Jalan Brawijaya.
Setelah berkeliling mencari tempat rental akhirnya ia mendapatkan sepeda santai warna merah jambu dengan keranjang di bagian depannya. Ara berdiri di pinggir jalan sambil menuntun sepeda santai warna merah jambunya. Melihat ke kiri dan ke kanan, kemana ia akan memulai tapi sebelum itu ia sebaiknya mencari tempat makan karena perutnya sudah berbunyi sejak tadi.
Ara menyusuri jalan raya pelan-pelan sesekali ia berhenti untuk melihat dengan jelas, begitu seterusnya. Sampai akhirnya ia berhenti di depan warung makan padang di bagian atas tertempel papan merek toko 'Putra minang'. Tempatnya tidak terlalu besar tapi masih bisa menampung tiga puluh orang. Ara turun dari sepeda dan menguncinya.
Ketika ia masuk ke dalam warung makan. Wangi masakan berhembus keluar membuat perutnya semakin lapar. Ara mengantri seperti pembeli sebelumnya sampai gilirannya ia ragu memilih lauk apa yang akan ia makan karena semua terlihat sangat enak.
Ara menelan ludah. Setelah melihat dan memilih akhirnya ia jatuh pada gulai cumi-cumi. Sepiring nasi dengan lauk gulai cumi-cumi dan segelas minuman dingin rasa jeruk nipis terhidang di atas meja.
Suapan pertama membuat Ara tidak bisa menahan diri untuk suapan kedua dan seterusnya. Makan siang yang sederhana namun sangat enak dan mengenyangkan. Sepuluh menit kemudian piring akhirnya kosong. Ara sendawa tanpa sadar membuat beberapa orang yang duduk di dekatnya menoleh padanya. Ara tersenyum kecil meminta maaf.
Ara membuka aplikasi google map "Baiklah, kemana aku akan mulai? Karena aku tidak punya teman sebaiknya pergi ke tempat yang dekat saja!". Ara memilih Taman Kilisuci tempatnya tidak terlalu jauh jika bersepeda dengan santai.
❄❄❄
Arka duduk di kursi belakang menatap hampa pada jalanan, mengabaikan kakak beradik Lee yang sedang asyik bercakap-cakap. Jalanan sedikit ramai, banyak sepeda berlalu lalang membuat laju jalan mobil mereka sedikit lambat. Arka menghela nafas tempat ini memang sangat menarik, jika ada kesempatan nanti ia juga ingin berkeliling sendirian menggunakan sepeda.
Perhatian Arka tertuju pada warung makan padang tempat itu sangat ramai, banyak sepeda terparkir di pinggir jalan membuat kemacetan semkin bertambah. "Ya ampun aku lupa ini jam makan siang!" Lee melihat Arka yang duduk dibelakang lewat kaca depan mobil "Apa kau lapar! Kita bisa berhenti di warung depan dan makan!".
"Boleh!".
Lee mencari tempat untuk parkir mobil tidak terlalu jauh dari warung makan padang tapi di sana parkirannya lapang. Mereka berjalan ke warung makan padang saat akan menyeberang jalan langkah Arka berhenti ketika mendengar nama itu lagi ia melihat ke arah suara lalu 'bukan.. Ana sudah meninggal dua tahun lalu!'. Lee menatap Arka bingung.
"Kenapa?".
Arka menggeleng lalu kembali melanjutkan langkahnya "Aku mendengar nama Ana! Aku pikir itu dia! Dan lupa kalau dia telah pergi dua tahun lalu!". Kata Arka tersenyum sedih.
Lee mengangguk "Masa lalu hanya untuk di kenang bukan menjadi hambatan untuk melangkah maju! Perlahan-lahan cobalah lupakan dia!".
Arka tersenyum kecut dan mengangguk namun dalam hati ia berkata 'Tidak akan ada yang bisa menggantikan nya di hatiku! Bahkan sampai aku mati!'.
Arka tidak melihat ke sisi kanan bangunan tersebut. Jika ia menoleh sedikit saja maka ia akan melihat gadis itu di sana sedang membuka kunci sepedanya.
Ara menghela nafas lega setelah membuka kunci sepedanya, lalu ia membuka aplikasi google map mencari jalan terdekat menuju taman kilisuci. Sepeda warna merah jambu itu melaju santai, sesekali Ara berhenti untuk mengambil gambar dengan kamera yang tergantung di lehernya.
Jalan pintas memang pilihan terbaik. Ia sampai lebih cepat. Taman itu sangat luas. Sebelah kanan ada bangunan masjid yang sangat indah dan besar sedangkan di sebelah kiri adalah taman dengan bunga-bunga warna warni. Di tengah lapangan terbentang beberapa karpet untuk pengunjung yang ingin duduk lesehan saat menikmati kuliner, tapi sekarang tempat itu masih sepi mungkin karena matahari bersinar terik, mereka akan ramai beberapa jam lagi saat matahari mulai turun ke ufuk barat.
Ara duduk di salah satu bangku yang terbuat dari semen. Bangku itu sedikit tersembunyi di balik rimbun bunga Asoka dan ada sebuah pohon rindang di belakangnya sedangkan di bagian depan ada sebuah air mancur kecil dengan marmer hitam. Ara menghirup udara sejuk sambil memejamkan matanya, angin berhembus lembut sangat nyaman dan rasanya ia tidak ingin pulang.
"Mm.. Permisi.."
Ketenangan Ara terganggu ia membuka matanya dan melihat seorang pemuda tampan tinggi menyapanya. Pemuda itu memegang sebuah kamera yang sama seperti Ara. Sekilas Ara bisa melihat pemuda itu seperti orang arab tapi sangat pasih berbahasa indonesia dan ada sedikit logat daerah tertentu.
"Ya, ada apa?". Tanya Ara balik, sambil memersilahkan si pemuda tampan untuk duduk di bangku di sebelahnya.
Pemuda tampan itu tersenyum dan mengucapkan terimakasih "Maaf menganggu.. Ini.." pemuda itu mengulurkan kameranya pada Ara dan berkata "Aku, tidak sengaja mengambil beberapa fotomu.. Jadi aku minta maaf!".
Mata Ara bersinar penuh minat ia mengambil kamera itu dan melihat memang ada beberapa fotonya dan semua itu di foto dengan sangat baik. Ara mengembalilan kamera itu dan tersenyum lembut.
"Kau sangat hebat dalam memotret! Apa kau seorang fotografi?".
Pemuda tampan itu menggeleng "Tidak, ini hanya hobby. Dan tentang fotonya.."
"Kau bisa menyimpannya jika suka! Aku tidak masalah! Terkadang aku juga melakukannya." Kata Ara sambil menunjuk kameranya sendiri.
Pemuda itu tersenyum, senyum yang sangat hangat "Namaku Ezhar".
Ara mengangguk "Ara!". Mereka terdiam lalu Ara kembali bertanya "Apa kau asli dari sini!".
"Tidak! Aku pendatang hanya menikmati liburan! Kau sendiri?".
"Aku juga! Sudah berapa lama kau di sini dan ke tempat mana saja yang sudah kau kunjungi!".
Senyum hangat tak hilang di bibir Ezhar "Baru tiga hari! Dan taman kilisuci ini tempat pertama yang aku kunjungi! Bagaimana denganmu?".
"Aku baru sampai kemaren dan ini juga tempat pertama yang aku kunjungi. Bagaimana setelah ini. Apa kau punya tempat untuk di kunjung".
Ezhar mengangguk "Ada beberapa tempat tapi aku tidak memiliki teman, berjalan sendirian rasanya sangat sepi. Apa kau mau bergabung denganku?".
Ara tersenyun lebar dan mengangguk "Tentu saja! Baiklah kalau begitu kita harus bertukar nomor telpon! Biar lebih muda!".
"Kau benar! Dan senang berkenalan denganmu Ara". Kata Ezhar senang. Ara juga merasakan hal yang sama. Mungkin karena ia merasa Ezhar akan menjadi teman pertamanya selama di kampung inggris.
"Aku juga! Senang berkenalan denganmu!".
Mereka saling bertukar nomor telpon dan mulai merencanakan perjalan selanjutnya, tempatnya masih tidak jauh masih bisa di jangkau dengan bersepeda atau jalan kaki. Dan satu kebetulan lagi yaitu tempat kos Ezhar tidak terlalu jauh dari kos Ara membuat mereka akan sering bertemu.
"Fata Arabella! Sedang apa kau di sini!".
Senyum Ara membeku saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Ia melihat sosok tinggi berdiri di hadapannya dengan wajah datar seperti ada emosi yang tertahan. Ara sungguh terkejut dan.
"Kau!!".
❄❄❄