Chapter 4 - Part 4

Usai meletakkan semua barang-barang mereka di kamar, tak sabar pria-pria muda itu pergi ke ruang tengah di dalam hotel itu dan menikmati hiburan disana. Hiburan malam yang menyuguhkan tarian indah dari wanita-wanita cantik dengan balutan busana yang seksi, yang akan memanjakan dan menyilaukan setiap mata khususnya kaum Adam.

Para penari itu pun menari dengan liukan tubuh yang indah, dan gerakan pinggul yang lincah dan menggoda. Tarian yang disertai dengan iringan gendang yang menambah serunya malam itu. Gelang kaki dan tangan pun turut menambah semaraknya alunan musik.

Semua penonton pun terpukau dengan hiburan malam itu, sungguh suasana kesanangan yang indah yang menghibur hati setiap kaum Adam yang haus akan hiburan.

Pria-pria muda itu bukannya tidur dan beristirahat dan mempersiapkan harinya. Tapi malah bersenang-senang.

Mereka dan supir taksi yang bersamanya menghabiskan malam itu dengan minum-minum hingga mereka jatuh tak sadarkan diri di sana. Dan tertidur di sana.

Sementara itu, Sang Dosen sibuk melakukan riset penelitiannya dari buku sejarah yang dibawanya.

Di buku itu dijelaskan bahwa Mesir adalah Negeri yang luar biasa religius, sarat dengan politeisme. Setiap kota mempunyai dewa-dewinya sendiri yang menyandang gelar "Tuan Kota".

Pada sebuah daftar yang ditemukan didalam makam Tutmose III tercantum nama sekitar 740 dewa. Seringkali, seorang dewa digambarkan kawin dengan seorang dewi yang melahirkan baginya seorang anak lelaki, "sehingga membentuk tiga serangkai atau tritunggal ilahi, yang didalamnya sang ayah tidak selalu menjadi kepala, tetapi merasa puas dengan peranan pangeran, sedangkan sang dewi tetap menjadi ilah utama setempat.

(New Larousse Encyclopedia of Mythology, 1968, hlm. 10 )

Setiap dewa utama tinggal dalam sebuah kuil yang tidak terbuka bagi umum. Dewa tersebut disembah oleh para imam yang setiap pagi membangunkannya dengan menyanyikan himne, memandikannya, memakaikan pakaiannya, "memberinya makan", dan memberikan pelayanan lainnya. Dalam hal ini, para imam tampaknya dianggap bertindak sebagai wakil Firaun, yang juga di percaya sebagai dewa yang hidup, putra dewa Ra.

Ular juga dianggap penting dalam ibadat. Bahkan ada yang sampai rela melakukan hal diluar nalar agar terlihat mirip seperti dewa ular.

Pada karya seni dari Mesir terlihat dua ular yang bersilangan dipegang oleh dewa.

Dan dewi berkepala ular.

Ular juga ada pada patung Yunani Asklepius.

Semua buku yang Sang Dosen baca itu membuat kepalanya semakin pusing dengan rencana penelitiannya itu. Belum lagi mimpi yang sebelumnya sangat mengerikan tentang harta karun itu. Maka Sang Dosen pun pergi ke ruang tengah di hotel itu untuk mencari hiburan disana.

Tapi belum lama dia melihat tarian indah dan eksotis itu, matanya tiba-tiba saja tertuju pada para pemuda yang tak lain adalah Mahasiswanya sendiri yang tengah terbaring tak sadarkan diri karena pengaruh minuman.

Maka Sang Dosen pun cepat-cepat berlari menghampiri mereka dan berusaha menyadarkannya.

Lalu Sang dosen meminta beberapa petugas hotel untuk membawa mereka ke kamar mereka masing-masing.

Dia berkata,

"Dasar payah. Bisanya hanya merepotkan saja. Bukannya pergi tidur dan beristirahat. Tapi malah bersenang-senang disini. Awas saja besok. Akan ku hajar kalian semua. Akan ku berikan kalian nilai yang buruk agar kalian tidak lulus."

Setelah itu, Sang Dosen kembali ke kamarnya dan berbaring di ranjangnya.

Perlahan dia mulai memejamkan mata, tapi tak kunjung terlelap.

Maka Sang Dosen bangun dan membuka tirai jendela kamar hotel dan memandang ke arah laut. Berharap pikirannya akan segar kembali.

Tapi baru beberapa menit dia berdiri disana, tiba-tiba saja sebuah bayangan hitam melintas dihadapannya. Bayangan itu berlalu dengan sangat cepat. Sang Dosen sangat penasaran dengan apa yang baru saja dia lihat, sehingga dia memutuskan untuk pergi keluar dan mencari tahu.

Dia pergi dan mengikuti kemana bayangan itu pergi. Bayangan itu pergi membawanya mendekat ke arah laut.

Dan sang Dosen terus mengikutinya tanpa menyadari bahaya yang mengancam nyawanya.

Pikirannya seolah sudah dikuasai oleh bayangan hitam itu.

Perlahan kakinya pun mulai menapaki bibir pantai dan menyentuh dinginnya air laut di malam itu.

Langkah demi langkah dia jalani hingga air laut itu menutupi pinggangnya.

Ketika air laut sudah mencapai lehernya, tiba-tiba saja Sang Dosen sadar bahwa dirinya hampir tenggelam di laut itu. Dia berkata,

"Hei, kenapa aku disini?"

Maka dia berteriak minta tolong,

"Tolong!...

Tolong!...

Tolong!..."

Lalu tak berapa lama beberapa orang disekitar pantai berlari dengan cepat menolongnya.

Kemudian mereka membaringkan Sang Dosen di bibir pantai dan berusaha menyadarkannya. Begitu Sang dosen mulai sadar, dia bertanya pada orang-orang itu,

"Aku dimana? Kenapa aku disini? Bagaimana bisa aku disini? Jelaskan padaku?"

Tapi orang-orang disitu tidak mengerti bahasa Sang Dosen. Maka mereka meninggalkannya disana sendiri.

Setelah beberapa waktu menyendiri di pantai itu. Akhirnya Sang Dosen pun sadar bahwa yang membawa dirinya ke laut yang hampir menenggelamkannya adalah sosok bayangan hitam yang muncul di jendela. Maka dirinya pun menjadi sangat takut dan segera berlari meninggalkan pantai.

Sesampainya di kamar, dia cepat-cepat mengganti bajunya dan tidur sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.