Chereads / Sebuah Kata Kerinduan / Chapter 31 - 31. Keputusan 1

Chapter 31 - 31. Keputusan 1

Ya,ia lebih memilih mati dari pada harus hidup bersama orang yang tidak ia cintai. Dada Arka terasa sesak dan membuatnya selalu menghela nafas tanpa ia sadari. Perasaan yang begitu menyesak kan, sesuatu yang selama ini terpendam semenjak kematian Ana sekarang kembali membuncah di dadanya semenjak pertemuan tanpa di sengaja dengan Ara di lorong kampus waktu itu. Mungkin kah ini sebuah kerinduan yang terpendam lagi.

Mobil yang membawanya telah melaju jauh meninggalkan jejak dan debu di belakang. Arka menyandarkan kepalanya dikursi matanya menatap kosong pada jalanan yang di lewati mobil yang membawanya pergi jauh meninggalkan kenangan indah yang baru saja ia bangun bersama gadis itu.

Pikirannya kembali melayang pada beberapa hari lalu, semenjak kecelakaan terjadi gadis itu seakan menghindar darinya. Dan pagi ini ia datang lebih awal ke kos gadis itu untuk mengejutkan nya karena dengan begitu ia tidak akan bisa melarikan diri lagi darinya tapi kabar yang ia terima dari pemilik kos membuat hatinya seakan tersiram air dingin.

Gadis itu telah pergi. Arka membaca kembali pesan dari Ara.

…Aku kembali, lama tidak bertemu.. kau tidak berubah sedikitpun..

Arka kembali mencoba menghubungi Ara tapi kini nomor itu telah berada diluar jangkauan. Pilihan satu-satunya hanya Ezhar meskipun ia sangat tidak ingin menghubungi manusia karnivora itu tapi ia tidak punya pilihan lain. Arka menekan tombol panggil namun tidak ada jawaban ia mencoba sekali lagi dan akhirnya ada suara.

Mobil yang di kemudikan Ezhar baru saja meninggalkan gerbang bandara, musik mengalun merdu mengalahkan dering ponselnya ia melihat nama dilayar bibirnya mencebik tidak ada niat untuk menjawab layar ponsel gelap dan beberapa saat kemudian kembali berdering.

"Apa!!" ezhar dengan terpaksa menerima panggilan dan mengaturnya dalam mode speaker.

"Ara-.."

"Sudah pergi!"

"Kemana-.."

"Pulang lah! Kemana lagi!" dua kali pertanyaan Arka di potong oleh Ezhar membuat pemuda tampan itu tersenyum jahat. Untuk beberapa alasan ia juga merasa kesal pada Arka karena tidak bisa menjaganya sahabatnya padahal sudah terlihat jelas ia menyukainya.

Tidak Ada jawaban tapi dengan suara berisik di sisi lain Ezhar bisa menebak kalau Arka juga sedang dalam perjalanan.

"Apakah dia pulang sendiri?"

Senyum jahat terukir dibibir tipis Ezhar " Tidak! Aku melihatnya bertemu dengan seorang lelaki tampan dan mereka pergi bersama.."

"..Siapa"

"Kekasihnya mungkin! Kenapa" Tanya Ezhar lagi.

Tidak ada suara lagi. Dan layar ponsel kembali kelam. Ezhar tidak bisa menahan tawanya hingga membuat matanya berair.

.. Oh tidak aku harus fokus menyetir.. Gumam Ezhar.

Arka menutup telpon begitu saja ia tidak mau mendengar apapun lagi dari mulut manusia karnivora karena hanya akan membuat pikirannya semakin kacau. Arka kembali menghubungi Ara berharap ponsel gadis itu aktif tapi hasilnya masih tetap sama.

Jujur saja ia sendiri mulai menyukai Ara bukan karena gadis itu memiliki wajah yang bergitu mirip dengan Ana. Tapi karena gadis itu unik ia selalu merasa tenang dan bahagia berada di dekatnya meskipun gadis itu selalu berteriak dan mengejeknya. Ia juga terkadang merindukan saat-saat gadis itu tersenyum hanya padanya. Ia selalu ingin gadis itu berada dekat dalam jangkauan dan pandangan matanya.

Arka seakan duduk di tumpukan bara api. Jawaban Ezhar sungguh mengganggunya meskipun ia tidak ingin mempercayainya.

"Maaf.."

Kegelisahan Arka terganggu oleh suara lembut yang duduk di sampingnya ia baru menyadari jika gadis itu sejak tadi tidak bergerak dan hanya menatap kosong ke depan. Arka mengernyitkan alisnya bingung. Tapi tetap bersikap ramah.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Arka kemudian.

"Begini, apa kau akan pergi ke bandara?"

Arka menatap gadis yang duduk di sampingnya penuh Tanya, meskipun ia bicara tapi matanya tidak menatap padanya "Ya, benar? Kenapa."

Senyum manis terukir dibibir gadis itu setelah mendengar jawaban Arka "Aku lupa..kenalkan namaku Issabella. Sebenarnya aku bersama sepupuku tapi dia entah kenapa terlambat dan terpaksa menyusul menggunakan mobil lain. Bisakah kau membantuku untuk memesan tiket ke kota tujuanku nanti?"

Arka terdiam "..Kau.. tidak takut di tipu?"

Pertanyaan itu melucur begitu saja dari bibir tipis Arka membuat Issabella terkekeh,raut wajah gadis itu jelas menunjukkan ia tidak takut sedikitpun "Jika memang aku harus bernasib sial kapan pun itu bisa saja terjadi."

Jawaban itu membuat Arka kembali membuat Arka terdiam "Baiklah, kemana kau akan pergi?"

"Padang! Sumatera Barat!"

Mata Arka melebar seketika tapi ia tidak bicara dan hanya mengangguk saja meskipun gadis itu tidak bisa melihatnya. Mendengar kota kelahirannya di sebut membuat hati Arka kembali sakit karena di kota itu juga ia telah kehilangan cintanya.

"Maaf.. boleh tau, matamu apakah.."

Medengar keraguan dari suara lelaki yang duduk di sampingnya Issabella tersenyum lalu menjawab "Kecelakaan! Sekarang masih menunggu donor yang cocok!"

"Hm.. maaf!"

"Tidak apa-apa! Sudah lama berlalu aku hampir terbiasa!" Jawab Issabella santai seakan kebutaannya bukanlah masalah besar. "Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Apa itu!"

"Tadi saat kau menelpon aku tidak bermaksud untuk menguping, tapi suara orang yang kau ajak bicara itu terdengar akrab kalau boleh tahu siapa namanya?"

Sebenarnya ia tidak ingin menyebutkan nama Ezhar tapi melihat gadis buta yang menunggu jawabannya dengan penuh harap membuat hatinya melunak tanpa sadar "Ezhar! Aku tidak tahu nama panjangnya! Kenapa kau mengenalnya?"

Issabella tersenyum lalu mengangguk sambil mengulurkan ponselnya pada Arka "Bisakah aku meminta nomor ponselnya!"

Entah sudah berapa kali Arka di kejutkan oleh Issabella. Meskipun matanya buta tapi gerak badannya sangat tepat dan tegas lalu mata yang menatap kosong meskipun tidak hidup itu terlihat sangat indah "Baiklah!" Arka menyimpan nomor Ezhar di ponsel Issabella ia ingin menyimpannya dengan nama manusia karnivora tapi ia mengurung niatnya. "Ini,aku sudah menyimpannya dengan nama Ezhar!"

Issabella mengambil ponselnya dan memeluknya erat,senyum tipis di bibirnya terukir indah membuat kening Arka berkerut.pandangannya selalu jatuh pada mata gadis itu yang terlihat benar-benar memukau "Bagaimana kau bisa kecelakaan dan membuat matamu seperti ini!"

"Pekerjaan!" jawab Issabella singkat "Dan aku sangat ingin kembali bekerja! Aku meninggalkannya terlalu lama dia pasti sedang mencariku saat ini!"

Melihat sikap Issabella yang memeluk ponselnya dengan erat dan senyum yang tidak pernah hilang saat menyebut nama Ezhar jelas mereka berdua saling mengenal dan memiliki hubungan yang baik. Arka mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan lalu mengirimnya sambil menunggu balasan merasa masih kurang ia tidak lupa memotret wajah Issabella yang menatap lurus pada jalanan.

Tidak lama kemudian ponsel Arka berdering itu sebuah pesan yang mengatakan kalau dia tidak mengenal gadis yang duduk disampingnya. Tapi Arka tidak percaya dan masih mengirimnya pesan dan mengatakan kalau mata gadis itu buta. Kali ini tidak ada jawaban dan itu membuat Arka semakin curiga sampai akhirnya sebuah pesan kembali masuk ke kotak pesan ponselnya.

'Kemana dia akan pergi!'