Chereads / SILVER TIME / Chapter 22 - Mengecewakan

Chapter 22 - Mengecewakan

Sehari sebelum hari Kamis, di hari Rabu itu ....

Aku bilang pada senior-seniorku, bolehkah aku izin untuk tidak masuk kerja di hari kamis? Karena ada tugas kelompok yang mengharuskan aku untuk datang di pagi hari.

Senior di tempat kerjaku bilang boleh dan nanti akan dia bilangkan pada bos. Mereka juga tersenyum lembut padaku.

Syukurlah seniorku ramah, ada senior yang mencoba menggantikanku di hari Kamisnya jadi tidak masalah, apalagi kan gajinya dibayar per hari kerja *maksudnya misal, sekarang bekerja selama 8 jam dan di hari itu juga gajinya bisa diambil tidak tiap bulan. Bisa di ambil tiap hari atau tiap minggu.

Akhirnya ... aku mencoba mengambilnya di 3 hari kerjaku (Senin, Selasa, Rabu).

Hari kamisnya, aku benar-benar tidak bekerja dan hendak ke rumah teman untuk kerja kelompok membuat tapai. Begitu aku hendak siap-siap, ternyata ....

Ketua kelompok bilang di chat WA, tidak jadi hari ini.

"...."

Aku chat lagi untuk kejelasannya, kenapa tidak jadi hari ini?

Kemudian ada yang menjawab, "Karena aku bekerja,"

Lalu ketuanya juga bilang, "Aku juga sedikit sibuk,"

Entah kenapa rasanya agak sakit hati aku ....

Teman-temanku ini niat gak sih?

Aku sudah bilang kalau aku tidak bekerja hari ini. Bagaimana bisa mengabarinya dadakan gini?

Aku agak kesal.

Akhirnya aku jawab, "Kalau gitu, aku tidak akan bisa datang besok."

Lalu salah seorang menjawab, "Kenapa?"

Lalu ketuanya menjawab, "Sepakat besok kerja kelompok."

Lalu ketuanya menjawab chatku, "Kenapa?"

Apa aku juga harus bilang kalau aku bekerja?

"Aku bekerja." Akhirnya aku menjawabnya dengan sejujur-jujurnya.

"Iya sudah tidak apa-apa." Dia menjawabnya tanpa masalah.

....

Kalau aku tidak bisa datang bagaimana? Mereka ini tidak ada rasa perhatiannya, ya? Aku juga tidak ingin kerja kelompok hanya titip nama saja.

****

Keesokan harinya aku bekerja seperti biasa dan kenapa grup kelompoknya sepi, lalu tidak ada kabar tapainya sudah jadi atau bagaimana?

Aku cemas ....

Lalu saat aku berangkat ke kampus, dan pada Hari kamis itu juga aku menyapa ketua kelompokku.

"Bagaimana tapainya sudah jadi?" tanyaku serius.

"Oh sudah jadi kok~" Jawabnya dengan santai kemudian salah satu anggota kelompok kami berdiri di dekatku.

"Semuanya datang, kan?" tanyaku dengan nada khawatir dengan sedikit mengerutkan alisku. Aku cemas, takutnya aku doang yang tidak datang.

Ketua klub menatap lurus padaku dengan muka datarnya, "Hanya ... kamu saja yang tidak datang." Jawabnya dengan nada datar dan sikap dinginnya.

Jujur saja aku terkejut mendengar hal itu.

Setelah mengatakannya dia berbalik dan melangkah menjauh dariku, keluar kelas ....

Aku berusaha menghentikannya, "Tunggu!" aku berusaha menghentikan langkahnya dengan memegang lengan tangannya.

Dia menoleh dengan tatapan datarnya.

"Lah, aku gimana?" tanyaku dengan sangat khawatir.

"Hm?" gumamnya dengan tanya yang menatap dingin padaku.

Dalam hatiku berkata, "Ini kok mereka kayak pada gak suka padaku, kenapa? Apa karena aku sibuk bekerja atau karena hal lain?"

"...."

"Gimana kalau kamu yang bikin laporannya?" tanya ketua kelompok dengan tersenyum tipis padaku. Senyumannya itu serasa dibuat-buat seperti aslinya dalam hatinya itu adalah senyuman yang licik.

Aku mengangguk bersedia, "Baiklah. Tapi, kan, harus ada bukti laporannya ... berupa foto kegiatan ...."

"Iya, ada, nanti aku kirim di grup." Katanya dengan santai lagi.

Karena kata dosennya harus ada fotonya ....

"Lah terus aku gak masuk foto itu, kalau begitu ... aku yang gak masuk foto dianggap tidak mengerjakan apa pun dong." Baru tahu aku kalau kelompokan bisa begini, selama ini aku selalu berkelompok dengan orang-orang yang niat dan tepat waktu.

"Lah~ gimana sih, kamunya kan sibuk bekerja!" dia berkata dengan sedikit menaikkan nadanya.

"Kalau kamu tidak mau membuat laporannya ya sudah aku yang buat, namamu tetap aku cantumin." Jawabnya dengan santai.

Tapi, fotoku tidak ada ... dosen yang mengajar mata kuliah itu cukup teliti makanya kalau tidak ada aku berarti bisa saja dianggap tidak kerja kelompok.

Aku tidak berkomentar lagi.

Toh tampaknya ketua kelompok itu sifatnya memang agak ketus sih, dia juga tidak begitu peduli padaku.

Aku punya ide agar aku masuk laporan, aku akan membuat tapai sendiri. Biarlah~ walau tugas ini diterima apa tidak, aku harus jujur aku membuatnya. Lagian, aku sendiri sudah tahu caranya membuat tapai. Jadi, aku tinggal membuatnya sendiri.

Kebetulan hari itu satu jam mata pelajaran ... di hari Jumat.

Aku langsung membuatnya cepat-cepat sepulang kuliah.

Ibuku bertanya, "Loh, katanya kerja kelompok?" tanya ibuku dengan heran.

"Iya kerja kelompok, bu. Tapi, waktu itu tidak jadi. Lalu, esok harinya aku kerja ... aku tidak ikut kerja kelompok dan aku tidak punya foto kerja kelompok, akhirnya aku bikin sendiri." Jelasku dengan tergesa-gesa sambil mencuci singkongnya.

Selama proses pembuatan, aku berfoto selfi sambil meminta bantuan ibu untuk memfotokanku.

Sampai akhirnya jadi dan beres, tinggal dikasih ragi dan dibungkus dengan daun pisang lalu di tutup rapat di toples.

Tinggal di diamkan selama 3 hari.

....

Begitu selesai membuatnya dan meletakkannya ke tempat yang aman, sekitar jam setengah 10 malam ... aku makan malam dan sesudah itu bersantai di kamar.

Kulihat kembali chat WA grup saat itu ... ternyata tidak ada yang mengirim format dokumen untuk membuat tapai-nya, grupnya benar-benar sepi seperti biasa.

Ini sengaja apa gimana?

Kalau ini memang sengaja ... baiklah ... aku bisa membuat laporan itu sendiri.

Inilah kenapa aku sulit mempercayai orang lain.

Lalu, aku kepikiran ... aku minta format laporannya ke ketua kelas aja!! Karena, dia kan yang pegang dan bertanggung jawab ('-')

Eh, ketua kelasnya kan Raka (>_<) duh, jadi malu chat sama dia ... terakhir kami bicara kan, saat di musholla itu ... jujur saja aku agak malu begitu mengechatnya.

Aku malu karena takut di cap orang yang ngarep cogan, padahal aku ada perlu sama dia.

"Raka ...." Aku memberanikan diri men-chat-nya, karena daripada aku malu bertanya sesat di jalan.

"Iya" Dia langsung membalasnya.

"Boleh aku minta format tugas kerja kelompok biologi umum?" tanyaku di chat.

"Boleh" chat-nya cuek amat balasnya irit.

Lalu dia mengirimkannya.

Wah benar-benar, deh ini orang!! "Terima kasih" aku segera mengucapkan terima kasih padanya.

"Iya, sama-sama." Jawab Raka terakhir kalinya.

Beberapa menit kemudian setelah aku chattingan dengan Raka, aku memang menyimpan nomornya dan tampaknya selama ini dia tidak pernah menyimpan nomorku. Lalu, begitu aku menscoll-scoll statusnya teman-temanku.

"Loh, Raka!!" gumamku, eh!? Dia menyimpan nomorku juga!! Mungkin karena barusan sih aku chat langsung di simpan. Yang ada di status WA-nya adalah fotonya yang kece meski hanya satu foto saja dan caption-nya bijak.

Sesudah itu, satu menit kemudian ... dia offline ... kulihat chat WA-nya.

Kenapa begitu aku melihatnya ... aku mengagumi sosoknya ... hatiku tidak bisa berhenti bersuara, inikah yang dinamakan cinta?

****