Chereads / Sebuah Kata Kerinduan / Chapter 24 - 24. Journey 4

Chapter 24 - 24. Journey 4

"Dunia terasa kecil bukan?" Suara itu tidak ramah namun Ara tahu lelaki itu sedang marah. Tapi kenapa dia marah?

Ara berdiri dan menatap lelaki tampan di depannya dengan santai ia menarik Ezhar mendekat "Ezhar, kenalkan dia..." Ara bingung untuk sesaat "Dia.. Temanku!".

Mendengar kata 'teman' dari mulut Ara membuat Arka tidak senang. Sedangkan Ezhar tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya "Ezhar..".

"Arka!". Datar dan dingin.

Ara mengabaikan hawa dingin yang di keluarkan Arka. Ia menoleh kiri dan kanan lalu bertanya "Kau sendirian?".

Arka menoleh ke belakang lalu kembali menatap Ara dan menggeleng "Tidak! Aku bersama mereka!". Ara menatap ke arah yang di tunjuk Arka seketika matanya membulat kaget, senyum lebar terukir di bibirnya ia mendorong Arka ke samping dan berlari sambil berteriak.

"Akira..!!!".

Ara memeluk sahabatnya erat-erat. Akira Lee yang mendapat pelukan kuat itu terdiam cukup lama ia menatap Ara cukup lama matanya memerah kemudian ia tersenyum lebar bahkan hampir menangis di sela tawa bahagianya.

"Akhirnya! Kita bertemu! Bagaimana keadaanmu.. Apa kau baik-baik saja? Lalu sedang apa kau di sini.."Tanya Ara penuh semangat sambil menggoyangkan tangan Akira kiri kanan seperti anak kecil.

Akira terkekeh "Aku baik.. Kau sendiri bagaimana kepalamu apa masih sering sakit?".

Ara mengangguk lalu menggeleng "Aku baik-baik saja! Kau bersama mereka?" Tunjuk Ara pada Arka dan Lee yang berdiri di belakang Akira "Ketua! Kau di sini!".

Lee juga terkejut melihat Ara berada tepat di depannya dan lebih mengejutkan lagi adalah jika Ara juga mengenal adiknya dan mereka terlihat sangat akrab "Kalian saling kenal?".

Akira dan Ara saling tatap lalu mengangguk "Ah, aku lupa.." Ara memanggil Ezhar dan mengenalkan mereka meskipun Arka terlihat tidak suka pada Ezhar tapi ia tidak peduli. Ezhar adalah sahabat pertama yang ia temukan. Sedangkan Lee terlihat seperti pengawal mengikuti dan mendengarkan mereka bercerita panjang lebar.

Ara yang awalnya berpikir akan menghabiskan waktu sendirian akhirnya menghela nafas lega karena di kelilingi oleh orang yang di kenalnya bertemu sahabat lama, mendapat sahabat baru. Sesekali Ara melirik Arka yang merengut tidak senang. Ia mendekati Arka dan bertanya.

"Hei, kau kenapa! Jangan menebarkan aura dingin dan wajah jelek begitu, nanti bunga-bunga di sini mati semua lagi!"

Arka melotot pada Ara, entah kenapa setiap melihat Ara hatinya selalu kacau emosinya seakan di aduk. Saat melihat wajah Ara ia sempat berpikir jika itu Ana. Tapi setelah di perhatikan sifat mereka saling bertolak belakang membuat harapan di hati Arka kembali meredup.

"Kau sendiri sedang apa di sini!".

Ara menunjuk dirinya sendiri "Aku? Tentu saja liburan sedang apa lagi?".

"Sendirian!".

"Terus sama siapa lagi?".

Tanpa sadar Arka menatap Ezhar dan itu tidak lepas dari pandangan Ara senyum tipis terukir di bibir Ara.

"Kenapa? Kau ingin tahu?". Tanya Ara lagi sambil menahan senyum "Kau terlihat tidak suka pada Ezhar! Apa kau cemburu? Kau menyukaiku?".

Arka melotot lagi pada Ara membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak. Wajah Arka memerah antara menahan malu dan marah.

"Kau sangat berani!".

"Tentu saja!" Balas Ara, ia menatap Ezhar dengan pandangan penuh syukur "Ezhar teman pertama yang aku temukan kami sama-sama datang sendiri dan tempat kos kami juga kebetulan berdekatan jadi kenapa tidak pergi jalan-jalan bersama saja!". Jelas Ara. Setelah mendengar itu kerutan di kening Arka sedikit berkurang. "Dan berhenti menatapnya seperti musuh! Dia sahabatku!". Protes Ara.

Lee yang jadi penonton di samping menggeleng kepala karena heran "Aku baru tahu kalau kalian saling kenal!"

Ara terbatuk begitu pula Arka "Kesialan selalu mengikutiku setiap bertemu dengannya!" Kata Arka ketus.

"Kau! Apa menurutmu kau itu bintang keberuntungan!! Huh! Jangan sombong!" Balas Ara sinis.

"Sudah-sudah! Kita di sini untuk bersenang-senang kenapa jadi menonton kalian bertengkar!" Akira menatap sahabatnya cemberut "Kau! Kita baru saja bertemu setelah sekian lama tapi kau mengabaikanku dan memilih bertengkar dengannya!" tunjuk Akira pada Arka "Dan kau! Pria tampan yang gagal move on! Berhenti menganggu sahabatku!".

Tidak ada suara, mereka saling melihat satu sama lain sesaat kemudian tertawa terbahak-bahak. Ara mendekati dan memeluk sahabatnya yang sedang kesal sambil berkata "Baiklah! Aku tidak akan mengabaikanmu, itu salahku! Maaf! Sekarang apa kita boleh pergi berkeliling?".

Akira mengangguk penuh semangat. Ezhar dan Lee juga mulai bercakap-cakap sedangkan Arka masih dengan wajah merengut tapi tetap mengikuti dari belakang.

"Ara.." merasa namanya di panggil gadis itu menoleh kebelakang, Arka menunjuk pada kamera yang tergantung di leher Ara "Kamera.. Apa aku boleh meminjamnya?".

"Tentu!" kata Ara sambil tersenyum dan menyerahkan kameranya pada Arka "Foto kami juga kalau begitu!".

Untuk sesaat Arka terdiam jantungnya berdetak cepat senyum itu, senyum yang dulu selalu ia lihat pada Ana kini ada pada gadis lain. Arka menatap punggung Ara yang telah berjalan pergi di lihat dari belakang gadis itu memang terlihat sama persis hanya karakternya yang berbeda. Jika di ingat kembali kematian Ana memang sedikit aneh dan ganjil. Semua orang yang berhubungan dengannya semuanya menghilang satu persatu.

"Apa yang kau pikirkan! Mereka menunggi untuk kau foto?" Lee tiba-tiba menepuk pundak Arka membuat nua sadar dari pikirannya yang melamun.

"Ah! Maaf baiklah! Di mana kalian minta di foto!" Arka mengikuti dua gadis itu dan memotret keduanya sampai mereka kehabisan gaya untuk di foto. Sedangkan Lee dan Ezhar sibuk dengan dengan keasyikan mereka sendiri memfoto bangunan, bunga, atau mungkin semut yang sedang jalan di daun pun akan mereka foto juga.

Sebenarnya apapun yang sedang di pikirkan Arka tentang Ezhar dan Lee adalah benar. Mereka memang sedang memfoto semut yang sedang berjalan berbaris di dahan daun.

Setelah puas berkeliling taman dan berfoto Ara mulai merasa lelah ia lalu duduk di samping Ezhar sambil yang sedang menikmati minuman dinginnya yang ia beli di warung terdekat. Dan menyerahkan segelas pada Ara.

"Terima kasih!".

Ezhar mengangguk lalu menunjuk pada Arka dan dua kakak beradik yang sedang sibuk mengambil foto "Kau terlihat sudah mengenal mereka sejak lama! Dan dia.." tunjuk Ezhar ada Akira, matanya mirip dengan seorang yang aku kenal".

Jiwa gosip Ara bangkit seketika "Siapa? Pacarmu?".

Ezhar mengerut kening "Kenapa kau langsung menyebut pacar? Dan juga ada apa denganmu! Kau terlihat sudah terbiasa dengan dia. Apa kau benar-benar tidak mengenalnya?" Ara mengangguk "Tapi, aku merasa dia tidak! Dia seperti sudah mengenalmu sejak lama hanya saja dia seperti sedang mengujimu saat ini".

"Apakah begitu?" Ara termenung mentap Arka yang tersenyum lebar di depan kamera dan berpose tampan "Ya, terkadang aku merasa mengenalnya, di suatu tempat yang mungkin aku lupakan.".

"Ya itu bisa saja terjadi! Seperti tetanggaku. Anaknya mengalami kecelakaan parah, koma selama hampir tiga bulan dan saat bangun ia hilang ingatan. Karena takut mempengaruhi kesehatan mereka membawanya jauh dari kota tempatnya mengalami kecelakan sebelumnya" Ezhar menatap Ara sekilas "Mungkin saja kau juga sama sepertinya!".