Chereads / SILVER TIME / Chapter 26 - Love and Method

Chapter 26 - Love and Method

[Metodologi Penelitian] ... merupakan sebuah mata kuliah yang wajib di tempuh untuk melanjutkan ke semester akhir. Dalam mata kuliah ini, mahasiswa mulai meneliti berbagai jurnal penelitian.

Di antaranya yaitu:

Penelitian Kuantitatif

Penelitian Kualitatif

Penelitian Eksperimen Semu (Quasy Eksperimen)

Penelitian Tindakan Kelas, dan ....

Penelitian Pengembangan (Research and Development)

....

Kenapa kami harus meneliti itu semua? Apa ini memang suatu kewajiban untuk mahasiswa?

Dibilang wajib pun mungkin mata kuliah ini hanya berguna untuk cari IPK-

Tidak! Penelitian ini nantinya akan menuntun mahasiswa untuk mengerjakan skripsi.

"Hmm ..., skripsi ya?" Pikirku sambil menyimak perkataan dosen.

Memasuki semester 5 kami semua di hadapkan oleh kesiapan diri kami untuk mulai memikirkan pembuatan karya ilmiah yang bernama skripsi ini.

Data yang digunakan pada penelitian harus valid dan tidak boleh asal-asalan mengambil data di lapangan atau pun literatur.

Waktu itu, dosen yang bernama pak Fahmi ini mengajar di kelas H. Mungkin bagi seseorang yang belum pernah melakukan penelitan, mata kuliah ini masih awam. Tentu saja bagi diriku juga ....

Semakin menginjak semester tua semakin sedikit dan mengerucut mata kuliah yang di pelajari.

Untuk mempermudah menempuh mata kuliah ini, pak Fahmi meminta kami yang ada di prodi matematika untuk membentuk kelompok penelitian. Karena ada 5 jenis penelitian, maka kami membentuk 5 kelompok. Aku kebetulan dapat kelompok 1. Agar jumlahnya adil, kami dari pojok berhitung 1 sampai 5.

....

Ketika dirasa hitungan selesai, kami mulai merapat ke kelompok masing-masing.

Aku berkelompok dengan Ivy, Lily, Hilda, dan eh! Kurang 1 orang lagi dan ternyata ... Raka!

Raka duduk di dekatku.

Kemudian anggota kelompok mengambil topik pembahasan yang dibagikan oleh dosen. Kami mulai menganalisis jurnal yang ada di depan kami.

[Penelitian Kuantitatif]

Aku rasa awalnya cukup mudah.

Ketika sudah selesai mengerjakannya, kami kembali ke tempat duduk masing-masing dan mulai mempresentasikan hasil diskusi kami satu per satu.

Mulai hari ini dan seterusnya hingga semester ini berakhir ..., kelompok Metodologi yang dibentuk tidak berubah!

"Apaaaaa!?" jadi aku selama satu semester ini akan berkelompok bersama Raka ....

Dalam hati aku terkejut dan juga merasa sedikit bangga.

Raka itu orangnya cerdas dan dapat diandalkan sepertinya ia bisa menjadi ketua kelompok kami.

Ivy juga sangat menyukai Raka, dari sikap genitnya yang mendekati Raka saat menganalisis waktu itu membuat beberapa anggota kelompokku sedikit merasa tidak nyaman. Termasuk aku yang jatuh hati pada sikap baiknya Raka.

[Kami membentuk grup di WA]

....

Hilda: "Mau cari data penelitian di mana?"

Lily: "Di mbah gugel aja."

Aku: "Nanti kita kerja kelompok di mana?"

Raka: "Tanya dulu, yang lain bisa tidak hari ini?"

Ivy: "Aku ngikut apa kata Raka."

Raka: "Loh kok apa kata aku?"

Aku: "Bagaimana kalau seperti jam kuliah saja, di warung Kongkow."

Semenit tidak ada yang merespon ....

Aku lagi: "Bagaimana teman-teman?"

Kemudian Raka membalas pesan pribadiku.

"Kamu hari ini tidak sibuk?"

"Tidak." Jawabku, "kenapa?" tambahku dengan berbalik bertanya.

"Kita kelompokan berdua saja."

"Loh kok gitu?"

....

Kemudian Raka offline ....

Harusnya ini kesempatanku untuk lebih dekat dengan Raka pikirku. Tapi, apa yang dipikirkan Raka terhadap teman-temannya?

"...."

Sampai jam 3 sore grupnya sepi.

Kemudian ada chat dari Raka di grup, "Maaf kerja kelompoknya kita tunda dulu. Untuk sekarang, kalian cari jurnal masing-masing saja nanti di cocokkan di grup datanya. Terima kasih."

Ivy: "Berarti hari ini tidak jadi untuk bekerja kelompok?"

....

Aku hanya menyimaknya, tiba-tiba Raka menchat aku, "Tolong balas 'tidak jadi' di grup."

Tanpa pikir panjang aku balas "Tidak jadi."

Tapi di balik semua itu ..., Raka mengajakku untuk mengerjakannya berdua.

Baiklah aku manut saja, demi tugas yang rumit ini.

Kemudian Raka memesan beberapa makanan dan minuman.

[Penulis: Tau gak? Warung Kongkow terkenal dengan Salad Buahnya]

"Aku pesan salad buah aja deh." Kataku sambil memesan juga.

"Kita duduk di lesehan saja."

"Baik."

Kami berhadapan dan terdiam cukup lama mencari jurnal yang pas di hp.

Pesanannya lama banget! Kemudian salad buah datang diantarkan oleh mbak-mbak yang membawa baki dari kejauhan, "SALAD BUAH."

Aku melambaikan tangan, kemudian salad segera diantarkan ke meja kami.

Mbak di Kongkow yang mengantarkan salad kemudian pergi mengantarkan pesanan lain.

[Penulis: lupa dah namanya mbak siapa, padahal orang Gombleh juga]

Lanjut ....

Aku tidak enak sendiri jika tidak menawarkan sesuatu pada orang di dekatku.

"Ka, monggo saladnya?" kataku sambil menyodorkannya pada Raka.

"Oh iya sudah, makanlah." Katanya sambil berbalik memencet hp.

"I-iya ...."

[Monggo: Silakan]

****

Aku tahu, Raka pasti sangat lapar menunggu lama pesanan makanannya.

Akhirnya aku memulai pembicaraan ....

"Ka, kenapa kamu membatalkan kerja kelompok kita?"

"Tidak apa-apa." Jawabnya dengan ekspresi datar.

Kemudian aku mengeluarkan laptop dan mulai mencari topik masalah dalam jurnal yang aku temukan. Nanti aku akan merundingkan data yang ada di jurnal ini dengannya.

"...."

"Aku merasa tidak nyaman dengan mereka semua, terutama Ivy."

"Eh?" jangan-jangan dia cuma nyaman denganku saja, "Kenapa? Bukankah kerja kelompok itu lebih banyak orangnya menjadi lebih cepat selesai?"

"Iya juga sih, tapi aku tidak bisa berkonsentrasi dengan mereka terutama Ivy. Sikapnya terlihat seperti dibuat-buat."

"Um ...." Mana mungkin aku bilang pada Raka kalau Ivy itu sangat menyukainya? Ivy pasti akan cemburu jika tahu aku berduaan dengan Raka di sini.

Kemudian pesanan Raka datang, Lalapan Lele dan Jus Jeruk diantarkan langsung oleh mbak-mbak pelayan yang ada di Kongkow.

"Maaf ya mas, agak lama. Masih goreng ikannya."

"Iya mbak, tidak apa-apa."

Mbak nya kemudian pergi mengantarkan pesanan lain.

....

"Lily itu dari awal tidak niat untuk bekerja kelompok, dia pernah berkelompok denganku dan dia selalu mengerjakan bagian yang ringan saja." Terang Raka sambil meminum jus jeruknya.

"Kalau Hilda bagaimana?"

"Entahlah," Jawabnya ragu sambil meletakkan hp untuk mulai makan ikan lele dengan telanjang tangan. "Aku belum pernah merasa dekat dengan Hilda."

"...." Aneh! "Jadi kamu mengajakku hanya karena aku dekat denganmu?"

"Ya." Tapi sejak kapan aku merasa dekat dengan Raka ...?

Kata Raka sambil tersenyum tipis ..., "Bagiku kamu adalah orang yang menarik."

Mendengar kata-kata yang spontan keluar dari mulut Raka itu membuatku tercenggang memandang layar laptop.

Aku sedikit bahagia saat dia mengatakan hal itu.

"Apa menariknya dari orang sepertiku." Gumamku yang sempat terdengar oleh Raka.

Dia meletakkan tangannya di dekat piring anyaman berisi lalapan lele itu, kemudian menyelesaikan kunyahan makanan di mulutnya.

"Sikapmu yang anggun. Terlihat begitu natural dan tidak dibuat-buat." Katanya sambil memandangku dengan serius.

"Be-benarkah?" Aku tidak yakin dan mulai memalingkan pandanganku karena malu.

"Ya. Sepertinya perlahan aku mulai menyukai orang seperti dirimu." Katanya dengan serius.

Aku terkejut "APAAAAA!?" Raka menyukai orang sepertiku ini?

****