Ara mengatur posisi duduknya dengan nyaman mengabaikan Kevin yang terus berteriak tidak jelas ketika babi hutan yang berada di bawah pohon mendekat untuk makan buah jambu di atas tanah. Ara memetik satu buah jambu yang besar dan terlihat segar lalu menggigitkan suara crash saat di gigit terdengar jelas di telinga sensitif Kevin yang rakus.
"Kau makan jambu tanpa basi-basi terlebih dahulu pada pemiliknya! Ambil untuk ku satu!" Teriak Kevin memberi perintah namun di abaikan.
"Tidak mau! Kalau kau ingin ambil saja sendiri!".
Kevin merengut ia melihat posisinya yang canggung di atas pohon jika ia melepaskan pegangannya maka ia akan jatuh karena dahan tempat nya berpijak terlalu kecil. Ia melihat Ara yang makan dengan lahap di dahan bagian atas. Gadis nakal itu berlari sangat kencang dan lebih parahnya ia memanjat pohon seperti monyet sangat gesit.
"Gadis nakal itu selalu beruntung!" Gerutu Kevin dan bergeser lebih dekat dengan Ara tapi gerakannya membuat babi hutan yang tepat berada di bawahnya menggeram. Kevin berteriak karena takut "Ketua!! Lakukan sesuatu!".
Lee si ketua keadaannya juga tidak terlalu baik bersama anggota yang lain Lee berkata "Tidak ada yang bisa di lakukan selain menunggu sampai babi hutannya pergi!". Lee melihat Ara yang tidak peduli pada keadaan di sekitarnya, gadis nakal itu makan buah jambu dengan lahap. Tanpa sadar Lee menelan ludah, ia juga ingin makan jambu yang terlihat segar dan manis itu.
Dua jam terbuang sia-sia akhirnya babi hutan pergi dengan sendirinya setelah perutnya kenyang. Kevin langsung terjun dari atas pohon jambu terduduk di tanah sambil meluruskan kakinya yang terasa kram karena terlalu lama bergantung di dahan kecil.
"Ya ampun! Akhirnya pergi juga! aku hampir pingsan menahan kaki kram dan perut kelaparan".
Lee berjalan mendekati Ara mengabaikan keluhan Kevin yang membuat telinga sakit meskipun hanya mendengarnya saja. Lee berdiri di depan Ara menatap gadis itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kau baik-baik saja?"
Ara mengangguk "Hm.. Ini untuk ketua!". Ara menyerahkan dua buah jambu kristal dan berkata "Jangan menghindariku lagi! Meskipun aku bertanya hal-hal aneh!".
Kepala Lee tertunduk tidak ada yang bisa melihat pancaran dari matanya yang menyimpan kesedihan. Ia mengambil jambu yang diberikan Ara dan menggigitnya lalu menatap Ara dengan senyum lembut "Terima kasih!".
Setelah istirahat sebentar rombongan kecil itu kembali memulai perjalanan mereka. Menempuh jalan landai dan berbatu. Pemandangan di kiri dan kanan mereka sebatas pepohonan yang tumbuh lebat.
Setengah jam kemudian mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Pemandangan yang sangat indah, air terjun besar dengan sungai jernih berbatu. Ara tidak tahu nama tempat dan air terjun tersebut karena ia sudah teralihkan oleh pemandangan yang memanjakan mata.
"Ketua! Ini sangat indah! Apa kita akan bermalam di dekat sini?"Tanya Ara kemudian.
Lee mengangguk "Kita akan mendirikan tenda di sana!" tunjuk Lee ke arah sepetak tanah yang lumayan datar dan sedikit lebih jauh dari air terjun.
Lee mulai mengatur anggota cowok untuk memulai mendirikan tenda dan yang cewek dapat bagian memasak. Tapi tidak ada yang meminta Ara untuk membantu mereka memasak. jika gadis itu ikut maka semuanya akan menjadi hancur. Karena tidak di butuhkan di bagian mendirikan tenda dan memasak Ara memilih duduk di atas batu besar yang menghadap air terjun dan membelakangi rombongan yang sedang sibuk.
Ara duduk termenung cukup lama hingga sekilas bayangan Arka melintas di ingatannya. Ia mengernyit menahan sakit pada kepalanya. Bayangan itu seperti pernah terjadi tapi ia tidak pernah pergi jauh termasuk ke luar kota.
"Ugh!".
"Ara! Kau baik-baik saja!". Lee datang membawakan dua piring makanan. Ara menoleh ke arah belakangnya tenda sudah selesai di bangun makanan juga sudah masak. Terlihat jelas Kevin yang makan dengan lahap bahkan tidak ingat untuk mengajaknya makan "Ini makanlah!".
Ara mengambil piring yang berisi mi goreng dari tangan Lee "Terima kasih!". Mereka makan dengan tenang sampai Ara memulai untuk bertanya hal aneh lagi pada ketua.
"Ketua! Kau tidak menjawab waktu aku bertanya padamu! Apakah.. Sebelumnya kita pernah bertemu?".
Lee manatap mata Ara, hatinya bergejolak tapi ia tidak bisa menghindar. Lee menghela nafas panjang "Baiklah biarkan aku menceritakan sesuatu padamu!".
Ara mengangguk penuh semangat. Membuat Lee tertawa tanpa sadar.
"Dulu, saat masih di tahun ke tiga aku bertemu seorang gadis yang masih di tahun pertama, dia baru menjadi seorang mahasiswa aku ingat pertemuan pertama kami.. Dia, sebenarnya cantik tapi sangat malas untuk berdandan. Dia tidak banyak bicara tetapi suka bertindak, sangat tenang dan bijksana. Tapi dia bodoh!". Lee tertawa kecil di sela ceritanya ketika menyebut kata 'bodoh'.
"Kenapa kau menyebutnya bodoh?". Tanya Ara penasaran sambil menyuapi mi goreng ke dalam mulutnya.
Kevin menyeka sudut bibir Ara tanpa sadar "Ada noda kecap!" Kata Lee canggung. Ara mengangguk tidak peduli karena saat di rumah kakaknya juga sering melakukan hal yang sama.
"Terus bagaimana? Apa kau jatuh cinta padanya!".
Lee menatap jauh pada air terjun yang deras ia menghela nafas panjang "Ya, jatuh cinta pada pandangan pertama tapi dia tidak tahu!". Pancaran mata Lee meredup dan itu tidak lepas dari pandangan Ara.
"Kenapa? Ketua tidak memberitahunya?".
Lee menggelengkan kepala pelan "Karena sahabatku mencintainya lebih dulu! Dan gadis itu pun juga mencintainya. Tapi meskipun saling mencintai mereka tidak bisa bersatu!".
Ara semakin penasaran ia meletak kan piring kosong nya di atas batu di sampingnya "Mereka saling mencintai kenapa tidak bisa bersama?".
Lee menatap Ara lalu berkata "Karena itu aku menyebutnya bodoh! Pada akhirnya semua terlambat, gadis itu meninggal karena kecelakaan.".
Ara menahan nafas kaget ia pikir cerita Lee mirip sebuah drama, yang menghadapi kesulitan di awal dan bersama di akhir cerita. Tapi ia tidak menyangka jika tokoh utamanya meninggal. Ara menghela nafas menyesal raut wajahnya kecewa.
"Kau terlihat kecewa!".
Ara mengangguk "Tentu saja! Mereka saling mencintai tapi tidak bisa bersama dan akhirnya si cewek meninggal dunia! Ketua tidak menceritakan kenapa mereka tidak bisa bersama?".
Lee terbatuk ia kembali menatap Ara "Itu karena si pemuda telah di jodohkan dengan gadis lain dan yang cewek juga telah memiliki kekasih!".
Ara mengangguk lagi seperti burung pelatuk "Hm.. Jadi karena itu! Lalu bagaimana kabar mereka sekarang?".
Mata Lee mengerjap bingung "Kabar siapa yang kau maksud?".
"Tentu saja kekasih yang di tinggalkan dan pemuda yang di cintainya itu!". Jawab Ara santai.
"Entahlah!". Lee menggeleng "Setelah gadis itu meninggal semua berubah! Aku sendiri memutuskan untuk pindah kampus! Ada kabar juga yang bilang kalau orang yang di cintai gadis itu berada di kota ini! Jelasnya aku juga tidak tahu karena belum melihatnya langsung!".
Ara menatap Lee dengan pandangan mata berbintang "Woah! Ketua kisah mu sungguh tragis! Cinta terpendam! Dan lebih parahnya si cewek meninggal! Ya ampun!". Ara menepuk pundak Lee dan berkata bijak "Semoga ketua bisa menemukan yang lebih baik lagi".
Lee menatap air terjun hampa dan berkata "Ara.. Apa kau percaya jika kita memiliki kembaran lain dengan wajah yang sama di belahan bumi lainnya meskipun tidak memiliki ikatan darah yang sama?".
Ara bingung tapi masih menjawab "Tidak! Karena aku tidak pernah melihat hal seperti itu! Apa ketua percaya?".
Lee kembali menatap wajah Ara dan mengangguk "Awalnya dan sampai sekarang aku juga tidak percaya! Tapi ada sesuatu yang aneh aku bertemu dengan gadis yang sangat mirip dengan nya. Itu membuatku bingung harus percaya atau tidak!".
Ara tidak bertanya lagi karena mendengar cerita ketua entah kenapa membuat emosinya sedikit kacau. Di tambah kilas ingatan di benaknya membuat sakit kepalanya semakin parah, Ara meringis menekan rasa sakitnya. Ia hanya tidak ingin merepotkan.
"Baiklah! Aku kembali ke tenda, jika kau masih ingin di sini hati-hati jangan pergi terlalu jauh!" Lee berdiri mengambil piring mereka yang telah kosong dan melangkah pergi.
"Ketua!"
Lee berhenti melangkah memutar badannya, mata karamelnya menatap Ara "Hm.. Kenapa?".
Ara menggeleng "Tidak apa-apa! Aku hanya lupa ingin bertanya apa tadi!".
"Baiklah! Jika kau ingat jangan sungkan untuk bertanya lagi padaku!". Kata Lee kembali melanjutkan langkahnya.
Ara menghela nafas sambil menatap ujung sepatunya sedih.
.... Pada akhirnya ketua tidak menjawab pertanyaan nya...
❄❄❄