Ana berdiri ditengah-tengah mama dan papanya memakai gaun kebaya putih bibirnya tersenyum tapi tidak dengan matanya yang terlihat lesu dan kosong. Perhatian Ana teralihkan pada dua orang pria satu berdiri satu lagi duduk dikursi roda. Tatapan Ana tertuju pada lelaki yang duduk dikursi roda dia merasa tidak asing dengan mata itu. Kening Ana berkerut dia berjalan mendekati dan melihat lebih dekat, Ana berkeliling memperhatikan sambil tangan didagu. Lalu.
"Apa kita pernah bertemu?" bisik Ana. Membuat lelaki yang duduk dikursi roda kaku seketika.
Ana sedikit kesal ketika tangannya ditarik kebelakang oleh mamanya "Tenanglah! Dia itu calon tunanganmu! Jangan berulah!".
Ana diam tapi tatapannya masih tertuju pada lelaki yang duduk dikursi roda.
Acara dimulai dengan beberapa kata sambutan dan pujian membuat Ana bosan sendiri sampai akhirnya acara pertukaran cincin semua berjalan dengan lancar. Karena mereka sudah bertunangan Ana menggantikan posisi cowok dibelakang kursi roda untuk mendorongnya.
Mereka menyapa beberapa orang yang mereka kenali setelah merasa aman Ana mendorong kursi roda ke arah taman samping. Dia berhenti dan menatap sosok yang duduk kaku di kursi roda. Ana mengelilinginya beberapa kali lagi.
"Mirip! Sangat mirip! Mataku tidak mungkin salah!" Ana berdiri didepan lelaki yang sudah menjadi tunangannya itu dengan tangan terlipat didada "Jadi, sampai kapan bos akan berpura-pura!".
Alden cowok yang duduk dikursi roda akhirnya menyerah dan terkekeh "Bagaimana kau bisa mengenaliku!".
"Kita bertemu setiap hari bagaimana aku tidak bisa mengenali bos! Dan aku hampir serangan jantung melihat bos duduk dikursi roda aku pikir bos memiliki penyakit mematikan hingga tidak bisa berdiri! Jadi katakan bagaimana bos bisa menjadi tunanganku! Bukankah bos pernah mengatakan Cinta itu harus dikejar. Lalu apa sekarang!".
Alden mengurut keningnya "Ya ampun! Kau ternyata sangat cerewet! Ini semua karena kakakmu yang baik hati itu menolakku yang jelek dan lumpuh ini itu sebabnya kita berakhir seperti ini! Dan aku masih mengejar cintaku! Kau sendiri bagaimana?".
Ana duduk dikursi yang berada didekat mereka dan menghela nafas "Bos benar! Rian selingkuh dan orang itu adalah Rena. Kenapa bos tidak mengatakannya padaku kalau gadis itu adalah Rena".
"Aku pikir kau tidak akan percaya!".
"Dan satu lagi! Dia bukan kakak ku! Aku hanya anak pungut di keluarga ini! Aku hanya anak yang tidak di inginkan! Lihat, pertama keluarga kandungku membuangku sekarang keluarga angkatku menjadikan aku sebagai alat penambah kekayaan mereka. Hei bos apa kau tidak menyesal melakukan pertunangan ini!".
"Kau sendiri bagaimana!". Tanya Alden.
"Aku! Setelah pertunangan ini! Aku akan pergi! Putus dengan Rian, mengundurkan diri dari kafe. Mengurus nilai untuk pindah kampus dan bos juga sepertinya tidak menginginkan pertunangan ini jadi tidak masalah jika aku pergi".
"Kau akan pergi! Kemana?".
"Entahlah! Aku juga belum tahu! Aku hanya ingin pergi jauh dan memulai kehidupan yang baru ditempat yang baru. Dimana tempat yang tidak akan membuangku lagi!".
Alden terpaku melihat senyum pilu dibibir Ana. Dia juga tidak tahu harus bagaimana menghibur gadis itu "Jika kau sudah menemukan tempat baru jangan lupa mengabari aku!".
"Aku akan mengirimnya jika bos sudah mendapatkan cinta yang selama ini bos kejar! Oh aku ingat sesuatu. Saat di kafe aku tidak sengaja melihat beberapa buku tentang kriminologi di atas meja bos. Dan beberapa kertas soal, aku pikir kerjaan bos tidak sesederhana itu, katakan selain pemilik kafe bos kerja apa lagi!".
"Ya itu hanya sampingan..".
"Aku pikir yang sampingan adalah kafe! Aku tahu setiap bos mengatakan akan pergi liburan itu bukan sebenarnya liburan kan? Tapi kerja.. Apa bos seorang guru?".
Alden pasrah Ana terlalu pintar dan gadis itu tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan jawabannya "Aku dosen pascasarjana! Disalah satu universitas swasta di pulau jawa!".
"Woah! Lalu apakah cinta yang bos kejar ada di antara orang tempat bos mengajar?".
Alden mengetuk kening Ana "Kau sangat cerewet! Nanti kalau ada kesempatan aku akan mengenalkan kalian berdua!"Alden menatap Ana penuh senyum "Dia sangat cantik!".
Mata Ana berbinar cerah "Aku akan menunggu kabar baiknya bos!".
"Baiklah! Semakin malam ayo kita masuk! Sebentar lagi acara pertunangan kita akan selesai!".
Ana terkekeh mendengar kata-kata bos nya lalu kembali mendorong kursi roda Alden masuk ke dalam rumah, beberapa pasang mata memperhatikan mereka yang kembali dengan senyum mengembang di bibir . Berbanding terbalik dengan papa Ana. Sejak acara pertunangan di mulai tatapan matanya tidak pernah lepas dari wajah Ana. Dia merasa wajah itu tidak asing tapi dia lupa pernah melihatnya dimana. Jika Ana adalah versi muda tapi yang ada di ingatan papanya adalah versi dewasa. Selama ini dia jarang memperhatikan Ana tapi setelah melihat Ana memakai kebaya putih bayangan samar itu kembali melintas dikapalanya, membuatnya mengernyit menahan sakit dikapala.
Papa Ana ingin mendekatinya tapi Rena segera menariknya untuk bicara dengan beberapa orang yang mereka kenal. Tatapan mata Rena tajam tertuju pada gadis itu yang sedang tertawa bercanda dengan keluarga Alden. Tatapan itu penuh kebencian.
'kenapa di tidak mati saat aku mendorongnya jatuh dari tingkat dua'. Gumam Rena dalam hati.
"Ana,, dia sangat cantik!"Pujian itu keluar begitu saja membuat Rena yang mendengarnya meradang penuh kebencian. Karena pujian itu memang nyata.
"Anak papa yang cantik ini juga akan lebih cantik dari Ana saat menikah nanti!". Kata Rena cepat.
Ana memang terlihat sangat cantik di balut kebaya putih tapi nasibnya sangat sial karena harus bertunangan lalu menikah dengan lelaki cacat dan jelek. Seharusnya adiknya melihat senyum palsu di bibir Ana, tapi adiknya itu masih saja menolak untuk kembali selama Ana berada di rumah dan ia harus berterima kasih juga pada adik tersayangnya telah menunjukkan alamat tempat tinggal Ana, hingga ia tidak perlu bersusah payah mencari lagi.
Karena tanpa bantuan adik tersayangnya ia sendiri juga akan kesulitan untuk menemukan Ana. Jika ia terlambat membawa Ana kembali maka yang berada di posisi itu sudah pasti dirinya sendiri. Rena tersenyum jahat penuh kemenangan tinggal selangkah lagi maka semuanya akan berakhir dan menjadi miliknya.
Rena menyeret papanya menjauh dari Ana, ia tidak ingin papanya menjadi kasihan dan akhirnya berubah pikiran karena bagaimana pun Ana adalah...
Pikiran Rena berhenti seketika ia tidak ingin membayangkan semua itu. Mamanya benar Ana dan wanita itu adalah perusak yang harus di singkirkan secepat mungkin. Mamanya sudah sangat baik mengadopsi Ana sebagai anak sekaligus adik untuknya jadi dia harus menerima semuanya anggap saja semua ini untuk balas budi karena telah mengasuh dan membesarkannya.
Setelah ini keluarganya tidak perlu lagi untuk melihat wajah Ana untuk selamanya.
❄❄❄