Chereads / SILVER TIME / Chapter 20 - Kabar

Chapter 20 - Kabar

begitu aku masuk rumah, ponselku yang sedari tadi sepi kini berbunyi ... tampak seperti pesan baru dari nomor baru dari notifnya ....

"Siapa sih?" gumamku heran, dengan menyempatkan waktu untuk cuci tangan dan kaki sesudah keluar rumah. Tak lupa juga salam kemudian mencium punggung tangan ayah dan ibuku begitu datang ....

Kubuka ponselku saat aku berjalan di depan mereka berdua hendak ke kamar.

Tenyata ....

"Apa!?" gumamku pelan memasang muka kaget saat membacanya, seakan-akan itu tidak mungkin terjadi. Aku membacanya lagi untuk memastikan, "Bener gak, nih?"

Isi pesan itu adalah ....

"Saya manager dari kedai xxxx menerima tawaran Anda ... ... ... ...."

Aku sangat terkejut dan membelalakkan mata, eh-!? Bener gak nih? Berulang-ulang kata-kata yang diucapkan di hatiku seperti itu.

Apa itu artinya ... aku diterima? Di tempat pertama aku melamar pekerjaan?

Duh~ agak gugup gimana gitu~ tapi, ini kapan aku harus ke sana?

Tentu saja walau hanya sebatas warung kedai dan toko masih tetap ada sesi wawancaranya.

Aku menanyakannya lewat chat.

Aku segera masuk kamar ....

Mungkin orang tuaku tak terlalu mencurigai sikap terkejutku tadi ....

"...."

Besok jam 9 pagi, sudah harus siap dengan pakaian bebas rapi.

Waduh!! Agak mengejutkan sih, tapi ... bagaimana dengan Sari yang akan kemari besok pagi juga?

Tak lama kemudian, ada pesan dari Sari juga, dia mengajakku CFD di alun-alun.

Sari tahu kalau aku tidak memiliki pacar dan di CFD nanti, dia sekalian akan memperkenalkan diriku pada salah seorang temannya yang bisa menjadi pacar palsuku di acara ulang tahunnya.

Aku bingung.

CFD paling enggak, pulang jam 10 atau jam 11 belum jajannya itu atau mampir-mampir, dan ngobrol dengan temannya juga (itu hanya perkiraan).

"...."

Bagaimana, ya?

Kenapa ada notifikasi yang penting masuk pas malam-malam begini? Sebenarnya ... toko dan warung kedai itu buka sampai kapan, sih?

Aku bingung, aku belum sempat bercerita dengan Sari hal ini, dan kupikir saat aku berhasil bekerja nanti ... tidak akan ada waktu untuk bersantai lagi bagiku.

Kenapa, sampai saat ini ... aku selalu tidak yakin dan merasa diriku sudah amat tidak berguna ...?

Aku menjawab chat Sari, "Siap"

Kemudian Sari membalasnya lagi degan emot smile.

Kemudian aku tidur ... aku tertidur pulas tanpa mengatakan hal ini pada ayah dan ibuku.

Aku tertidur pulas hingga lupa tuk makan malam.

****

Keesokan harinya ....

Di pagi hari jauh sebelum matahari tampak di ufuk timur ....

Sari benar-benar menjemputku dengan sepeda motornya, memakai sweater dan celana training lalu memakai sepatu olahraga.

Aku belum siap sama sekali, aku menyuruh Sari untuk menunggu di rumahku sebentar.

Ibu yang berganti menemui Sari di ruang tamu dan berbincang-bincang, dan menyuguhkan teh di sana.

Tak lupa membawa ponsel dan tas, lalu aku membungkus sepatu fantofel dan juga aku membawa baju ganti di tas itu.

Saat sudah siap, aku keluar kamar ....

"Loh, kamu bawa tas?" tanya Sari yang sepertinya ekspresi wajahku yang menyembunyikan sesuatu dari orang tuaku ini tidak bisa disembunyikan darinya.

"Um, iya." Jawabku singkat.

Jantungku berdegup kencang, apa Sari tahu apa yang kubawa dalam tas rangsel ini?

Sari tersenyum ceria, "Eh~ aku juga bawa tas, kok dan aku taru di jok motor." Kata Sari yang menambahkan karangannya supaya dia terlihat bawa tas juga.

Karena, aku lihat ... senyuman Sari itu agak dipaksakan.

"...."

"Ya sudah, buk. Kami pergi dulu ...." Kata Sari yang pamit pada ibuku dengan ramahnya kemudian mencium punggung tangannya. Di sini hanya ada ibu saja sedangkan ayah sudah bekerja di sawah sedari pagi tadi.

Aku juga tak lupa salam dan mencium punggung tangan ibuku.

Kami berdua berangkat.

****

Begitu tiba di alun-alun, dengan tas rangsel yang agak besar itu ... yang kubawa di punggungku, membuat Sari merasa heran dan terus menerus melihatku.

Aku pun memberanikan diri untuk melihatnya juga.

"Kamu kenapa bawa tas gede?" tanya Sari penasaran dengan muka malasnya.

Sedangkan Sari memang tidak membawa tas apa-apa melainkan hanya dompet yang berisi ponsel, uang, surat-surat kendaraan bermotor, kartu identitas yang dia taruh di saku depan sweaternya.

Aku hanya terdiam kaku begitu aku diberi pertanyaan seperti itu.

"Hanya ingin gaya ...." Celetukku dengan memasang muka polos.

"Oh~" Sari hanya merespons dengan nada tidak bersemangat.

"Apa kamu sedang macak culun supaya teman yang aku kenalkan nanti tidak suka padamu?" tanya Sari yang sempat berpikir aneh padaku.

"Eh, enggak kok." Jawabku dengan menggelengkan kepala serius.

"Lah terus kenapa?" tanya Sari penasaran dengan muka agak kesalnya.

Aku segera melihat jam tangan yang aku kenakan di lengan tangan kiriku, masih jam 7 pikirku ... tinggal 2 jam lagi.

Akhirnya aku mengajak Sari untuk duduk di bawa pohon beringin untuk menceritakan semuanya.

Sebelum itu, kami berkeliling sejenak memutari alun-alun dengan berjalan kaki dan membeli gorengan di salah satu pedagang kaki lima di sana ....

*Lumayanlah~ buat teman ngobrol.

Ngobrol gak asik kalau garingan.

Lanjut!!

Pohon beringin yang kami kunjungi merupakan ikonik yang menjadi jantung kota Lumajang. Sangat besar, dan kokoh, berdiri di tengah-tengah alun-alun yang megah ....

Dari tahun ke-tahun sudah mengalami banyak perubahan di sekitar area pohon beringin ini.

Tapi, aku sendiri lebih suka saat pohon beringin ini di waktu kecil karena banyak hal menarik yang terjadi dan sepertinya kelestariannya masih terjaga. Namun, sekarang ... beberapa rating pohon beringin terlihat kering atau pudar namun, tetap hidup, dan kupikir ... apa pohon ini akan hidup selama ratusan tahun lagi?

....

Kami akhirnya berbincang-bincang di sana ....

Lalu, aku menceritakan pada Sari kalau lamaran pekerjaanku diterima dan kemungkinan aku akan bekerja tidak lama lagi.

Sari agak terkejut mendengarnya dan dia juga bangga, ekspresi senang terpancar di wajahnya.

Dia memelukku dan menyemangatiku.

Lalu, aku bilang ... kalau interview-nya sekarang jam 9 ... dan begitu aku bilang itu, Sari kaget!!

'Lantas untuk apa aku mengajak dirinya CFD?' pikir Sari yang terlihat di wajahnya.

Tapi, kegiatan CFD ini selalu kami lakukan tiap minggunya.

Kami tidak punya banyak waktu ....

Mungkin hanya aku, yang tidak punya banyak waktu ....

Namun, seseorang yang akan Sari kenalkan padaku datang menemui kami berdua.

Waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi, harusnya satu jam lagi aku sudah harus tiba di tempatku akan bekerja.

Kami akhirnya mempersingkat perkenalan kami, dan aku segera ganti baju dengan cepat di toilet dengan sepatu fantofel (yah~ pokoknya kayak mbak-mbak yang akan berangkat kerja).

Sari terpaksa mengantarkanku ke tempat itu ....

Aku memang sengaja tidak memberitahu orang tuaku kalau aku bekerja di sini, karena ... saat aku melihat saudara-saudaraku yang sukses di Jember ... aku jadi minder dan aku pikir ... pekerjaan yang aku pilih ini jelas tidak ada status yang bisa dibanggakan oleh orang tuaku.

Tapi, begitu aku diterima beneran ... apa aku pantas untuk selalu menyembunyikannya, bahkan sikap keraguanku selama ini?

"...."