Beberapa hari lalu Arka bertemu teman lama tanpa di sengaja Andrew Lee dan mereka membuat janji untuk pergi liburan ke Bali bersama-sama sebagai tanda reunian pertemuan dua sahabat. Tapi Arka tidak akan pernah menyangka jika tujuan awal mereka akan berubah ke tempat lain. Jadi di sini lah ia sekarang berdiri di depan rumah bergaya tradisional jawa, halaman rumah banyak di tumbuhi tanaman hias warna warni. Arka menatap sahabatnya dengan senyum lebar tanpa dosa.
"Ini.. Rumah kakekku!". Kata Lee mengenalkan.
"Kakekmu suka bunga?".
Lee tertawa lalu menggeleng "Itu kebiasaan baru dari adik ku!" Arka mengangguk mengerti "Ayo masuk! Di rumah ini hanya ada kakek, nenek dan adikku.. Mereka tidak mau pindah ke kota. Mereka bilang di kota itu kotor banyak polusi dan berisik!".
Mereka berjalan masuk ke dalam rumah, sekali pandang Arka bisa mengerti jika rumah itu sangat nyaman dan sejuk, lebih pasti seperti rumah tempat peristirahatan.
"Kau duduklah! Aku akan ke belakang memanggil mereka! Pasti anak itu juga di sana!". Gumam Lee.
Arka duduk di kursi rotan menatap dinding papan yang di tempeli banyak bingkai foto. Ada foto lama hitam putih mungkin itu foto kakek dan nenek Lee saat masih muda. Arka berdiri melihat satu persatu bingkai foto dan ia mulai merasa jika ruangan itu seperti museum untuk foto. Arka terkekeh melihat foto Lee waktu kecil tanpa baju sambil memegang buah apel. Lalu senyum Arka menghilang seketika ketika matanya menangkap satu wajah yang sangat akrab di ingatannya.
Itu sebuah foto dua orang gadis memakai seragam pasien berlatar belakang taman kecil. Hati Arka berdegup kencang sebuah harapan tiba-tiba muncul. Ia mengusap salah satu wajah gadis di foto. Wajah itu terlihat pucat dengan kepala masih di perban kain kasa putih.
... Ana, mungkin kah itu kau.. Kau tidak meninggal..
❄❄❄
"Arka! Ayo kebelakang mereka disana semuanya. Ranselnya tinggalkan saja di sana nanti biar aku pindahkan ke kamar tamu!". Arka mengangguk dan meletakkan kembali bingkai foto di atas lemari kecil.
"Aku pikir keluargamu keturunan cina semua!" gumam Arka.
Lee terkekeh "Kakekku cina, sedangkan nenek ku jawa! Dan adikku dia campuran lagi. Cina-jawa-jepang".
Arka mengerut kening "Kenapa dia berbeda?".
"Dia anak dari adik papi! Tapi waktu mereka pergi liburan Akira dan orang tuanya mengalami kecelakaan parah! Orang tuanya meninggal dan dia sendiri selamat tapi harus keluar masuk rumah sakit untuk mendapatkan perawatan terbaik! Karena komplikasi pada jantung! Dia tidak mau ikut papi ke kota dia memilih tinggal di desa bersama nenek dan kakek!" Lee menatap Arka memperingati "Tapi ingat jangan sampai kau jatuh cinta pada adikku! Dia sangat cantik!".
Arka melirik Lee dari samping sahabatnya itu tidak pernah bercerita tentang keluarganya, dia selalu terlihat kalem, suka gosip, pecicilan dan kutu buku tapi setelah mereka terpisah hampir dua tahun Lee terlihat berbeda. Ia terlihat lebih tenang dan dewasa tanpa kaca mata tebalnya.
"Kau tidak perlu khawatir hatiku sudah lama mati. Dia.. Membawa segalanya tanpa sisa".
Lee terdiam ia tahu siapa yang di maksud Arka dengan sebutan 'dia'.
"Kau masih mengingatnya!"
"Setiap saat!"Jawab Arka mantap.
Lee mengangguk saja. Dan saat itu juga mereka sampai di bagian belakang rumah. Itu lebih nyaman dari pada di halaman depan. Di sini ada pendopo kecil, pohon besar yang rindang, bunga warna warni. Arka mengikuti langkah Lee mendekati Kakek dan Neneknya yang sedang bersantai menikmati teh.
"Kakek! Nenek! Ini dia teman yang aku sebutkan!".
Arka melihat dua orang tua yang tersenyum hangat padanya. Nenek melambai pada Arka memintanya untuk duduk bersama mereka "Ayo duduk! Pasti lelah karena perjalanan panjang".
"Salam nenek, kakek! Nama saya Arka.." Arka tidak lupa mengenalkan diri dan di sambut senyum hangat dan ramah dari dua orang tua itu.
"Sudah.. Ayo sini duduk! Nikmati teh sama kue ringan dulu sebelum makan malam!". Kata kakek menuangkan teh kedalam cangkir kosong.
"Kakek untuk ku kenapa enggak di tuang juga!".
Sebuah pukulan sayang melayang di kapala Lee "Kau bocah busuk! Kenapa baru datang sekarang! Apakah kehidupan kota begitu menarik!". Lee tersenyum lebar menerima omelan dan pukulan neneknya.
"Nenek ku sayang.. Aku sangat sibuk jadi baru sempat pergi sekarang!". Kata Lee mencari alasan.
"Kau selalu mencari alasan sama seperti papi mu itu!".
"Karena aku anak papi tentu saja harus sama!" Kekeh Lee hingga mendapatkan pukulan lagi di kepalanya. "Nenek nanti kalau aku bodoh bagaimana?".
"Kakak memang bodoh!".
Arka langsung menoleh ke samping ia melihat seorang gadis memakai gaun warna putih sambil membawa sebuah pot berisi bunga tulip. Gadis cantik matanya tidak sipit tapi garis wajahnya jelas menunjukkan jika dia mengikuti darah ibunya.
"Hai! Kakak, namaku Akira Lee. Adiknya pria jelek itu!". Kata Akira santai dan ikut duduk di pendopo setelah meletakkan pot berisi bunga di atas tanah.
"Arkananta Sangkara! Panggil Arka!".
Akira mengangguk, waktu sore mereka habiskan dengan bercanda di pendopo sambil menikmati teh hangat. Hingga waktu berlalu dengan cepat.
Setelah makan malam mereka duduk di ruang keluarga sambil nonton tv. Lee sibuk dengan ponselnya, dan Akira sedang mengatur kamar tamu untuk Arka.
"Akira! Besok temani kami pergi jalan-jalan ya!". Lee meminta.
"Kakak mau jalan-jalan kemana?". Tanya Akira lagi.
"Itu.. Apa namanya.. Tugu simpang lima itu?"
"Gumul.. ?!"
Lee mengangguk semangat "Aku lupa jalan nya!".
"Boleh! Kebetulan aku juga sedang bosan!". Kata Akira, kemudian ia menatap Arka. "Kak kamarnya sudah siap nanti langsung istirahat saja!".
Arka mengangguk "Terima kasih!".
"Sama-sama!".
❄❄❄
Jam delapan malam Ara baru memasuki gerbang kampung inggris. Jantung Ara berdegup cepat ia merasa sangat bersemangat ketika melihat suasana malam yang ramai. Toko kecil di emperan jalan ber alaskan tikar sebagai tempat duduk terlihat dangat ramai. Ara berpikir mungkin itu salah satu tempat nongkrong anak-anak muda saat menghabiskan waktu malam mereka.
Mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah rumah bertingkat dua. Di bagian depan terlihat seperti ruko sebuah toko tapi itu kosong, hanya berisi beberapa meja dan kursi tempat duduk. Ara menyeret kopernya masuk ke dalam bertemu pemilik kos dan langsung membayar untuk satu bulan. Setelahnya ia di antar naik ke lantai dua, ada banyak kamar Ara di minta memilih kamar mana yang di sukai akhrinya ia memilih kamar paling ujung dekat dengan beranda yang menghadap ke jalan raya. Setelah mengucapkan terima kasih Ara masuk ke kamar membongkar barangnya dan mengeluarkan ponselnya mengabari bunda dan kakaknya yang cerewet kalau ia sudah sampai. Ia juga harus berterima kasih pada Alden yang telah merekomendasikan tempat tinggal yang strategis.
Besok ia harus mencari sepeda untuk transportasi dan mulai mengelilingi tempat yang menarik. Semoga ia juga bisa bertemu orang baik sebagai temannya.