Chereads / Sebuah Kata Kerinduan / Chapter 25 - 25. Qiana Nafeeza

Chapter 25 - 25. Qiana Nafeeza

Entah sudah berapa lama Ara bertopang dagu, menatap hampa pada jalanan. Ia masih memikirkan perkataan Ezhar saat di taman kemaren. Dan mencoba mengulang kembali kenangan dari saat ia pertama kali bertemu Arka, pria itu juga memanggilnya 'Ana' apakah ia memang sangat mirip dengan gadis itu.

Lalu, ia juga mengingat kembali saat dirumah tidak ada satu pun fotonya yang terpajang di dinding kecuali saat-saat ia mulai kuliah setelah sehat dari sakit itu. Ketika ia bertanya dimana fotonya saat ia masih kecil Bunda dan Kakaknya hanya mengatakan kalau ia tidak suka di foto itu sebabnya tidak ada foto.

Ia juga ingat saat Bunda dan kakaknya sangat menentangnya ketika akan pergi liburan ke kota itu. Sebenarnya apa yang terjadi.

Tunggu! Ara ingat sekarang, memang ada beberapa ke anehan tentang ingatan, keluarga dan teman-temannya. Mungkinkah ada sesuatu di kota itu? Sesuatu yang tidak mereka ingin aku tahu.

"Ra.. Ara.."Ara merasakan guncangan di bahunya ia terlihat linglung awalnya namun setelah melihat pemuda itu tersenyum di depannya ia sepenuhnya sadar.

"Ezhar? Kau akhirnya sampai!".

Ezhar tersenyum dan berkata "Apa yang kau pikirkan. Aku sudah memanggilmu berulang kali tapi kau sepertinya tidak mendengarkan".

Ara menatap Ezhar yang ikut bertopang dagu membuat mereka saling bertatapan hanya di batasi oleh meja saja "Kau menemukan tempat tinggalku dengan cepat!".

"Tidak sulit! Kau bisa mencoba untuk menemukan tempat tinggalku juga! Itu sangat dekat hanya jarak beberapa rumah saja!".

Ara menatap Ezhar sesaat "Kau berdandan sangat tampan!"

"Aku selalu seperti ini!"Jawab Ezhar cepat.

Ara hanya mengangguk karena itu memang benar, pertama kali bertemu Ezhar pemuda itu sudah tampan saat menggunakan pakian apapun. Ara mengalihkan perhatiannya pada jalan didepan tempat tinggalnya. Beberapa kendaraan motor dan mobil berlalu lalang.

"Kenapa mereka belum sampai juga?".

Ezhar mengangguk lagi sambil melihat jam di pergelangan tangannya, jarum pendek menunjukkan angka 9 "Kita tunggu saja dulu! Jika mereka tidak juga sampai kita pergi duluan!.".

Di lain tempat dalam sebuah mobil yang melaju di jalan raya. Ada kegaduhan tak berarti. Akira sedang menggerutu dan memarahi kakaknya Lee yang bangun terlambat hingga mereka melewati waktu yang telah di janjikan.

"Kakak! Kenapa kau sangat lambat mengemudinya! Siput lebih cepat dari ini!" Akira masih kesal pada kakaknya. Sedangkan Arka hanya diam di bangku penumpang belakang menjadi penonton sambil bermain dengan ponselnya.

"Ya ampun! Kira.. Kau tidak lihat ini sudah cepat! Jika kita menambah kecepatannya lagi nanti kita bisa menabrak orang!"

Akira merengut lalu ia menoleh ke bangku belakang menatap Arka tajam "Kak Arka juga! Kenapa tidak menyeretnya bangun dari kasur pagi ini! Kakak sengaja kan!".

Arka yang sejak awal menjadi penonton yang baik sekarang ikut terseret dan di omeli tanpa sebab. Ia hanya diam menerima dan melihat sampai kapan gadis itu akan bertahan dengan omelannya.

Arka menghela nafas lega ketika mereka sampai tujuan. Ia menatap bangunan bertingkat dari dalam mobil, tempat itu lumayan ramai. Akira berteriak dari dalam mobil memanggil nama Ara. Tidak lama kemudan Ara dan Ezhar keluar dari dalam rumah. Kening Arka mengerut tidak suka melihat Ara dekat dengan Ezhar.

"Maaf terlambat! Salahkan kakak ku yang pacaran dengan kasur membuatnya enggan untuk berpisah! Aduh! Kakak jangan memukul kepalaku, kalau aku bodoh bagaimana!". Akira melotot marah pada kakaknya yang menjadi pelaku pemukulan. Sesaat kemudian ia tersenyum menatap Ara "Ayo masuk! Kita berangkat sekarang!".

Ezhar dan Ara yang melihat perubahan cepat di wajah Akira tersenyum tipis. Mereka akhirnya bisa melanjutkan perjalanan meskipun telinga harus sabar mendengar suara cerewet Akira.

***

Gumul.

Banyak orang bilang jika tidak mengunjungi Simpang Lima Gumul dan melihat tugu besar yang menyerupai Arc de Triomphe yang berada di paris, perancis maka perjalanan mereka ke kediri belum lengkap. Dan memang benar apa yang orang-orang itu bilang, Ara menatap takjub pada tugu besar yang menjulang tinggi di depannya. Itu terlihat sangat megah dan mengagumkan. Berkali-kali Ara berdecak kagum. Mengabaikan empat orang lainnya.

Suara klik dari kamera mengalihkan perhatian Ara. Itu Arka yang mengambil foto. Mata Ara mengerjab beberapa kali sambil menatap Arka datar membuat lelaki itu salah tingkah. Sebenarnya ada babyak hal yang ingin Ara ketahui tentang lelaki itu. Kenapa ia selalu memandangnya dengan tatapan kerinduan ia sendiri juga bingung dengan perasaannya sendiri saat berhadapan dengan Arka. Ia tidak membenci perasaan itu.

"Kau sedang apa?". Tanya Ara datar.

"Mengambil foto mu tentunya!". Jawab Arka juga dengan nada datar.

Ara mengerut kening tidam suka, lelaki itu seperti selalu mencari hal yang membuatnya jengkel. Insting Ara mengatakan kalau Arka pasti memiliki niat tertentu sebaiknya ia menjauh.

Ara berlalu pergi mengabaikan Arka mengambil ponsel dari saku celananya dan ber selfie sendiri. Ara berdiri di pinggir trotoar jalan raya di bawah bayangan pohon sawit. Beruntung saat ini langit mendung meskipun tanpa hujan, jika matahari terik sudah pasti ia meminta Lee untuk memutar balik mobilnya kembali. Ara menatap dari kejauhan Ezhar, Lee dan Akira sedang serius berfoto. Mengambil setiap sudut yang menurut mereka itu bagus. Sedangkan Arka...

Ara menatap sengit pada lelaki yang duduk di atas rumput di bawah bayangan pohon dengan wajah tanpa dosa "Kenapa kau di sini!".

"Berteduh!".

"Ada banyak tempat lain!".

"Aku suka di sini! Kenapa? Kau tidak suka?".

Ara menggretakkan giginya menahan kesal, kedua tangannya terkepal erat. Rasanya ia ingin menghantam wajah tampan itu dengan tinju bebasnya. Ara menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Kalau begitu aku pergi!". Kata Ara kemudian sambil menahan senyum kemarahan.

Arka yang melihat gadis itu akan pergi ia juga langsung berdiri dan mengikutinya tanpa rasa malu sedikitpun. Ara menoleh ke belakang keningnya semakin berkerut. Saat ia pergi ke kiri Arka juga akan ke kiri, jika ia ke kanan, Arka juga akan ke kanan.

Ara sudah tidak tahan akhirnya ia berhenti mendadak dan berbalik menatap Arka dengan tangan di pinggang "Kau sedang apa?".

Arka yang tanpa persiapan hampir menabrak Ara "Kenapa kau sangat cerewet hari ini!".

"Kau..!!!"Tunjuk Ara penuh emosi pada Arka "Kenapa kau bertingkah sangat memalukan! Ada banyak tempat kau bisa pergi kemana saja kenapa mengikuti ku!".

Ark tersenyum tipis melihat kemarahan Ara yang berapi-api "Aku tidak mengikuti mu! Kau jangan terlalu percaya diri!"

Tanpa sadar Ara kembali menunjuk Arka tepat di hidungnya "K-k-kau!!" Terlalu emosi membuat Ara tidak bisa berkata-kata akhirnya ia menghela nafas dan memilih pergi mengabaikan Arka yang kembali mengikutinya padahal ia sudah mengambil jalan yang berlawanan.

Dalam hati Ara menggerutu tanpa henti.. Terserah! Lakukan apapun yang kau mau! Sampai kau lelah mengikutiku! Dasar lelaki aneh!

Ara hendak mengabaikan Arka namun lelaki itu tiba-tiba memanggil namamya dengan lengkap dan mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat hatinya bergetar.

"Fata Arabella! Apa kau pernah mendengar nama Qiana Nafeeza?".