampir putus takut jika gadis itu terjatuh dari tangga. Ana berlari keluar kafe dan Rian mengejarnya saat akan menyeberang jalan Ana tidak melihat kiri kanan sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi, sebuah mobil menghantamnya dengan keras.

Abe yang berdiri di pintu kafe berlari kencang mendekati tubuh Ana yang terlempar akibat hantaman mobil darah merah mengalir dari kepala gadis itu mewarnai aspal. Rian hendak meraih Ana tapi dia ditepis oleh seseorang dan langsung membawa Ana masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan tempat kejadian. Rian yang berteriak memanggil Ana. Abe yang hampir mendekati Ana hanya bisa melihatnya dibawa pergi oleh orang lain sedangkan kakaknya seperti orang gila berteriak tanpa henti.

Kejadiannya sangat cepat Abe mendekati kakaknya mencoba menenangkannya "Sebaiknya kita pergi menyusulnya ke rumah sakit!".

Seakan tersadar Rian langsung berlari masuk mengambil kunci motor mengabaikan selingkuhannya yang berdiri di pintu kamar "Kau mau ke mana?"Tanya gadis itu.

"Kau pergilah! Dan jangan pernah datang lagi!".

"Apa! Rian! Kau mencampak kan aku! Setelah semua yang kita lakukan! Apakah itu karena gadis desa itu!".

Rian menggeram "Dia bukan gadis desa! Dia kekasihku!".

"Tapi dia mengajakmu putus!".

"Aku tidak akan putus dengannya! Kau pergilah dari sini!". Setelah itu Rian berlari hendak menyusul Ana ke rumah sakit. Tapi ia tidak tahu Ana dibawa ke rumah sakit mana dan ia juga tidak melihat jelas siapa yang telah membawa Ana pergi di saat ia hampir meraih tubuh gadis itu.

Rian dan Abe berkeliling keluar masuk rumah sakit mencari keberadaan Ana tapi rumah sakit di sana sangat banyak dan besar dia juga tidak bisa memasuki ruang IGD atau ruang operasi untuk melihatnya satu persatu. Akhirnya Abe hanya bisa menyeret kakaknya keluar dari rumah sakit.

Rian berteriak prustasi matanya merah karena menangis Abe sendiri membenci kakaknya yang playboy tapi saat melihat ke putus asaan di mata kakaknya dia juga merasakan sedih. Kakaknya sangat mencintai Ana. Tapi gadis itu melihatnya selingkuh, mengajaknya putus, kecelakaan di depan matanya dan kehilangannya.

"Kak sebaiknya kita pulang! Besok kita cari lagi! Sebaiknya kakak menenangkan diri jangan seperti ini!". Rian mengikuti Abe dan tidak mengatakan apa pun.

❄❄❄

Tanpa alasan Arka merasakan gelisah setiap pekerjaan yang dilakukannya tidak ada yang sempurna selalu kacau. Sebenarnya ia ingin menemui Ana dan menyerah pada gadis itu. Tapi Ana tiba-tiba menghilang tanpa kabar membuatnya semakin gelisah. Azira juga tidak tahu keberadaan Ana.

Arka berniat menemui Rian menanyakan kabar tentang Ana tapi ia terlambat. Tempat itu terlihat sangat ramai beberapa orang duduk berkelompok sambil mengobrol. Merasa penasaran Arka turun dan bertanya "Maaf pak kenapa ramai sekali ya?".

Bapak-bapak itu menatap Arka dan menggeleng "Ada kecelakaan tadi mas! Kejadiannya sangat cepat, entah bagaimana keadaan gadis itu sekarang! Kenapa dia tidak melihat jalan saat akan menyeberang!".

Wajah Arka pucat seketika "Korbannya seorang perempuan?". Tanya Arka lagi.

"Benar!"

Arka mengangguk dia menatap tempat tinggal Rian lalu mengucapkan terima kasih pada si bapak-bapak. Arka memasuki kafe tempat Rian tapi ia tidak melihat lelaki itu di manapun.

"Permisi, Apakah ini tempat tinggal Rian?" Tanya Arka pada salah satu karyawan.

"Benar kak.. Cari kak Rian ya? Dia tadi pergi buru-buru dengan Abe. Katanya ke rumah sakit sampai sekarang belum kembali!".

"Rumah sakit? Apakah dia sakit?".

Karyawan itu tersenyum sedih "Bukan! Aku dengar kekasihnya kak Rian kecelakaan. Sepertinya mereka habis bertengkar!".

Wajah Arka putih seketika "Kau tahu rumah sakit mana mereka pergi?".

Karyawan itu menggeleng "Tidak tahu! Karena sebelum ambulan datang seseorang telah membawanya pergi dengan mobil pribadi!".

Arka terduduk di kursi kakinya terasa lemah jadi itu sebab perasaannya tidak tenang. Tangan Arka bergetar ketika mengambil ponsel dari saku celananya dan menghubungi Azira.

"Halo..".

"Zira.." Suara Arka serak "Ana.. Ana sepertinya mengalami kecelakaan!"

"Apa! Lalu di rumah sakit mana dia sekarang!".

❄❄❄