Akhirnya setelah kemarahan itu, Sang Dosen pun tak bisa lagi mengelak. Maka mereka pun mendirikan tenda disana dan mencari ranting dan kayu untuk membuat api unggun sebagai penerang dan juga penghangat diri mereka di dalam gelapnya hutan. Mereka pun berkumpul di tengah api unggun yang hangat.
Lalu untuk mencairkan suasana yang sempat tegang. Sang Dosen pun menceritakan sedikit kisah yang terkenal di Mesir. Yaitu tentang Nabi Musa. Dia berkata,
"Mmm,,ehemm,,, ( Mencoba melegakan tenggorokannya agar bisa mulai berbicara dengan tenang )
Kalian pasti tahu tentang kisah yang sangat populer di Mesir kan? Mariam dan Puah sebagai orang Israel pasti tahu kan?"
"Tidak pak. Kami tidak tahu. Untuk apa bapak bertanya tentang hal itu? Apa ini ada hubungannya dengan Misi kita?" ( Tanya Mariam)
"Oh tentu tidak ada. Bapak hanya ingin bertanya saja pada kalian. Dari pada kita diam saja dan tak berbicara sedikit pun disini, kan tidak baik. Bapak hanya ingin memperbaiki suasana yang sedikit buruk saja karena kesalahan bapak tadi sore."
"Oh tidak masalah pak. Kami juga sudah melupakannya. Memang tadi kami sangat kesal. Tapi sekarang tidak lagi. Lagi pula bapak mau cerita hal apa? ( Balas Mariam)
"Bapak ingin cerita tentang Nabi Musa. Waktu bapak membaca kisahnya di buku sejarah, bapak sangat terkesan. Pasti kalian tahu itu kan?" ( Tanya Sang Dosen )
"Oh, kisah itu yah pak. Kami tahu. Aku sendiri juga pernah baca kisahnya di buku sejarah. Disitu di jelaskan bahwa Musa lahir tahun 1593 SM di Mesir. Sebagai putra Amram, cucu Kohat dan cicit lewi. Dia dinamai Musa, karena dia diambil dari air. Waktu itu Firaun mengeluarkan dekret genosida, yang memerintahkan agar setiap anak laki-laki yang baru lahir dibunuh. Lalu ibu Musa dengan cerdik menempatkan Musa yang masih bayi itu di sebuah peti papirus diantara batang-batang teberau di tepi sungai Nil. Disitulah putri Firaun menemukannya. Hanya itu saja sih pak yang saya tahu." ( Jawab Mariam )
"Mmmm, ternyata kamu pintar juga yah." ( Balas Sang Dosen )
"Maksud Bapak apa? Jadi selama ini aku tidak pintar?" ( Tanya Mariam )
"Agh,,, bukan. Bukan begitu maksud Bapak. Sudah lah tidak usah di perpanjang. Bapak hanya bergurau saja. Kalau kita terus kompak dan tidak ribut seperti tadi. Maka kita akan berhasil. Yah sudah! Ini sudah malam, lebih baik kita tidur saja. Agar besok kita bisa lebih siap untuk perjalanan menantang berikutnya. Paham!"
"Baiklah pak."
Maka mereka pun mulai memejamkan mata dan tidur di dekat api unggun itu agar tetap hangat.
**********
Ke esokan harinya, saat yang lain sudah bangun dan bersiap. Sang Dosen hanya terdiam memandangi api unggun yang masih menyala. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Maka Jack ketua kelompok mendekatinya berkata,
"Pak apa kita masih harus diam disini? Apa yang bapak pikirkan?"
Tapi sang Dosen masih tetap diam denga mata yang fokus pada api unggun. Maka Jack pun datang mengagetkannya dengan menepuk bahu Sang Dosen, hingga akhirnya dia sadar.
Setelah itu, mereka pun melanjutkan perjalanannya menyusuri hutan itu.
Ketika mereka berjalan ke dalam hutan, mereka tidak sadar jika se ekor ular besar mengintai dan hendak melahap salah seorang di antara mereka.
Ular besar itu, diam dengan tenang di bawah pohon diantara tumbuhan menjalar sambil terus mengamati gerakan langkah kaki mereka yang semakin dekat. Kulitnya yang kecoklatan seperti batang kayu, membuatnya sulit terlihat sekalipun ukurannya sangat besar.
Mereka terus saja berjalan melewati ular besar itu, lalu ular besar itu pun mulai bergerak dan dengan cepat menangkap salah seorang dari mereka. Ular besar itu menggigit kaki Simon, dan melilitnya dengan sangat kuat.
Mereka semua pun berteriak ketakutan. Sedangkan Sang Dosen, dia berusaha menyelamatkan Mahasiswanya itu. Dia berusaha untuk melepaskan ekor ular besar itu, tapi tidak bisa, karena lilitannya yang sangat kuat.
Lilitan ular itu pun perlahan mencapai bagian dada Simon. Dan dia mulai membuka mulutnya dengan lebar dan bersiap melahapnya.
Tapi Sang Dosen yang juga sangat takut, berusaha keras untuk menolong. Dia tidak tinggal diam. Dia tidak bisa membiarkan salah satu mahasiswanya tewas begitu saja di hutan itu, maka dia pun mengambil senjata api dari dalam tasnya dan segera menembak ular besar itu hingga tewas.
Akhirnya Simon pun terbebas dari lilitan ular besar itu, dirinya hampir saja mati. Maka mereka segera menolong Simon yang terbaring lemas dan hampir mati.
Mariam dan Puah sangat takut, dan mereka menangis ketakutan menyaksikan peristiwa mengerikan itu, dan mereka mulai menyalahkan Sang Dosen dan berkata,
"Pak, lihat ini pak! Simon bisa saja mati. Dan kami pun begitu. Dulu kami sudah bilang untuk membatalkan misi ini. Tapi bapak tetap nekat dengan ambisi bapak yang besar, dan mengancam kami dengan tidak lulus jika tak menuruti keinginan bapak. Hari ini kami selamat. Tapi besok kami tidak tahu. Sekarang kita tidak bisa melanjutkan perjalanan sampai Simon pulih. Sekarang kita harus mendirikan tenda disini dan merawatnya."
"Tidak! Itu tidak akan terjadi, kita tetap harus pergi. Kalian bisa membantunya berjalan kan?" ( Teriak Sang Dosen )
"Pak! Apa bapak mau kami mati konyol juga disini? Pokoknya kami tidak akan pergi. Jika bapak memaksa. Silahkan bapak pergi sendiri. Karena bagi kami nyawa teman kami lebih berharga dari pada harta dan nama besar. Harta Firaun yang penuh kutukan itu sudah membutakan mata bapak".
"Apa kamu bilang? Jangan coba-coba menasehatiku." ( Teriak Sang Dosen )
Suasana pun sekejap berubah menjadi tegang. Seperti tersihir oleh hawa jahat di hutan itu, Sang Dosen yang tadinya baik dan baru saja menyelamatkan nyawa Mahasiswanya, mendadak berubah menjadi Dosen yang kejam dan mementingkan diri sendiri. Perdebatan dan perbantahan sengit diantara mereka pun sulit diredakan.
Hingga akhirnya Puah berteriak dengan sangat kencang,
"Stop!!!!!. Sampai kapan kita akan seperti ini? Pak tolong mengerti lah keadaannya. Jika semuanya baik, kami tetap menuruti keinginan bapak kan? Sampai sejauh ini kami selalu menurut apa yang bapak katakan. Tapi untuk kali ini, kita harus tinggal disini sampai Simon sembuh."
"Yah sudah! Yah sudah! Baiklah, kalian dirikan tenda secepatnya." ( Teriak Sang Dosen )
Mereka pun mendirikan kemah disitu tak jauh dari kemah mereka sebelumnya. Dan membuat api unggun disana. Lalu mengobati Simon yang masih terbaring lemah. Sementara yang lainnya pergi mencari tambahan kayu bakar untuk persiapan sampai malam. Sementara Sang Dosen duduk diam di bawah pohon, dia tampak bingung dengan sikapnya yang selalu berubah-ubah dengan cepat. Dia mengingat-ingat semua perubahan yang pernah dia rasakan sejak masuk ke dalam hotel hingga di tengah hutan. Perubahan yang sangat mendadak, cepat dan misterius. Semuanya sulit dipahami.