Tiga bulan berlalu sangat cepat. Arka menyelesaikan semua urusannya dua hari lalu sidang skripsi berjalan dengan lancar, sekarang hanya menunggu hari kelulusan wisuda. Arka berkeliling kampus hanya untuk mengingat kembali bayang-bayang Ana yang masih melekat di ingatannya. Setelah kepergian Ana semuanya benar-benar berubah. Terasa hampa dan sepi meskipun dia berdiri di tempat yang ramai sekalipun. Ia ingin bertahan sedikit lagi dengan semua kenangan yang tertinggal tapi ia tidak mampu.
Azira pun memilih pindah kuliah dan kembali ke kota asalnya. Sedangkan Rian terlihat lebih kacau dari sebelumnya meskipun dia tidak lagi gonta ganti pacar tapi kelakuan nya lebih seperti mayat hidup atau lebih parahnya seperti gelandangan gila tapi satu hal yang menunjuk kan kalau dia masih waras adalah dalam satu bulan dia akan pergi mengunjungi makan Ana sebanyak empat kali bahkan dengan berpenampilan yang lebih layak. Mungkin saja Rian mengurus dirinya hanya saat akan berkunjung ke makan Ana saja, setelahnya ia akan kembali menjadi seperti gelandangan gila.
Arka memang tidak sesering itu menjenguk makam Ana tapi sekali sebulan dia akan datang untuk berdoa. Arka juga sering berkunjung ke kafe tempat Ana bekerja sebelumnya, ia ingin berbagi cerita dengan Alden dan bertanya kenapa di tidak hadir pada hari pemakaman tapi Alden bos kafe itu seperti menghilang ditelan bumi. Sejak hari pemakaman sampai sekarang tidak pernah terlihat lagi. Ia pernah bertanya pada karyawan yang bekerja tapi mereka juga tidak tahu. Karena bagi mereka jika bos tidak menghilang seperti itu maka mereka yang akan merasa aneh.
Arka menyusuri jalan setapak taman di samping gedung perpustakaan dan memilih salah satu kursi kosong untuk ia duduk sambil melihat sekeliling hatinya sakit karena menahan rindu pada gadis itu. Dia ingin memeluk gadisnya, menahannya disisinya. Tapi sekarang sosok yang ingin ia rangkul itu telah pergi jauh darinya dan tak kan pernah kembali, Arka menatap langit biru matanya memerah menahan air mata.
Ana, aku sangat merindukanmu.
Arka mengeluarkan agenda bersampul kulit coklat membukanya pada halaman kosong. Sejak pertama kali bertemu Ana ia selalu menulis sesuatu tentang gadis itu. ia tidak ingin melewatkan satupun kenangan tentang Ana pudar dari ingatan nya. Karena itu ia harus menulisnya setiap hatinya merindukan gadis itu.
.... Aku masih ingat bagaimana pertama kali aku beradu pandang dengan mu, aku masih ingat bagaimana senyum mu..
Saat itu kau seperti cahaya yang menerangi kegelapan dihatiku.
Kehadiranmu menyadarkan bahwa aku bisa mengubah kesepian yang kurasakan menjadi energi yang luar biasa..
Tapi, kini energi yang kau berikan itu mulai redup dan perlahan – lahan memudar.
Air matamu terjatuh saat sekali lagi aku menatap langit..
Akankah kau melihatku di atas sana. Sehari tanpamu sangatlah menyakitkan. Tapi kau dengan kejamnya meninggalkan tanpa ucapkan kata.
Dari tempat yang jauh ini aku menatap langit berharap melihat bayangan senyum mu.
Air mataku menjadi kenangan sedihku, cinta yang ku rindukan kini telah dirangkul oleh yang kuasa.
Benar aku terluka hidup seperti ini..
.... Hari-hari berlalu namun kesedihanmu masih melekat dihati, ini sangat sulit seperti aku ingin menyusulmu.
Tapi, kau mungkin akan membenciku jika melakukan hal itu.
Karena kau tak disini hatiku selalu menangis. Walau ini sakit, sedih, ku selalu memikirkanmu, merindukan mu..
Jika ada kehidupan selanjutnya..
Akankah kita bertemu kembali?
Arka menghapus jejak air mata di pipinya dan menutup buku agendanya dengan hati-hati seakan itu benda berharga terakhir yang di milikinya.
Arka berusaha untuk tenang dan berpikir positif karena orang baik memang sering dipanggil lebih dulu. Bisa jadi ini merupakan mekanisme Tuhan melindunginya dari sesuatu yang tidak baik jika ia ditakdirkan untuk terus hidup. Jika tuhan menjemput Ana lebih awal Artinya, Tuhan menyayanginya lebih dari dirinya.
"Ya ampun! Kau lihat itu Rian kan kenapa dia sangat berubah! Terlihat sangat kacau!".
"Ya rambut dan pakaiannya sangat berantakan! Aku juga sudah lama tidak melihatnya menggandeng para gadis. Apa yang terjadi padanya?".
"Aku mendengar kalau kekasihnya meninggal karena kecelakaan!".
"Ya ampun sangat menyedihkan!".
"Siapa!".
"Apa!".
"Siapa yang menyedihkan!".
"Itu Rian siapa lagi!".
"Seharusnya bukan Rian yang menyedihkan tapi ceweknya yang meninggal itu!".
"Kenapa?"
"Aku mendengar dia kecelakaan setelah melihat Rian berdua dengan seorang cewek sedang melakukan itu... Kau mengerti maksud ku kan?"
"Kau serius!".
"Sangat serius! Entah siapa yang menyebarkannya!"
"Kalau begitu benar-benar kasihan pada gadis yang meninggal! Rian memang pantas mendapatkan semua ini!".
Arka yang duduk di kursi hanya diam mendengar perbincangan dua orang cewek tersebut. Sepertinya kecelakaan itu benar-benar mempengaruhi Rian. Tapi ia tidak peduli karena ia sendiri juga sedang berkubang dalam penyesalan.
Jika memang ada reinkarnasi setelah kematian Arka sangat berharap bertemu kembali dengan gadis itu meskipun dia harus menunggu untuk waktu yang lama. Tiba-tiba ponsel Arka yang sunyi hampir satu bulan akhirnya berdering. Ia melihat nama di layar Azira.
"Tumben kau mau meneleponku!"
Terdengar suara tawa Azira di ponsel membuat Arka ikut tersenyum. Mungkin karena Arka dan Azira selalu bersama sejak kecil membuat mereka bisa saling memahami tanpa harus banyak bicara.
"Aku merindukanmu sahabatku! Apa kabarmu di sana, semua baik-baik saja?".
Arka mengangguk lalu menggeleng tapi kemudian ia sadar kalau Azira tidak akan melihat semua itu ia berkata "Sedikit buruk dan sedikit baik!".
"Hei, kenapa dengan jawabanmu ini.. Kau terdengar sangat putus asa!".
"Kau melarikan diri meninggalkan ku sendiri!". Gumam Arka tidak jelas. Mereka terdiam beberapa saat kemudian "Zira, aku mungkin akan pergi ke luar negeri!".
"Hah! Kenapa?" Tanya Azira bingung.
"Aku tidak bisa melupakan nya jika masih di sini, satu-satunya cara aku harus pergi ke tempat dimana tidak ada kenangan tentangnya".
Azira terdiam lalu terbatuk pelan "Jangan ke luar negeri. Bagaimana jika kau datang ke tempat ku saja! Di sini meskipun tidak seperti kota besar tapi aku yakin kau akan menyukainya! Dan masalah Ana cepat atau lambat kau akan menerima semuanya!".
"Kau sepertinya lebih tenang dariku!".
Azira terkekeh "Ya, sesuatu yang baik terjadi saat aku kembali! Kau akan mengerti nanti! Jadi aku menunggu mu di sini!".
Tanpa kata pamit panggilan itu terputus begitu saja memang seperti itulah sahabat baiknya Azira, terkadang seperti jelangkung. Kepala Arka menunduk ke dua tangan nya memutar-mutar ponsel yang di pegang nya. Ia masih memikirkan kata-kata Azira, sahabatnya itu seperti telah membaik sangat cepat meskipun ia telah kehilangan adik sepupunya yang belum sempat ia rangkul. Haruskah ia juga pergi ke sana dan memulai sesuatu yang baru mungkin saja dengan cara itu ia bisa melupakan Ana perlahan-lahan.
❄❄❄