Ke esokan harinya, Mariam dan Puah bangun bangun pagi-pagi sekali dan pergi menghampiri rekan-rekannya di kamar mereka masing-masing.
Mereka melihat Jack dan James masih tak sadarkan diri, begitu juga dengan Zyn dan Robert. Mereka semua tidur dalam keadaan bertelanjang dada karena mabuk berat semalaman.
Lalu mereka pergi ke kamar Sang Dosen dan Simon mahasiswa yang paling pendiam dan misterius.
Mereka melihat Sang Dosen masih terlelap dengan ranjang dan selimut yang berantakan. Maka Mariam dan Puah bertanya pada Simon apa yang sudah terjadi semalaman.
Mereka berkata,
"Hei Simon, apa kau tahu apa yang sudah menyebabkan mereka lupa diri seperti itu? Apa yang sudah terjadi semalam?
"Jack, James, Zyn dan Robert, mereka semua pergi ke ruang tengah di hotel ini dan bermabuk-mabukan. Mereka bilang hanya ingin melihat penari perut yang seksi saja. Tapi yang terjadi malah seperti ini. Sedangkan pak Dosen, aku melihatnya pergi diam-diam mengikuti sesuatu. Aku tidak tahu apa itu, tapi yang aku lihat matanya sangat fokus. Aku takut untuk menghentikannya. Kamu tahu kan dia sangat cerewet seperti wanita. Karena itulah dia masih jomblo terus sampai sekarang."
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya, kenapa dia sampai tak sadarkan diri begini, biasanya dia yang bangun lebih awal dan marah-marah."
"Mmm,,,,saat aku tengah asyik menonton TV, aku melihatnya pulang dalam keadaan basah kuyub. Dia lalu cepat-cepat mengganti pakaiannya dan tidur. Entahlah, aku melihatnya seperti ketakutan. Mau bertanya, tapi tidak berani."
"Aduh,,, aduh,,,dasar lelaki yang tidak jelas." (Ucap Mariam dan Puah)
"Lalu bagaimana sekarang, apa kita tunggu mereka sadar dulu? (Tanya Simon)
"Mmm, aku rasa kita harus membangunkannya dengan paksa. Baiklah aku akan pergi ke kamar Jack dan James. Sementara Mariam akan membangunkan Zyn & Robert. Dan kau Simon, bangunkan si Bapak Dosen yang cerewet itu. Paham! (Ujar Puah)
"Aduh,,,, baiklah. Akan ku lakukan dengan terpaksa. Mau apa lagi. Aku siap-siap saja dimarahin 3 hari 3 malam. Dasar payah." (Balas Simon)
Mariam dan Puah pun pergi membangunkan teman-temannya dengan menyiram mereka dengan air es.
Sedangkan Simon dengan rasa takut membangunkan Sang Dosen dengan mencolek-coleknya dan sesekali mencubitnya dengan lembut.
"Pak, bangunlah!
Pak, ayo bangunlah!"
Sampai tiba-tiba Sang Dosen berkata sementara masih terpejam,
"Hei, gadis cantik. Kenapa kau terus saja menggodaku. Tangan mu yang lembut menyentuh kulit ku dengan sangat baik. Ayolah! Kemari-kemari! Mendekatlah padaku."
Lalu Sang Dosen mencengkram baju Simon dengan kuat hingga mulutnya hampir saja menyentuh mulut Sang Dosen.
Belakangan Sang Dosen akhirnya bangun dan mereka berdua saling menatap satu sama lain. Dan saat mereka benar-benar sadar, mereka pun berteriak histeris karena terkejut.
"AGH,,,,,, TIDAK,,,,,"
"Hei pergi kau! Kau hampir saja merenggut kehormatan dan kesucian ku sebagai pria." (Kata Sang Dosen sambil mendorong Simon)
"Apa maksud Bapak? Mana mungkin aku merenggut kehormatan Bapak. Pak! Sadarlah! Aku masih normal dan waras. Bapak yang berkhayal terlalu tinggi."
Maka Sang Dosen pun terdiam dan bingung dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mulai menatap Simon dengan mata penuh curiga sambil melirikkan bola matanya ke atas berupaya untuk mengingat apa yang terjadi dengannya.
Keduanya pun saling menatap satu sama lain.
Tapi belakangan suasana yang penuh tatapan mata itu, tiba-tiba buyar saat Mariam dan Puah masuk ke kamar itu dan melihat mereka berdua yang saling bertatapan mata dengan sangat dekat. Lalu mereka berkata,
"Hei, apa yang kalian lakukan? Apa kalian sudah hilang kesadaran? Kenapa kalian saling melihat dengan penuh rasa tegang seperti itu?"
Lalu mereka tersadar dan berteriak kembali,
"TIDAK!!!!!!"
Mariam segera menyadarkan Sang Dosen yang histeris dan berkata,
"Pak, sudahlah. Hentikan semua sandiwara ini. Sekarang apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan diam saja disini? Jika 'ya' maka aku akan pergi bersenang-senang sebentar disini."
"Apa katamu? Apa kau sudah tidak waras? Untuk apa kau datang jauh-jauh kesini? Hanya untuk bersenang-senang?
Baiklah! Sekarang pergilah dan tunggu saja di lobi. Bapak akan segera mandi dan bersiap.
Dan kau SIMON, cepat bereskan segela tas dan keperluan kita.
30 menit lagi kita harus segera keluar dari hotel ini. Kalian paham!
Dan kau Mariam! Suru yang lainnya juga cepat bersiap dan menunggu di lobi. SEGERA!" (Bentak Sang Dosen)
Maka Mariam dan Puah pun keluar dari kamar itu dan segera menyuruh yang lainnya bersiap.
Tapi saat berjalan di sepanjang lorong hotel, Mariam merasakan sesuatu yang aneh seperti yang pertama kali dia rasakan saat menuju ke bandara. Tiba-tiba saja dirinya terdiam dan terpaku di depan pintu kamarnya seperti melihat sesuatu yang aneh.
Puah yang melihatnya segera mengagetkannya dengan menepuk pundaknya. Dan berkata,
"Mariam, kamu kenapa? Kok tiba-tiba bengong. Ada apa? Kamu baik-baik saja kan? Kita harus cepat. Jangan sampai Dosen kita yang cerewet itu kembali marah-marah. Aku pusing setiap kali mendengar suaranya yang seperti mercon itu. Kamu paham kan!"
"Aku ga papa kok. Iya kamu benar. Kita harus cepat. Aku juga stress mendengar suaranya yang seperti letusan gunung api itu."
Lalu mereka pun akhirnya mempersiapkan semua perlengkapan mereka lalu pergi menuju lobi dan menunggu Sang Dosen disana.
Tapi sudah sekitar 15 menit mereka menunggu, Sang Dosen tak kunjung turun.
Maka Jack ketua kelompok itu bertanya pada Simon.
"Hei Simon, kenapa Dosen kita yang ambisius itu tak turun juga? Kita sudah menunggunya selama 15 menit. Coba kamu telepon ke ponsel nya cepat!"
Maka Simon segera menghubunginya, tapi berkali-kali dia menghubungi Sang Dosen, teleponnya tak kunjung dijawab. Maka dia berkata kepada yang lainnya,
"Teman-teman bagaimana ini? Dia tak menjawab teleponnya. Kalian lihat kan aku sudah menghubunginya berkali-kali. Dan Kau Jack sebagai ketua kelompok, pergilah! Cek ke kamarnya! Dan lihat apa yang sedang terjadi. Karena tak biasanya dia lama seperti ini."
"Ok baiklah. Aku akan pergi. Kalian semua tunggu di sini!." (Balas Jack)
Lalu Jack segera menaiki anak tangga dan berlari menuju kamar Sang Dosen. Dia mengetuk pintu kamar itu berkali-kali. Tapi tak ada suara yang menjawab. Maka Jack diam-diam membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu.
Dan dia heran ketika melihat Sang Dosen tengah asyik berdansa sendirian tanpa alunan musik.
Jack terus memperhatikannya dengan heran dan menggosok-gosokkan matanya.
Setelah dia membuka matanya, dia melihat seorang gadis yang seksi tengah berdiri tepat di hadapan Sang Dosen dengan balutan gaun yang seksi sambil berpose dengan indah dan menawan.
Wanita itu tampaknya sedang berusaha merayu dan menggoda Sang Dosen. Maka Jack sekali lagi menggosok-gosokkan matanya.
Dan saat dia membuka matanya untuk yang kedua kali, dia melihat wanita itu telah mengubah dirinya menjadi wujud yang sangat menyeramkan. Dia menoleh ke arah Jack. Dan menatapnya dengan tajam seperti hendak menelannya.
Jack pun semakin takut dan gemetar. Lalu dia segera berlari meninggalkan kamar itu dan menceritakan semua hal yang dilihatnya pada teman-temannya yang sejak tadi menunggu di lobi.