Beberapa hari kemudian setelah aku dari Jember ....
Aku sudah mempunyai gambaran untuk menjadi guru, malahan om Marzuki merekomendasikan aku untuk mengajar di sana. Tapi, aku masih merasa berat untuk meninggalka ayah dan ibu di sini.
Hari itu ... di hari sabtu malam minggu ....
Niatnya teman satu kampungku mengajakku keluar malam mingguan, jalan-jalan di alun-alun seperti biasa. Dia sudah menjadi sahabatku sejak SD namanya, Sari.
Sari saat ini kuliah di Malang mengambil jurusan management, dan dia biasa pulang di malam minggu.
Ketika malam minggu sudah pasti dia menghubungiku kalau akan keluar.
Sari sudah seperti saudaraku sendiri.
Dia berasal dari keluarga baik-baik, ibunya adalah seorang guru dan ayahnya pemilik bengkel di kampung ini.
Kami menyebut aktivitas kami ini dengan hunting, kadang kami mencari kafe dengan tingkah keimutan dan ke-estetikan yang indah. Kami mencoba ke Blessing Ice Cafe waktu itu.
Penyajihannya memang agak lama ....
Padahah kami berdua hanya memesakan kopi panas berbalut susu dah coklat dengan toping I Love You di atasnya.
Berasa seperti kencan.
Sari menceritakan padaku ... kalau dia kurang betah di Malang karena teman satu kos-nya yang jorok dan pemalas. Beberapa teman kos-nya juga sering membicarakan Sari di belakang ....
Namun Sari tetap sabar menghadapi hal itu.
Memamg sih, foto-foto teman-teman yang Sari unggah di facebook tampak seperti dekat, padahal mereka saling mencibir satu sama lain. Sari hanya beranggapan semua itu hanya gurauan tapi, dia tidak bersikap bodoh bahwa sebenarnya teman-temannya agak buruk sikapnya ke Sari.
Teman-temannya menjadi aneh semenjak Sari dekat dengan seseorang yang ada di kampusnya.
Orang yang dekat dengan Sari adalah anak jurusan IT yang ruangannya berada di lantai 3 kampusnya. Sari berhasil kuliah di Universitas Brawijaya ... itu adalah keberuntungannya saat dia pakai jalur SBMPTN dari kampus swastanya, bermodalkan seratus ribu rupiah dan nekad sepeda motoran lalu daftar di hari terakhir ... dia bertekad untuk kuliah di kampus ini.
Kampus UB atau Universitas Brawijaya lumayan besar, bahkan ada gedung khusus dan rumah sakitnya di sana ..., dan semuanya yang ada di sekitar kampus UB adalah tanah milik UB itu (dekat dengan jalan raya).
Kos Sari dekat dengan kampus, mungkin sama seperti dari Gombleh ke pertigaan Adipura Sukodono.
Waktu itu ....
Teman satu jurusannya Sari, mengajak Sari untuk nongkrong di suatu kafe ....
Tapi, kafe itu ... ada di dalam mall.
Sari bersedia, dan teman Sari yang ada di Malang memperkenalkan dirinya pada teman-teman kenalannya. Beberapa teman dari temannya Sari adalah sahabat.
Mereka berenam ada di suatu kafe di dalam mall.
Dengan memesan minuman dan makanan ringan berbeda tetapi, mereka duduk saling berhadapan.
Ketika sudah lama kenal ... lama-lama ... ada cinta di antara sari dan salah satu laki-laki yang ada di sana, cintanya itu dari mata turun kehati.
Laki-laki itu ... belum lama ini dekat dengan Sari dan tiba-tiba tanpa sepengetahuan teman nongkrongnya atau teman Sari yang memperkenalkan dirinya pada laki-laki itu, dia ... menembak Sari.
Dia sering menjemput Sari karena kos-nya juga berdekatan.
Dia semakin dekat dan membuat beberapa teman kos-nya yang melihat laki-laki itu iri.
Sari memang tidak begitu cantik hanya saja dia rajin perawatan. Perawakannya luwes dan dia orang yang sabar, mungkin itulah membuat laki-laki yang awalnya saling pandang itu menjadi cinta dan hati mereka menyatu.
Sari tidak butuh laki-laki dengan janji manis, dia agak tertutup.
Namun, tampaknya laki-laki yang kenal dekat dengan Sari bukanlah laki-laki yang seperti itu.
Parasnya tampan dan imut, membuat beberapa teman kos Sari menyukai sikap ramahnya, senyumannya bahkan saat berbicara dengan ibu kos saat menjemput Sari.
Sayangnya pikir mereka, kenapa harus Sari?
"...."
Sari jarang curhat sekalipun ke teman satu kamarnya, sari menyempatkan curhat padaku begitu dia pulang. Niatnya Sari yang jujur ini ingin memperkenalkan pacarnya padaku. Dia tahu meski aku cantik, aku belum punya pacar.
Aku tidak yakin, takutnya pacar Sari malah naksir aku.
Tapi, Sari sudah pernah menunjukkan wajahku saat berfoto bersama dengan Sari dan dengan sengaja dia berbohong kalau aku punya laki-laki lain. Jujur saja, pacar Sari juga terpikat tapi, dia sudah berjanji untuk setia dengan Sari seumur hidup dan mungkin itu terdengar seperti akan melamarnya.
Ibu dan ayah Sari waktu mengunjunginya ke Malang juga tahu ..., Sari sudah memperkenalkan pacarnya pada orang tuanya, meski waktu itu hanya ibunya yang memiliki kepentingan ke Malang, sedangkan ayahnya langsung pulang setelah mengantarkan ibunya. Sedangkan ibunya menginap beberapa hari di kos Sari.
Ibunya sangat kaget begitu kamar kos Sari berantakan saat ditinggal Sari. Itu semua ulah teman sekamarnya yang tidak rajin membersihkan kamar.
Ibunya agak tidak betah juga dan menyarankan Sari untuk pindah kos. Namun, cari kos murah susah dan kabaranya ... di semester yang akan datang, teman sekamar Sari yang akan pindah.
....
Lalu, Sari juga merasa kalau jika dia pindah, maka dia tidak bisa dekat dengan pacarnya lagi, pikirnya ....
Jadi, dia memutuskan untuk bertahan di sana.
Sari bilang ... mungkin, pacarnya akan datang sebulan lagi ke rumah Sari. Karena, sebulan yang akan datang adalah ulang tahun Sari.
Iya, ya ... aku hampir lupa!!
Dan dia menyuruhku untuk datang di acara ulang tahunnya ('-' ) Eh!?
Entah aku harus bersikap bagaimana ... tapi, Sari sudah terlanjur bilang pada pacarnya kalau aku sudah punya pacar ... sedangkan sebenarnya aku tidak punya pacar.
Lantas siapa yang harus kuajak? Apa teman satu kampungku yang laki-laki? Atau laki-laki yang ada di kampusku? Haruskah aku mengajak Raka atau Febri?
"...."
Aku bingung memikirkannya tapi, aku hanya bisa bilang Ok! Ok! Saja pada Sari karena tidak inging mengecewakannya.
****
Ketika hari dirasa sudah agak malam waktu menunjukkan jam 8 malam ... kami pulang ....
Sari tidak mampir ke rumah meski dia telah mengantarku sampai rumah, besok saja katanya dia akan mampir sambil pamit balik berangkat ke Malang.
Aku melambaikan tangan di malam itu ....
Aku sangat senang memiliki sahabat seperti Sari.
Tetapi, begitu aku masuk rumah, ponselku yang sedari tadi sepi kini berbunyi ... tampak seperti pesan baru dari nomor baru dari bunyi notifikasi-nya ....
"Siapa sih?" gumamku heran, dengan menyempatkan waktu untuk cuci tangan dan kaki sesudah keluar rumah. Tak lupa juga salam kemudian mencium punggung tangan ayah dan ibuku begitu datang ....
Kubuka ponselku saat aku berjalan di depan mereka berdua hendak ke kamar.
Ternyata ....
"Apa!?" gumamku pelan memasang muka kaget saat membacanya, seakan-akan itu tidak mungkin terjadi. Aku membacanya lagi untuk memastikan, "Bener gak, nih?"
Isi pesan itu adalah ....
________
To be Continued