Chereads / Sebuah Kata Kerinduan / Chapter 30 - 30. Kembali

Chapter 30 - 30. Kembali

Ara tidak berani bertatap muka langsung dengan Arka, jadi ia hanya bisa mengirimkan pesan mengatakan kalau hari ini ia sudah di perjalanan menuju bandara.

"Kenapa wajahmu sangat murung, tidak tega meninggalkannya?". Ezhar terkekeh namun tangan dan matanya tetap fokus menyetir.

Ara tertawa kecil sekali lagi ia harus berterima kasih pada Ezhar. Pemuda tampan ini telah banyak membantunya jadi untuk ke depannya ia hanya bisa membalas kembali bantuan yang telah di berikan.

"Jadi.. Kau membawa mobil serta sepeda itu dari rumah?" Ezhar mengangguk senyum bahagia tidak lepas di bibir nya "Pantas saja! Aku sudah curiga sebelumnya kalau sepeda itu tidak kau sewa ternyata benar!".

Ezhar menjawab sambil tertawa kecil "Bagaimana lagi? Aku sangat ingin memboncengmu selama liburan di sini rasanya sangat menyenangkan!".

Ara merengut meskipun Ezhar tidak pandai merayu tapi saat ia mengucapkan satu kata dengan wajah tampannya itu siapa yang tidak akan terpesona. Ara mengalihkan perhatiannya pada jalan, ini hampir sampai di bandara.

"Jika kau butuh teman curhat hubungi aku! Atau kau juga bisa datang berkunjung alamatnya sudah aku berikan juga padamu!".

"Jangan khawatir! Aku pasti akan berkunjung!... Tapi.."Ujar Ezhar ragu-ragu "Bagaimana dengan Kekasihmu itu! Setiap dia menatapku rasanya ada petir kasat mata yang menyambarku!"

Tawa keras Ara lepas seketika "Kau... Apa yang kau katakan! Kekasih apa?! Kami tidak ada hubungan apa-apa! Jadi jangan khawatir lagi pula dia juga sudah punya permaisuri sendiri kau tidak lihat cewek yang kekurangan bahan pakaian itu selalu menempel padanya!". Kata Ara ketus jika mengingat Amel.

"Kenapa aku mendengar dan mencium percikan dan hawa-hawa hangus di sini?!"

Ara langsung menatap Ezhar matanya melotot marah "Kau! Sejak kapan kau pandai bicara!" Kata Ara kesal namun bibirnya tersenyum lebar.

"Lihat! Meskipun marah kau masih saja malu, katakan apa kau juga menyukainya? Aku bisa jadi mak comblang untuk kalian!".

Ara menghela nafas kasar tangannya terlipat di dada kepalanya bersandar di sandaran kursi tatapannya lurus pada jalan ia bergumam "Ternyata kau sangat tidak sibuk!"

Merasa di sindir Ezhar tidak malu sedikit pun ia hanya membenarkan jika itu untuk Ara ia selalu memiliki waktu luang paling banyak. Jadi tidak sibuk sama sekali. Mendengar itu Ara tidak bisa berkata-kata hanya menatap Ezhar dengan pandangan ngeri.

"Kau sangat berdedikasi untuk peran mak comblang, bukan?"Gerutu Ara. Namun ia hanya dapat jawaban suara tawa ceria Ezhar yang menular padanya.

Empat jam berlalu, Ezhar menghentikan mobilnya di parkiran. Ara turun dari mobil meregangkan badannya yang terasa sakit dan kaku setelah duduk sepanjang jam. Sedangkan Ezhar mengeluarkan kopernya dari bagasi mobil.

Ara akan mengambil koper dari tangan Ezhar tapi di hentikan oleh pemuda itu "Biar aku mengantarmu sampai pintu masuk!".

Ara tercengang menatap pemuda tampan yang sedang tersenyum manis di depannya. Ia mengangguk "Baiklah! Sepertinya kau ingin jadi pelayanku secara totalitas ya?" Ara kemudian menggodanya.

Ezhar menatap Ara diam-diam meskipun mereka baru bertemu dalam hitungan hari tapi kebersamaan dan perasaan yang mereka miliki semua terasa tulus. Ara adalah orang baik dan ia ingin yang terbaik juga untuk gadis itu. Tapi setelah melihat senyum jahat dari gadis itu beberapa hari lalu Ezhar berpikir jika di masa depan kehidupan Ara tidak akan mudah.

"Baiklah! Aku bisa masuk sendiri, kau... Hati-hati di perjalanan pulang! Jangan ngebut saat menyetir utamakan keselamatan!".

Ezhar menghela nafas rasanya sangat berat melepas sahabat baik untuk pergi. Ia menyerahkan koper pada Ara, berkata "Kau yakin baik-baik saja?".

Ara tersenyum kaku, ia pikir Ezhar akan lupa tapi nyatanya pertanyaan itu membuktikan bahwa ingatan pemuda itu sangat baik "Aku baik-baik saja! Jika waktu itu mendekat aku akan memberimu kabar! Dan pada saat itu aku harap kau hadir untuk benar-benar mengantarkan kepergian ku!".

Ezhar melotot kesal "Kau.. Bicara omong kosong!" geramnya. Ia berusaha menekan emosinya "Pergilah!"

"Hm.." Ara berjalan masuk membeli tiket dan langsung mengambil boarding pass. Ia meletakkan kopernya di ban berjalan sebelum ia masuk ke area tunggu ia kembali menoleh kebelakang berharap bisa melihat wajah Ezhar lagi untuk terakhir kalinya.

... Selamat tinggal, sahabatku...

❄❄❄

Di depan sebuah rumah kos terlihat dua orang sedang bertengkar mulut. Bahkan gadis muda menarik koper yang akan pemuda itu masukkan kedalam bagasi mobil travel. Ia mengabaikan emosi gadis muda itu meledak-ledak.

"Arka! Kau mau kemana?" suara gadis itu meninggi "Kau akan pergi! Meninggalkan aku di sini? Sendiri?"Tanya gadis itu lagi tidak percaya.

Arka diam dan tidak peduli ia masih menyusun kopernya dengan baik di bagasi mobil, membuat gadis yang berdiri di sampingnya kehilangan kesabarannya. Ia menyentak tangan Arka sehingga beberapa tas yang telah di susun berjatuhan di aspal.

Melihat itu emosi Arka naik seketika "Cukup! Aku tidak peduli padamu! Hubungan kita jelas! Meskipun Ana meninggal dan pertunangan kami batal tapi kau tidak pantas menggantikan nya!"

Arka cukup kesal karena sikap Amel, seharusnya ia bersenang-senang menikmati liburan bersama Ara, meskipun pemuda Karnivora itu selalu mengikuti Ara tapi ia cukup bahagia karena gadis itu mau bicara padanya. Tapi karena Amel, ia harus di rawat dirumah sakit dan sekarang ia pergi hanya meninggalkan sebuah pesan yang membuat hati Arka semakin sakit.

Waktu itu masih jam 11 pagi jalanan ramai. Pertengkaran mereka di pinggir jalan membuat beberapa orang yang melewati mereka menatap penuh rasa penasaran. Amel melotot kesal pada orang-orang yang menonton pertengkaran mereka tapi ia tidak punya waktu untuk membubarkan mereka karena Arka lebih penting. Ia tidak ingin di tinggal Arka. Ia sudah bersusah payah mendapatkan izin dari orang tua nya untuk mengejar Arka sampai sejauh ini, dan ia harus mendapatkan hasil tidak boleh sia-sia.

Tapi, kata-kata Arka benar-benar menghancurkan hatinya. Gadis itu telah lama mati, bahkan pertunangan mereka batal karena gadis itu telah di tunangkan ke orang lain menggantikan kakaknya.

Kenapa? Kenapa Arka tidak bisa melihatnya? Yang mencintainya dengan tulus.

Mata Amel berkaca-kaca suaranya bergetar "Kau.. Tidak bisakah melihatku sedikit saja? Beri aku kesempatan! Aku jauh lebih baik dari gadis desa yang mati itu!".

"Cukup!" Teriak Arka. Tas yang tadi berserakan di aspal telah di susun kembali di bagasi mobil dengan aman. Arka menutup pintu bagasi mobil ia menatap Amel datar "Ana, meskipun gadis desa tapi ia jauh lebih baik dan berharga dari padamu!"

Arka berjalan dan menabrak bahu Amel membuat gadis itu terhuyung mundur. Arka masuk kedalam mobil ia merasa malu karena menjadi tontonan orang. Sebelum mobil melaju pergi ia menatap Amel yang berdiri kaku di di pinggir jalan dengan dingin ia berkata "Berhenti mengikutiku! Karena aku lebih memilih mati dari pada harus bersama mu!".